MAKALAH AGAMA KRISTEN PROTESTAN (MENJADI ORANG YANG TAAT KEPADA ALLAH DAN FIRMAN-NYA)
MENJADI
ORANG YANG TAAT KEPADA ALLAH DAN FIRMAN-NYA
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur, penulis panjatkan kepada Tuhan
Yesus, atas beerkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah dengan judul ”MENJADI ORANG KRISTEN YANG TAAT KEPADA
ALLAH DAN FIRMANNYA”.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas mata kulia Pendidikan Agam Kristen Protestan dan mengajak
orang kristen yang belum mengenal kasih Allah dan taat kepada firmanNya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak S. Siregar
selaku Dosen mata kuliah Pendidikan Agama Kristen Protestan yang telah membibing
penulis dalam menyelesaikan makalah ini, serta rekan-rekan yang turut serta
membantu dan bekerja sama dalam menyusun buku ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis makalah ini
masih terbatas dan jauh dari sempurna, hal ini disebabkan keterbatsan
pengetahuan, pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Namun demikian penulis telah
berusaha dan bekerja keras supaya buku ini bermanfaat bagi penulis, dan bagi
pembaca sekalian untuk menjadi orang kristen yang taat kepada Allah dan
FirmanNya Tuhan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Seiring perkembangan peradaban dan
banyaknya kejadian besar yang terjadi pada bangsa ini, maka akan semakin banyak
pula tantangan yang muncul seiring dengan perkembangan zaman dan kemunculan
kejadian besar tersebut.
Demonstrasi, konflik antara masyarakat, suku maupun
etnis, dan kerusuhan senantiasa mewarnai zaman yang terus berkembang ini. Oleh
karena itu, tidaklah mengherankan jika dalam kehidupan masing-masing pribadi
terjadi cobaan-cobaan yang tidak tersadari dan sebagai generasi muda, pengikut
Kristus dituntut untuk “Menjadi Orang Kristen yang Taat Kepada Allah dan
Firman-Nya” dan mengandalkan Tuhan dalam segala aktivitas atau setiap kegiatan.
Karena, seberat apapun masalah atau sebesar apapun ganjalan dalam hati, jika
manusia mengajak serta Tuhan Allah, percayalah, Dia akan hadir dan senantiasa
membantu serta memberikan berkat dan rahmatNya.
Dalam
karya tulis ini, pengikut Kristus dipanggil untuk taat kepada Allah yang telah
menciptakan dirinya sehingga menjadi hamba layak di mataNya. Dan dalam segala
problema dan rencana yang ada dalam kehidupan orang Kristen, Tuhan Allah akan
selalu menyertai. Oleh karena itu sebagai orang Kristen yang taat harus selalu
mengandalkan dan menjadikan Tuhan Yesus sebagai penuntun jalan hidupnya.
1.2 Rumusan
Masalah
Permasalahan yang dibahas dalam karya tulis “Menjadi Orang
Kristen yang Taat Kepada Allah dan FirmanNya” adalah :
1. Bagaimana
hakekat manusia?
2. Sudah
sejauh mana manusia mengerti Allah?
3. Bagaimana memiliki iman yang kuat
dan tangguh?
4. Apa
pentingnya lahir baru dan hidup baru?
5. Bagaimana
cara memperoleh pertobatan dan pengubahan?
6. Apa
yang dimaksud dengan hidup dipenuhi Roh Kudus?
7.
Pengertian hidup di dalam kekudusan
8. Bagaimana
menjadi orang Kristen yang taat kepada Allah dan firmanNya
1.3 Metode
Penulisan
Penulisan karya tulis ini menggunakan metode penulisan
kualitatif. Metode penulisan kualitatif adalah metode penulisan karya tulis dengan
cara mengumpulkan data dari sumber-sumber yang ada seperti sumber dari
internet.
1.4
Tujuan Penulisan
Karya tulis ini disusun dengan sistematika yang telah ada
dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk
memenuhi tugas mayor Pendidikan Agama Kristen Protestan yang telah diberikan
oleh dosen pembimbing dan pengajar mata kuliah Pendidikan Agama Kristen
Protestan Bapak Drs. Sohuturon Siregar, M.A, M.T.
2. Sebagai
bahan pembelajaran dan pedoman bagi mahasiswa-mahasiswi Kristen di Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) agar dapat menjadi orang Kristen yang taat kepada
Allah dan firmanNya.
3. Sebagai
ilmu pengetahuan bagi seluruh masyarakat dalam kehidupan mereka agar mendapat
hidup yang layak sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus
1.5 Sistematika Penulisan
1.5.1 Bab I Pendahuluan
Bab
ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, metode penulisan, tujuan
penulisan, dan sistematika penulisan.
1.5.2 Bab II Hakikat Manusia
Bab
ini menjelaskan tentang penciptaan manusia, tujuan penciptaan manusia, hakikat
manusia pada umumnya, hakikat manusia di dalam Alkitab, macam-macam manusia
dalam Alkitab, asal dosa, dan akibat dosa.
1.5.3 Bab III Pengenalan akan Allah
Bab
ini menjelaskan tentang siapakah Allah, sifat-sifat Allah, Allah Tritunggal,
ajaran Alkitab mengenai Tritunggal, bukti Allah yang tritunggal, doktrin Allah
Tritunggal, mengenal Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus, dan nama-nama
Allah dalam Alkitab
1.5.3 Bab IV Memiliki Iman yang
Teguh dan Kokoh
Bab
ini menjelaskan tentang pengertian Iman, bagaimana Iman dapat bertumbuh,
ciri-ciri orang yang beriman, berani menghadapi tantangan hidup, bagaimana cara
memiliki iman yang kokoh dan tangguh, tokoh Alkitab yang memiliki iman yang
kokoh dan tangguh
1.5.4 Bab V Lahir Baru dan Hidup
Baru
Bab
ini menjelaskan tentang pengertian lahir baru, ciri-ciri manusia yang sudah
lahir baru,
akibat/manfaat lahir baru, bukti-bukti lahir baru, pengertian hidup baru,
tujuan hidup baru, kenikmatan hidup baru, cara menjalani hidup baru yang
dilakoni orang yang sudah lahir baru, hasil lahir baru dan hidup baru.
1.5.5 Bab VI Pertobatan dan
Pengubahan
Bab
ini menjelaskan tentang pengertian dosa, akibat dari dosa, pengertian
pertobatan, perwujudan pertobatan, ciri-ciri manusia yang telah bertobat,
pertobatan yang menyelamatkan, manfaat pertobatan, pengertian pengubahan,
ciri-ciri manusia yang sudah diubahkan.
1.5.6 Bab VII Hidup Didalam
Kekudusan
Bab
ini menjelaskan tentang kekudusan, pengertian hidup didalam kekudusan, manfaat
hidup dalam kekudusan, tujuan hidup didalam kekudusan, ciri-ciri manusia yang
hidup dalam kekudusan, hidup kudus didalam Tuhan
1.5.7 Bab VIII Hidup Dipenuhi Roh
Kudus
Bab
ini menjelaskan tentang pengertian Roh Kudus, pekerjaan Roh Kudus, peran Roh
Kudus dalam kehidupan orang percaya, Roh Kudus dan doa, karunia Roh Kudus,
alasan untuk hidup dipenuhi Roh Kudus, kondisi bila hidup tidak dipehuhi Roh
Kudus, hasil dipenuhi Roh Kudus
1.5.8 Bab IX Menjadi Orang Kristen
yang Taat Pada Allah dan FirmanNya
Bab ini menjelaskan tentang bagaimana cara mengetahui
kehendak Allah, mengangkat hati dengan Firman Tuhan, wujud di dalam Yesus,
bagaimana menjalani hidup Kristiani, dan tiga langkah dasar menjadi orang Kristen
BAB II
HAKIKAT MANUSIA
HAKIKAT MANUSIA
2.1 Penciptaan Manusia
Pada hari pertama sampai hari kelima Allah menciptakan bumi
dan segala isinya (Kej. 1:1-25) lalu pada hari keenam (hari terakhir) Allah
menciptakan manusia pertama (Kej. 1:25-26; Kej. 2:7) yaitu Adam. Dalam Kej. 2:
7 dituliskan bagaimana Allah menciptakan Adam “ketika itulah Tuhan Allah
membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam
hidupnya; demikianlah manusia itu hidup”. Allah menciptakan sebuah taman di
Eden lalu menempatkan Adam di taman itu. Di taman itu Allah menciptakan
pendampin Adam, yaitu Hawa. Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam yang diambil
saat Adam tidur. Mereka menjadi sepasang suami-isteri.
2.2 Tujuan Penciptaan Manusia
Allah menciptakan bumi dan segala isinya pasti memiliki
tujuan. Berikut ini beberapa tujuan diciptakannya manusia:
1. Supaya
ada yang berkuasa atas ikan-ikan di laut, burung-burung di udara,ternak,
seluruh bumi, dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi (Kej. 1:26)
2. Agar
beranak cucu dan bertambah banyak untuk memenuhi bumi dan menaklukkan bumi
(Kej. 1:28)
2.3 Karakteristik Manusia
Pada umumnya karakteristik manusia, yaitu:
1. Manusia
memeliki tenaga dalam yang dapat menggerakan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya;
2. Individu
yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial;
3. Yang
mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, mampu mengatur dan mengontrol
dirinya dan mampu menentukan nasibnya;
4. Makhluk
yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai
(tuntas) selama hidupnya;
5.
Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati;
6. Suatu proses keberadaan yang berpotensi yang perwujudannya
merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas;
7. Makhkluk
Tuhan yang berarti, manusia adalah makhkluk yang mengandung kemungkinan baik
dan jahat;
8. Individu
yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Terutama lingkungan sosial, bahkan ia
tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di
dalam lingkungan sosial.
2.4 Macam-macam Manusia Menurut Alkitab
1. Manusia Duniawi
(orang yang tidak/belum menerima Mesias)
"Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang
berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan
tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani."
(I Korintus 2:14)
Si
Aku bertahta dalam hidup
Mesias
di luar kehidupan
Semua
keinginan dikuasai oleh diri sendiri, berakhir dengan kekacauan dan
kekecewaan.
|
2. Orang Kristen Rohani (Orang yang telah menerima Mesias dan yang mau dipimpin oleh Roh Kudus).
"Tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia
sendiri tidak dinilai oleh orang lain." (I Korintus 2:15)
Orang
yang dikuasai oleh Mesias
Mesias
bertahta dalam hidup
Si
Aku turun tahta
Semua
keinginan dipimpin oleh Tuhan dan menghasilkan keserasian sesuai dengan
rencana Tuhan.
|
3. Orang Kristen Yang Hidup
Didalam Tabiab Duniawi (Orang yang telah menerima Mesias, tetapi tidak
membiarkan Mesias menguasai hidupnya.)
"Dan aku,
saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti
dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi yang belum dewasa
dalam Mesias. Susulah yang kuberikan kepadamu bukanlah makanan keras, sebab kamu
belum dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniwi. Sebab jika di antara
kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu
manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?" (I Korintus 3:1-3)
Orang
yang dikuasai oleh diri sendiri
Si
Aku bertahta dalam hidup
Kristus
turun tahta
Semua
keinginan dikuasai oleh diri sendiri, berakhir dengan kekacauan.
|
Yang
manakah di antara ketiga macam manusia itu, yang menggambarkan kehidupan
saudara? Apakah saudara ingin menjadi seorang Kristen rohani, yang dipenuhi dan
dikuasai oleh Roh Kudus sekarang ini juga?
2.5 Asal Dosa
Sayang beribu sayang, manusia pertama jatuh ke dalam dosa
karena telah melanggar larangan Allah, yaitu untuk tidak memakan buah dari
Pohon Pengetahuan. Perihal kejatuhan manusia ini dan konsekuensinya dapat
dibaca di: “Kita Harus Menderita Karena Kutukan Allah.”
Apa yang terjadi setelah manusia jatuh ke dalam dosa dan diusir dari Taman Eden
oleh Allah?
Manusia kehilangan kemuliaannya dan tidak dapat bertatap
muka lagi dengan Allah. Ini disimbolkan dengan pengusiran manusia dari Taman
Eden (Kej 3:23). Hubungan Allah dengan manusia tidak dapat lagi dilakukan
secara langsung. Manusia juga tidak dapat lagi secara langsung mencari dan
berjumpa dengan Allah. Ya, itu karena manusia telah kehilangan kemuliaannya.
Sudah ada penjaga dengan pedang menyala-nyala menjaga hadirat Allah dari
manusia (3:24). Manusia sama sekali tidak dapat melewati gerbang ini.
Manusia
memiliki ilmu pengetahuan dan memiliki kemampuan berkembang yang luar biasa
karena buah dari Pohon Pengetahuan ini. Berbekal pengetahuan ini pulalah yang
menyebabkan manusia ingin menyamai Allah dan bahkan tidak mengakui Allah dan
penciptaan-Nya (Kej 3:22). Ingat teori Darwin yang menolak proses penciptaan
Allah dalam 6 hari? Kalau tidak ingat, silakan baca teori Evolusi Darwin atau
di “Benarkah
Adam Manusia Pertama?“
Manusia akan dilahirkan. Dan proses ini akan memberikan rasa
sakit yang luar biasa bagi ibunya (Kej 3:16). Tidak ada lagi proses penciptaan
manusia oleh Allah, semuanya harus melalui perkembangbiakan.
Manusia
akan mengalami kesulitan dan harus bersusah payah dalam mencari kehidupan di
dunia ini. Kesulitan ini karena Allah telah mengutuk dunia dengan semak duri
dan rumput duri. Banyak sekali penggoda dan penjahat. Dengan itu pula manusia
tidak akan merasakan enaknya hasil yang dia peroleh.
Manusia
akan mati dan kembali menjadi debu (Kej 3:19). Manusia adalah debu dan akan
kembali menjadi debu.
Iblis
akan selalu menyesatkan manusia sehingga iblis dapat mengambil roh manusia (Kej
3:14). Manusia yang berhasil disesatkan akan menjadi pengikut iblis.
Adanya permusuhan abadi antara iblis dengan keturunan
perempuan pertama. Permusuhan ini membuat keturunan perempuan (Yesus Kristus)
sangat menderita dan wafat di dunia ini, tetapi sebenarnya iblislah yang
dihancurkan kuasanya atas dunia ini (Kej 3:15). Dan iblis dan segala
kekuatannya akan dihancurkan oleh Yesus Kristus pada akhir jaman (baca Kitab
Wahyu).
Manusia telah kehilangan kemuliaannya dan telah terlepas
dari Allah sehingga manusia harus hidup sendiri tanpa bimbingan langsung dari
Allah. Syukurlah bahwa Allah tetap memberikan kasih-Nya bagi manusia. Allah
telah membekali manusia dengan perlengkapan untuk hidup di dunia ini (Kej
3:21). Sepasang manusia pertama itu, yaitu Adam dan Hawa, termasuk sukses dalam
kehidupannya di dunia ini. Mereka dapat hidup dan mencari makan dengan baik.
Mereka dapat memiliki anak yang cukup banyak sehingga dapat membuat suatu
bangsa yang cukup besar.
Sayangnya
manusia selalu cenderung berbuat dosa (Kej 6:5). Bahkan keturunan pertama Adam
telah melakukan pembunuhan (Kej 4:8). Banyak sekali kejahatan yang dilakukan
oleh manusia generasi awal ini. Bahkan kejahatan yang mereka perbuat semakin
jahat di Mata Allah yang mengakibatkan Allah sangat murka. Sampai akhirnya
Allah harus menghapuskan generasi pertama manusia ini dengan air bah dan
menyelamatkan Nuh dan menjadikannya bangsa baru (Kej 7-8). Nuh adalah seorang
yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sejamannya dan dia bergaul
dengan Allah (Kej 6:9). Sebelum Nuh ada seorang yang juga hidup bergaul dengan
Allah, yaitu Henokh. Pada umurnya yang ke 365 tahun Henok diangkat Allah.
Walau pun demikian ternyata manusia tetap saja berdosa
sehingga Allah menetapkan umur manusia maksimal 120 tahun saja (Kej 6:3).
Sebagai catatan, Adam mati pada umur ke 930 tahun. Sedangkan Set, anak Adam
yang lain mati saat berumur 912 tahun. Henokh diangkat Allah pada umur 365
tahun. Nuh mati saat berumur 950 tahun. Kebayangkan mengapa dari 1 orang bisa
tercipta suatu bangsa yang besar? Dahulu setiap anak dari manusia generasi
pertama akan menjadi suatu bangsa yang besar dan tersebar. Sayangnya bangsa
yang besar ini selalu berbuat dosa.
2.6 Kasih Allah Kepada Manusia
Walau pun Allah telah mengusir manusia, tetapi Allah tetap
menunjukkan kasih-Nya bagi orang-orang yang benar. Perjanjian-Nya pada manusia
selalu dibuat atas dasar kasih. Syaratnya adalah setia kepada Allah dan berbuat
kasih. Allah sejak dulu telah mengutus para nabi untuk mengembalikan manusia
kepada jalan yang benar, yaitu jalan Allah. Tetapi sayangnya para nabipun tidak
digubris, bahkan banyak yang dibunuh. Hingga akhirnya hadirlah Yesus Kristus ke
dunia ini. Yesus Kristus telah merombak perjanjian Allah dengan suatu Perjanjian
Baru yang kekal. Dan kasih Allah dituliskan langsung ke dalam sanubari manusia
(Maz 37:31; Rom 2:15; Rom 5:5).
“Aku
akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati
mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.”
(Ibrani 8:10b; bdk Ibrani 10:16-15)
4.1 Iman seperti Anak Kecil
Berusaha menulis tentang iman adalah
sebuah tugas yang menggetarkan. Iman adalah topik yang sangat besar, namun sekaligus sangat pokok
dan mendasar. Iman adalah blok-blok bangunan dasar kehidupan kekristenan. Iman
merupakan keseluruhan perjalanan hidup kita bersama dengan Allah. Keseluruhan
kehidupan kekristenan kita adalah tentang iman yang bekerja oleh kasih.
Namun, iman ini bukan iman kepada iman kita atau iman
kepada kemampuan kita.
Iman ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kemampuan kita untuk percaya. Iman pada dasarnya berarti
menjadi seperti anak kecil di hadapan Allah, memercayakan diri kepada-Nya dan
berserah sepenuhnya. Kita menantikan Dia melakukan segala sesuatu sesuai dengan
apa yang telah Dia janjikan dan kita hidup di dalam pengharapan karena itulah
panggilan Allah bagi kita. 1Yohanes 5:4-5 mengatakan,”...sebab
semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang
mengalahkan dunia: iman kita. Siapakah yang mengalahkan dunia, selain daripada
yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?”
Rasul Paulus mengatakan bahwa iman kita
kepada Yesusu Kristus memampukan kita untuk ”mengalahkan” artinya ”telah mengalahkan”
dunia. Saat ini Anda dapat memandang ke cermin dan berkata ”Imanku telah
mengalahkan dunia, karena imanku ada di dalam Anak Allah, Tuhan Yesus”.
Iman bukan sesuatu yang daptat kita ”usahakan”. Iman
adlah karunia yang diberikan kepada kita oleh Allah sewaktu kita percaya kepada
Anak-Nya, Yesus. Suatu karunia yang dinerikan karena anugrah-Nya yang besar
terhadap kita. Memahami anugrah Allah ini sangat penting bagi kita agar kita
dapat memahami cara kerja iman.
Anugrah Allah adalah konsep yang kerap
kali sulit dipahami, khususnya bagi orang-orang yang baru mulai hidup Kristen.
Tabiat manusiawi kita cenderung mengarahkan kita untuk berpikir bahwa
kekristenan itu hanyalah sesuatu agama dan bukan suatu hubungan denagn Allah
yang hidup. Pandangan semacam ini membuat kekristenan hanya dipatuhi dan
dijalankan guna memuaskan Allah yang perfeksionis dan tidak pribadi nun jauh di
langit sana.
Hasil dari menganut agama yang
berorientasi kepada ”peraturan dan kewajiban” selalu usaha sendiri. Artinya,
kita terus-menerus berusaha menggapai estándar yang mustahil dan secara tak
terelakan terus-menerus gagal pula. Sungguh ironis, padahal yang kita perlukan
hanyalah iman yang
diberikan secara Cuma-Cuma oleh Allah melalui Anak-Nya Yesua Kristus, kepada setiap orang yang menyerahkan kehidupanya kepada Dia.
Karena itu, Allah mempersiapkan statu anugerah. Anugrah
itu adalah Allah sendiri, datang sebagai manusia untuk melunasi utang kita
dengan mati di kayu salib, mencurahkan darah-Nya bagi anda dan saya.
Yesus membayar harga atas dosa-dosa kita untuk menawarkan
kepada kita anugrah keselamatan secara Cuma-Cuma, aslkan kita mau mempercayai
Dia. Yang perlu Anda lakukan hanyalah menerima anugrah yang Cuma-Cuma ini dari
Allah.
4.2 Iman Berarti Percaya
Kata bahasa Yunani yang diterjemahkan
“iman” sebenarnya berarti “percaya”. Beriman berarti memercayakan diri Anda
kepada Allah. Sayangnya, kada ”iman” termasuk kata yang telah banyak
disimpangkan sehingga kehilangan sebagian besar makna yang sesungguhnya. Ketika
orang bertanya, ”Apa kepercayaan Anda?”, misalnya, yang mereka maksudkan adalah
agama atau aliran kepercayaan yang kita anut. Pemikiran semacam ini mengaburkan
pengertian ”iman” yang mengandung dinamika hubungan yang dilandasi oleh
kepercayaan. Pemikiran semacam itulah yang mengurangi hubungan dengan Sang
Pencipta yang Mahakuasa menjadi sekedar serangkaian peraturan dan parameter.
Pada saat Jemaat Kristen mula-mula
terbentuk, sewaktu Roh Kudus pertama kali dicurahkan, orang-orang percaya
mengidentifikasikan diri mereka sebagai orang-orang yang mengandalkan kemampuan
Allah tidak mengandalkan usaha pribadi mereka. Anda mengerti maksudnya? Kita
perlu diingatkan secara terus menerus akan ketergantungan kita kepada Allah
karena kita cenderung untuk mengandalkan kemampuan kita sendiri. Kita perlu
mengulanginya berkali-kali karena kita cenderung tergelincir kembali ke dalam
kehidupan Kristen yang mengandalkan kekuatan diri – menetapkan peraturan bagi
diri sendiri, berusaha untuk berperilaku baik, dan mengira bahwa hal-hal ini
diamini oleh Allah.
Pada waktu-waktu kelemahan itu, ketika
anda mengatakan, ”Ya Tuhan, biarlah Engkau yang bekerja malam ini karena aku
tidak memiliki apa-apa untuk diberikan,” Tuhan mengatakan, ”Baik. Kita akan
punya kebaktian yang luar biasa.” sekalipun kita telah melakukan persiapan
dengan baik dan merasa siap untuk menyampaikan sesuatu, kita harus belajar
untuk berserah kepada-Nya dan membiarkan Dia bertindak dengan kehendak-Nya.
Perlahan-lahan saya mulai memahami fakta bahwa betapapun baiknya persiapan
kita, hal itu sama sekali tidak berkaitan dengan kemurahan yang Allah berikan
kepada kita. Semakin kita berserah kepada-Nya, semakin banyak berkat yang kita
alami.
4.3 Iman bergantung pada kuasa Allah
Saya ingin memastikan bahwa saya tidak
berbicara tentang iman yang buta, atau sikap naif yang terlepas dari realitas.
Kita dapat memercayai Allah, bukan karena kekuatan tertentu yang kita miliki,
melainkan semata-mata karena kuasa hebat dan menakjubkan yang Dia miliki.
Hadirat dan kuasa Allah itu nyata dan pasti. Pengertian akan kemahacukupan dan
kuasa Allah ini akan meyakinkan kita dan menolong kita untuk menjangkau dan
berpegang pada-Nya dalam iman.
Dalam 1 Korintus 2: 4-5, Paulus mengatakan,
”Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan
dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan
roh, supaya iman kamu jangan tergantung pada hikmat manusia, tetapi pada
kekuatan Allah.”
Sewaktu orang menyaksikan kuasa Allah
dinyatakan, ada suatu keyakinan supernatural yang melanda mereka. Mereka bukan
”diyakinkan” oleh khotbah yang cerdas atau argumentasi yang meyakinkan. Mereka
terpesona oleh kuasa Roh Kudus, yang sungguh-sungguh meyakinkan mereka akan
kuasa Allah. Setiap kali terjadi mukjizat di tengah-tengah kebaktian kami,
orang selalu menanggapi tantangan mimbar. Mereka menyaksikan sesuatu yang
benar-benar menempelak mereka dan berkata ”Wah ! Allah benar-benar ada ditempat
ini!” Orang-orang yang sebelumnya bersikap skeptis dan tidak yakin, tiba-tiba
diyakinkan ketika mereka melihat demonstrasi kuasa Roh Kudus.
4.4 Berjalan Dalam Iman Dalam Musim Yang
Baru dan
Tetap Berpegang Teguh
Kita berjalan di musim baru. Tantangan besar ada di depan kita, memang. Namun ketika kita
mengenal apa yang Allah
rencanakan dan sediakan di musim baru, semua tantangan itu ternyata merupakan “sarana bagi kemenangan”
yang lebih besar untuk kita alami. Ada rancangan Allah yang besar yang sedang turun bagi
kita di tahun yang baru ini. Hal itu akan terwujud di dalam kita ketika
kita mau berjalan dalam iman senantiasa.
Ada kesaksian seorang anak
Tuhan, yang pada saat menghadapi tantangan yang berat,
dia sungguh-sungguh bersandar dalam iman kepada Tuhan. Melalui masalah itu justru dia melihat pertolongan Tuhan yang nyata. Tuhan
membalikkan keadaan, masalah berubah jadi berkat yang besar.
Saat itu dia baru diangkat menjadi seorang presiden
direktur di perusahaan yang selama ini dia bekerja. Tidak lama kemudian, dia berhadapan dengan masalah yang sulit baginya. Era
kepemimpinan yang lalu membuat keadaan perusahaan yang sudah lima puluh tahunan
ini menukik di tiga tahun terakhir, sehingga semula sebetulnya perusahaan itu
sudah diputuskan untuk dijual. Sekarang dia mengalami
kesulitan dana cair. Penyebabnya adalah uang yang harusnya sudah tertagih
karena beberapa proyek yang dikerjakan sudah selesai, ternyata jadi tunggakkan, dengan nilai sekitar Rp 3 miliar. Dia
mengalami kesulitan uang cair untuk operasional perusahaan. Hal ini membuatnya sulit
bergerak. Teman saya ini berbagi beban masalahnya, lalu saya tawarkan untuk
bersama-sama mencari Tuhan secara khusus, agar
mengalami pertolongaNya. Saat kami bertiga menyembah dan mencari wajahNya,
Tuhan taruh di hati saya firman Mazmur 66: 3-4 dan Mazmur 65: 6.
Mazmur 66 : 3 - 4:
Katakanlah kepada Allah: "Betapa dahsyatnya segala pekerjaan-Mu; oleh
sebab kekuatan-Mu yang besar musuh-Mu tunduk menjilat kepada-Mu. Seluruh bumi sujud
menyembah kepada-Mu, dan bermazmur bagi-Mu, memazmurkan nama-Mu." Sela
Mazmur 65 - 6: Dengan perbuatan-perbuatan yang dahsyat dan dengan
keadilan Engkau menjawab kami, ya Allah yang menyelamatkan kami, Engkau, yang
menjadi kepercayaan segala ujung bumi dan pulau-pulau yang jauh-jauh;
Firman ini mengajar kita, saat menghadapi keadaan yang sulit,
datanglah kepada Allah dengan sikap yang benar. Kita datang kepadaNya dalam
pengenalan yang pasti.
Kita harus kenal siapa Allah bagi kita atas masalah, dan apa yang Dia sanggup
buat atas masalah kita. Perkatakanlah hal itu kepadaNya sebagai
penghormatan dan ungkapan kepercayaan kita kepadaNya. Itu adalah ungkapan iman yang sesungguhnya
kepadaNya. Dia adalah jawaban yang tidak akan mengecewakan atas masalah yang
kita hadapi. Dia akan menjawab
dengan perbuatanNya yang dahsyat. Sebab itu percaiyalah, bahwa Dia itu adalah Allah yang demikian,
lalu katakanlah kepadaNya
sebagai pengakuan iman. Walaupun bagi mata jasmani belum kelihatan, namun mata
iman telah duluan melihat jalan keluar yang Tuhan akan buat. Karena itu katakan
dengan iman kepadaNya: “Bertapa dahsyatnya segala pekerjaanMu Tuhan!
KekuatanMu yang besar membuat masalahku bertekuk lutut di hadapaMu! Saya
percaya inilah yang akan terjadi dengan masalah yang saya hadapi.” Inilah
iman yang menaklukkan. Karena Allah melihat iman kita, maka Dia bertindak untuk
kita sesuai dengan iman kita. Ketika datang dengan iman, maka Dia berkenan akan iman
kita. Allah yang berperang bagi kita. Di atas iman dan perkataan pengakuan kita
akan Dia, Allah berpijak dan bertindak menaklukkan masalah kita.
Ketika kami mulai
memperkatakan kepada Allah seperti yang firman itu ajarkan, sesuatu terjadi.
Tuhan memberikan penglihatan kepadanya. Ada hembusan angin yang cukup
kencang, lalu terlihat kertas beterbangan karenanya, dan menempel ke tubuhnya,
ternyata saat dilihat, itu semuanya uang. Tuhan sudah menjawab doa kami.
Dalam lima hari kemudian, jawaban Tuhan yang di luar dugaan terjadi. Dari tiga
sumber yang berbeda, yang sama sekali tidak tahu menahu keadaan yang dihadapi,
tanpa meminjam, masuk dana cair jauh melebihi jumlah dari tagihan tadi. Hanya Tuhan yang bisa melakukan hal itu. Bukan hanya
operasional perusahaan bisa berjalan baik, dua bulan berikutnya karyawan naik gajih, setelah sekian
waktu tidak pernah ada kenaikan, dan bulan berikutnya lagi dilakukan pembagian bonus bagi karyawan. Mengakhiri tutup buku
tahun 2010, perusahaan mencetak rekor keuntungan yang belum pernah dicapai
sepanjang 50 tahun. Tuhan membuat kejutan bagi orang yang berjalan dalam iman
yang aktif. Masalah dibalikkan jadi berkat yang besar. Itulah yang ingin Tuhan
buat atas kita. Karena itu mari berjalanlah dalam iman yang aktif di musim baru
ini.
Tuhan memberikan kekuatan baru bagi kita yang berjalan dalam iman. Imanlah yang
membuat kita jadi kuat dan berkemenangan. Sebaliknya, tanpa iman, kita tidak
dapat meraih kekuatan yang Allah sediakan. Dengan iman yang aktif, kita berjalan dari
kemenangan kepada kemenangan yang semakin besar. Kita menaklukkan wilayah yang
semakin luas. Ketika masalah kita taklukkan, iman kita makin teguh, dan makin
berkembang. Kita mengembangkan potensi yang semakin
besar dan semakin berdaya guna bagi Kerajaan Allah. Iman timbul karena percaya PribadiNya. Apa yang Dia
katakan kita percayai. Karena kita memegang firmanNya di hati, maka Allah menyukai hati kita. Penting sekali untuk selalu
percaya Pribadi Allah, dan percaya setiap perkataan firmanNya. Ketika kita suka
dan bergemar akan firmanNya, firman yang di hati kita disukai Tuhan. Doa dari hati
yang didasari firman ini diperhatikan Tuhan.
Karena itu bangunlah gaya hidup yang senantiasa
mencari wajah Tuhan. Mengenal Tuhan lebih dalam lagi. Membangun pergaulan yang
bersahabat dengan Allah membuat iman kita tumbuh dan kuat. Dengan merawat hati yang haus akan Tuhan dan
murni, kita akan semakin mendalam dan jadi
semakin peka mengalami hadiratNya. Di
dalam hadiratNya, iman kita kuat (Mazmur 63: 2, 9).
Dapatkan firman Tuhan setiap hari untuk
makanan rohani kita. Iman timbul dari pendengaran akan firman Kristus (Roma 10: 17).
Izinkan
Tuhan merombak dan memperbaharui pola pikir kita. Diubahkan dari pikiran menjadi selaras dengan pikiran Kristus.
Sehingga apa yang mustahil bagi pikiran manusia, tidak bagi kita yang
mengenakan pikiran Kristus (Roma 12: 2). Putuskan untuk hidup bagi tujuan Ilahi,
yaitu panggilan sorgawi (Filipi 3: 13-14). Perjalanan dalam iman akan membawa kita
masuk ke dalam target Tuhan bagi hidup kita. Iman yang benar membawa kepada
tujuan Illahi, mencapai garis finish sebagai pemenang pertandingan iman.
Menjadi orang yang mencapai sasaran Tuhan membuat kita seorang yang terhormat
dalam pandangan mata Tuhan.
Segala sesuatu yang Anda miliki Anda peroleh karena memegangnya dengan
iman. Allah menjatuhkan sebutir kecil benih dari sebuah ide ke dalam hati Anda
dan Anda berkata, ”Tuhan, mungkinkah ini terjadi?” Ia menjawab, ’Ya itu mungkin,” dan Andapun mulai percaya
dan mulai bertindak. Iman Yang Sejati.
Iman itu benar-benar supranatural, Iman hanya berasal dari Allah yang
bertujuan untuk menggenapi maksud-Nya dan agar Ia dipermuliakan. Perkataan
didalam Markus 11 : 22 diterjemahkan sebgagai berikut “ Percayalah Kepada Allah
“. Namun arti sesungguhnya adalah “
Milikilah Iman Allah “. Kita harus memiliki iman Allah karena kita Hidup Oleh
ImanNya ( Galatia 2 : 20 ; Hab 2 : 4 ).
Iman itu nyata, kita bisa berharap dan berdoa minta sesuatu dari Tuhan,
tetapi bagaimana kita dapat merasa yakin bahwa kita akan menerima. Kita dapat
memiliki jaminan bahwa kita akan menerima hal-hal yang kita minta jika kita
memiliki iman Allah, karena iman adalah bukti dari hal-hal yang tidak terlihat
dan dasar yang kita harapkan.
Iman tidak datang dari Logika atau pikiran, atau dari intelek kita atau perasaan kita. Kita
tidakdapat menghasilkan iman, sebab iman ditaruhkan Allah dalam hati kita, jika
kita menggunakan logika, kita tidak akan memperoleh” iman Allah “. Bahkan Tuhan
Yesus yang datang dari Naseret sebagai Jurusalamat Atau Mesias, kerena orang
Farisi menggunakan Logika tentang Keberadaan Tuhan Yesus anak dari seorang
Tukang Kayu, Yusuf Dan datang dari Nasaret. Oleh karena itu iman tidak mengalir
dalam hati Orang Farisi Itu Karena menggunakan Logika. Karena itu “ Iman
sejati adalah sebuah pemberian dari Allah sendiri Bukan berasal dari Manusia “
Iman tidak datang kepada orang passif. Kita tahu jelas segala sesuatu yang kita cari dan
kita butuhkan harus diaplikasikan dengan bekerja. Demikian juga dengan
memperoleh iman. Hanya orang-orang rajin mencari iman yang menerima iman dan
jawaban-jawaban yang mereka perlukan (
Lukas 11 :9-10 ). Untuk memahami segala sesuatu harus dilakukan Misalnya, Jika
kita ingi lulus ujian kita harus berdoa
untuk meminta petunjuk Tuhan tentang hal-hal yang akan kita pelajari. Selesai
berdoa barulah kita belajar. Tidak mungkin hanya dengan berdoa kita memperoleh
nilai yang bagus.
Iman merupakan bagian dari roh.
Merupakan sebuah kualitas dari roh yang bergantung dan berseru kepada
Allah. Agar kita memiliki kebergantungan yang kudus kepada Allah, kita harus
memiliki hati yang rendah hati yang merupakan salah satu dari buah-buah dari
Roh Kudus ( Galatia 5 :22-23 ).
Kerendahan hati mengakui bahwa kita tidak dapat melakukannya sendiri, melainkan
membutuhkkan pertolongan orang lain (
iman yang sejati kepada Tuhan dengan pengharapan ). Sebaliknya kesombongan
memiliki kepercayaan kepada diri sendiri. Karena itu kerendahanhatian adalah
sebuah kunci penting untuk memiliki Iman.
Kereta api dapat terus berjalan
dengan atau tanpa gerbong penumpang, asal saja batubara dimasukkan ke dalam
lokomotif. Sebaliknya, adalah mustahil untuk menjalankan kereta api dengan
bergantung pada gerbong penumpang, karena gerbong penumpang ini sama sekali
tidak mempunyai tenaga penggerak. Demikian pula sebagai seorang Kristen,
janganlah kita bergantung pada perasaan, melainkan hendaklah sebagai orang
Kristen, janganlah kita bergantung pada perasaan, melainkan hendaklah iman kita
didasarkan pada kesetiaan Tuhan dan janji-janji di dalam Fiman-Nya.
4.5Cara Memgembangkan Iman
Iman dapat dikembangkan
dengan langkah yang tepat. Kita harus berhubungan dangan Allah terus menerus
dalam setiap perkara hidup ini. Dibawah terdapat beberapa langkah sederhana
untuk mengembanagkan Iman yang sejati.
Memiliki hati yang percaya. Ini
merupakan sikap hati yang sepenuhnya percaya, dalam kitab Yakobus 5 : 16 Doa
orang benar bila dengan yakin sangat besar kuasan-Nya.
Ketaatan - Ketaatan kita pada suatu
Iman yang percaya ( kita harus taat sekalipun kita tidak mengerti dan tidak
melihat.
Rendah hati-Rendah hati merupakan
suatu kunci untuh mengarah pada iman yang sejati. Iman sejati merupakan
pemberian dari Allah.
4.6 Penerapan Iman dalam Kehidupan sehari-hari
Kehidupan kristen adalah
kehidupan yang menggambarkan kepemimpinan Kristus yang bersifat melayani dan
bukan untuk dilayani (Mat 20 :28 ). Demikian juga kita sebagai anak-anak-Nya
harus serupa dengan Kristus yang menjadi pelayan bagi orang lain yang belum
mengenal kasih karunia Allah yang berupa penyelamatan manusia dari maut dan
dosa oleh Yesus Kristus. Kita harus mempraktekkan citra Allah dalam kehidupan
kita, baik dalam lingkungan keluarga, dikampus
dan di lingkungan masyarakat yang belum mengenal Kristus Yesus.
Disamping itu kita harus menjadi terang dan garam dunia (Mat 5: 13-16 sama seperti Kristus yang datang sebagai terang dunia.
Kita seharusnya menjadi
jawaban bagi mereka yang membutuhkan
dari setiap permasalahan permasalahan hidup
yang terlebih sekarang ini saudara-saudara kita yang mencari kebeneran dan
air hidup yang bersumber dari Allah , maka dimulai dari kita harus menjadi
contoh dan menggambarkan citra Alllah
yang dicerminkan Yesus Kristus yang penuh kasih dan anugerah. Dengan demikian
merekah bisa melihat bahwa allah yang kita sembah adalah Allah yang hidup dan Yang Tidak pernah meninggalkan
umat-Nya. Kita menaruh Iman kita harus dikembangkan dan digunakan. Iman harus
perlu pembuktian yang cukup dan signifikan. Dalam kitab Yakobus dijelaskan “
Seperti tubuh tanpa Roh adalah mati” demikian juga Iman tanpa Perbuatan pada
hakekatnya adalah mati. Iman harus dicerminkan dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya disaat “ badai “ datang kita
tidak menjadi takut dan gentar dalam menghadapinya, tetapi bersandar penuh
kepada Allah ( Lukas 8: 25; Mark 4 : 40 ). Oleh karena itu imam harus digunakan
dalam setiap waktu.
Setelah Yesus masuk kedalam hidup
seseorang, maka orang itu menjadi anggota keluaraga Allah. Namun karena orang
itu mai tinggal dalam dunia ini, kemungkinan untuk berbuat dosa masih ada. Oleh
sebab itu, Fiman Allah tetap diperlukan, untuk memelihara Imannya. Seperti
tertulis, “ Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, upaya aku jatuh kedalam doa
terhadap Engkau ( Mzr 119 : 11 ).Menyimpan Fiman Allah dalam hati , menjaga
seorang untuk tidak berbuat dosa. Sebab dari hatilah terpancar kehidupan (
Amsal 4 : 23 ).
Lalu bagaiman cara seseorang untuk
menyimpan Fiman itu dalam hatinya? Caranya tak sulit.
Pertama, membaca Alkitab seperti membaca buku
kesayangan Kita karena, Firman itu merupakan pelita dan terang bagi jalan kita.
Seseorang yang membaca buku kesayanganya pasti akan segera mencari kesempatan
untuk membaca buku itu. Dalam membaca buku itu, ia akan berusaha menyelesaikan
dari awal sampai akhir. Bahkan ia akan mencari kesempatan lagi untuk membaca
ulang buku itu supaya lebih menikmati keindahan isinya.
Membaca Alkitab dengan cara seperti
ini sangat penting. Sebab Alkitab adalah buku indah yang tak mudah untuk
dimengerti. Maka perlu dibaca berulang-ulang dan lengkap dari Awal sampai
Akhir.
Bacaan menyeluruh ini sangat penting,
upaya dalam hati tersimpan Fiman Tuhan yang lengkap dan tidak terpotong-potong.
Apalagi sebagaian besar tertulis dalam Alkitab adalah berbentuk cerita. Jadi
kesan di hati terus-menerus dan berulang- ulang.
Bila seseorang ingin menyelesaiakan
membaca dari kejadian sampai Wahyu, selama satu tahun maka ia harus membaca
tiga pasal sehari dan lima pasal pada hari ketujuh atau atau hari dalam
seminggu.
Kedua, membaca dan menyelidiki maksudnya, dengan pertolongan Roh
Kudus.
Membaca Alkitab seperti membaca buku
kesayangan yang lain, itu perlu. Tetapi Alkitab adalah Fiman Allah sendiri,
yang tak begitu saja ditangkap oleh otak manusia yang kecil dan berdosa Ini.
Maka untuk mengerti maksudnya yang dalam, serta
mohon pimpinan Roh Kudus untuk menjelaskan bagi kita.
Di Bandung misalnya, ada seorang
siswa SMP yang bukan kristen, membaca Kitab Perjanjian Baru, dalam tempo dua
minggu. Ia menggunakan waktu kosong terus menbaca buku yang menarik dalam
hatinya itu. Namun meskipun dengan demikian, ia hanya bisa mengerti sebagian kecil ajaran Kristen serta sejarah
Agama Kristen dan sejarah dalam kehidupan pelayanan Yesus saja. Sedangkan
Maksud penulis Alkitab sendiri yaitu supaya pembacanya beroleh hidup dalam
Yesus, belum ia miliki.
Baru setelah pendeta menemuinya, baru
ia dibimbing untuk menerima Tuhan Yesus sebagai penebus doanya. Penerimaan ini
mungkin setelah pendeta itu berdoa supaya Roh supaya membimbing untuk mengerti
Alkitab. Lalu terbukalah akalnya untuk mengerti berita Alkitab yang disampaikan
oleh pendeta itu. Padahal berita itu pernah ia baca sendiri sebelunya.
Memang dalam penyelidikan Alkitab
sangat diperlukan bimbingan Roh Kudus. Tanpa bimbingan itu, Alkitab hanya akan
menjadi buku sejarah saja. Selain itu, dalam penyelidikan pertama, juga
diperlukan orang Kristen yang dewasa, untuk membimbingnya. Dan dalam perenungan
Fiman Tuhan setiap hari, sangat baik bila bertobat menggunakan buku penolong
harian, seperti: Saat Teduh; Santapan Harian; Renungan Harian; Wasiat dan
lain-lain, yang bisa di dapatkan di toko-toko buku Kristen, di persekutuan
penyelidikan Alkitab, maupun di Gereja. Lalu dalam penyelidikan selanjutnya
diperlukan buku-buku penolong lain, seperti: Konkordansi; Ensiklopedia;
Menggali Isi Alkitab; Tafsiran Alkitab Masa Kini dan lain-lain.
Ketiga, menghafalkan ayat-ayat yang khusus. Setiap ayat dalam
Alkitab, memiliki arti yang dalam luas, jika diselidiki dengan cermat. Namun
ayat-ayat itu tak boleh diselidiki terpisah dari konteksnya. Sebab bisa
menimbulkan salah tafsir. Seperti yang
pernah saya lihat terjadi pada seorang mahasiswi, dalam memahami 2 Korintus
12:9b. “ Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa
Kristus datang menaungi aku.”
Berdasarkan ayat itu, ia berkata
kepadaku, “Kak, aku gagal terus dalam ujian. Tapi kuterima semua ini sebagai
salib Kristus, bagiku. Biarlah aku belajar mengikuti jejak Paulus, yang senang
mencari kesengsaraan dalam beriman.” “Paulus mencari kesengsaraan dalam
beriman? Di mana itu tertulis?” tanyaku membalas pertanyaannya.
Mahasiswi itu tidak bisa
menjawab, karena ia memetik Fiman Tuhan hanya untuk menutupi kemalasannya dalam
belajar. Dan jika cara ini terus dilakukan, jelas Fiman Allah akan
diselewengkan. Karena cara ini biasanya di gunakan iblis untuk menggoda orang
beriman. Contohnya dalam Kejadiaan 3:1-5. Iblis memutar balikkan Fiman Allah,
untuk menggoda Hawa, yang sampai detik itu masih percaya dan taat kepada-Nya.
Juga dengan menggoda Tuhan Yesus, iblis menggunakan ayat Fiman Tuhan ( Mat 4:6
).
Jadi kutipan ayat Alkitab yang serampangan,
jutru akan menyelewengkan Fiman Allah sendiri. Namun kutipan itu tetap perlu,
bila:
Ada hubungan yang erat, dengan bagian
lain dalam Alkitab,
Penafsiran ayat itu sendiri tidak
menyeleweng dari konteksnya,
Bisa diterapkan dalam kehidupan kita
dengan Allah, diri sendiri dan sesama kita.
Dengan penghafalan
ayat-ayat ini, seseorang akan diperkaya oleh Fiman Tuhan. Sebab ayat-atat lebih
mudah dihafalkan daripada menghafalkan cerita
Namun juga penghafalan ayat ini,
tidak bisa dipakai sebagai pengganti pembacaan Alkitab secara lengkap.
Pembacaan setiap hari harus tetap dilakukan, supaya hidupnya dipenuhi dengan
Fiman Tuhan. Sehingga dalam menghadapi segala keadaan, bisa tetap setia kepada
Tuhan. Contoh sederhana, misalnya dalam menghadapi studi di sekolah.
Seorang siswa/mahasiswa, yang
mempelajari Alkitab secara lengkap, akan tahu bahwa tugas seorang siswa yang
utama adalah belajar. Dan melalui ayat hafalan Efesus 5:16, ia akan menggunakan
waktu yang ada dengan sebaik mungkin. Sebab hari-hari ini adalah jahat. Maka ia
tidak boleh bodoh, mengingat ayat lain lagi berkata, “ Dan segala sesuatu yang
kamu lakukan dengan perkataan ayat perbuatan, lakukanlah semua itu dalam nama
Tuhan Yesus,……” ( Kol 3:17 ). Melakukan sesuatu di dalam nama Tuhan Yesus,
tentu harus di kerjakan dengan sungguh-sungguh atau dengan sekuat tenaga. Sebab
Ia menghendaki kita mengasihi-Nya, dengan segenap hati jiwa, akal budi dan
kekuatan kita ( Mrk 12:30 ).
Mengapa seorang siswa
beriman, tak pernah menjadi lebih bodoh daripada sebelum beriman. Sebab ia akan
lebih giat dalam belajar dan “ PerintahMu membuat aku lebih bijaksana daripada
musuh-musuhku, sebab semuanya itu ada padaku. Aku lebih berakal budi daripada
semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan,” demikian ungkap
pemazmur dalam Mazmur 119:98-99. Ayat-ayat hafalan di atas bisa di hubungkan
dengan kisah-kisah nyata dalam Alkitab, misalnya: kisah Daniel dan
teman-temannya, dalam pasal satu.
Daniel, Hananya, Misael,
Azarya adalah cendekiawan-cendekiawan muda dari Yudea, yang diangkut ke
pembuangan di Babel, karena negara mereka telah ditaklukkan oleh kerajaan Babel
itu. Dalam pembuangan, mereka berempat terpilih untuk mengikuti pendidikan
selama 3 tahun. Pendidikan itu mempersiapkan para cendekiawan muda untuk menjadi
pengawal Raja.
Selama pendidikan itu, di tetapkan
bagi mereka untuk menerima ransum setiap hari dari santapan Raja dan anggur
yang bisa diminum Raja. Dan karena makanan dan minuman ini najis bagi orang
beriman, Daniel bertekad untuk tidak menikmatinya. Dengan berani ia minta
kepada pemimpin pegawai istana untuk tidak memberinya ransum yang ditetapkan
raja itu, dan minta sayur saja untuk dimakan dan air minum untuk diminum. Pemimpin pegawai istana mengabulkan
permintaannya. Sehingga Daniel Hananya, Misael dan Azarya menerima menu yang
berbeda dengan menu teman-temam sependidikan yang lain. Kita tidak tahu
perbandingan kualitas gizi dari menu mereka ini. Yang jelas setelah lewat 10
hari, perawakan Daniel dan teman-temannya kelihatan lebih gemuk dari perawakan
mereka yang makan dari menu raja. Lalu dalam ujian Negara, empat orang ini
lebih pintar dari teman-temannya yang lain.
Bahkan setelah bekerja, mereka didapati memiliki kepintaran 10 kali
lipat, dari kecerdasan semua ilmuwan di seluruh kerajaan Babel.
Percaya dan setia kepada
Allah yang hidup, tak membuat Daniel dan teman-temannya menjadi bodoh dalam
berpikir. Karena memang orang beriman akan memiliki perasaan, pikiran dan
keinginan yang lebih cerah dan terang daripada sebelum beriman. Lalu mungkin
timbul pertanyaan: mengapa ada orang Kristen yang gagal dalam studi dan
pekerjaannya? Di bawa ini Kukemukakan jawaban,
Pertama, mungkin kurang beriman. Contoh untuk orang kurang beriman,
antara lain:
Malas belajar atau tidak
sungguh-sungguh dalam belajar.
Orang Kristen yang demikian, harus
bertobat dan melangkah untuk setia dalam belajar. Sebab ada tertulis, “Hai
pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: …..” (
Ams 6:6 ).
Menunjukkan kekuatannya
sendiri serta ada kesombongan di hati.
Allah tak pernah bekerja menolong
orang yang mengandalkan kekuatannya sendiri dan Ia benci terhadap kesombongan.
Maka jika orang Kristen gagal dalam studinya atau pekerjaanya karena sombong,
ia harus bersyukur. Sebab kalau selalu berhasil, bisa jadi ia takkan pernah mau
melepaskan kesombongannya, atau mungkin juga, ia sendiri tidak menyadari bahwa
kesombongan sudah mengisi hatinya. Akibatnya hubungan Tuhan goyah. Tapi jika
kesombonganya segera disesali dan di akui di hadapan-Nya, maka hubungannya dengan
Allah akan segera akrab kembali. Dan bila tidak mengkitarkan kepada kekuatan
sendiri lagi, tapi berkitar penuh kepada-Nya, ia akan menikmati kembali
kesukaan dalam beriman kepada-Nya.
Kedua, mungkin IQ( Inteligent Quality)nya lemah, atau yang di hadapinya
bukan bidangnya. Pertobatan seseorang tidak selalu mengubah IQ 80 menjadi 120.
Namun kita percaya bahwa pikirannya akan dipimpin dan dikuasai oleah Roh Kudus.
Oleh sebab itu, jika gagal dalam studi kerena IQ lemah, tak perlu berkecil
hati. Ia pasti memiliki kekuatan lain, yang diperkembangkan bisa menjadi berkat
bagi dirinya dan orang lain. Atau juga IQnya normal, namun pelajaran atau tugas
yang dihadapi, memang tak sesuai dengan bakatnya, sehingga memang ia tak harus
di tempat itu.
Ketiga, mungkin Allah sedang menguji imannya. Sering kali Allah menguji iman
orang-orang yang mengasihi-Nya, untuk melihat apakah mereka mengasihi-Nya,
lebih daripada yang lain. Jika seorang mengasihi Allah lebih daripada yang
lain, imannya takkan tergoyahkan kendati studi atau tugasnya gagal. Dan ia pun
akan mengetahi bahwa Allah menyediakan yang jauh lebih baik, daripada sekedar
keberhasilannya dalam studi atau pekerjaan. Seperti ada yang tertulis: “ Aku
datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala
kelimpahan” ( Yoh 10:10 ). Menyimpan Fiman Allah di hati, memungkinkan
seseorang sanggup mempertahankan imannya.
BAB V
HIDUP BARU
5.1 Manusia Baru
Yesus menginginkan kita menjadi manusia
baru, manusia yang hidup di dalam Dia dan manusia yang dibaharui di dalam roh
dan pikirannya seperti pada Injil Efesus 4 : 17 – 18 ”Sebab itu kukatakan dan
dan kutegaskan: jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal
Allah dengan pikiranya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari
hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan
karena kedegilan hati mereka.
Yesus menginginkan membuang kehidupan
kita yang dahulu, menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaanNya oleh
nafsunya yang menyesatkan, Yesus juga menginginkan agar kita mengenkan manusia
baru yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan
kekudusan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, kita diharapkan membuang dosa dan
berkata benar diantara sesama kita. Jika kita membenci atau marah kepada sesama
kita hendaknya kemarahan itu hilan sebelum matahari terbenam dan jangan
sekali-kali memberikan kesempatan pada iblis untuk merebut hatimu. Hendaklah
segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah dibuang jauh-jauh
dari diri kita dan biarkanlah Roh Kudus Allah ada pada kita yang telah
mematerai kita untuk beroleh hidup yang kekal menjelang hari penyelamatan.
Tuhan juga menghendaki agar kita ramah terhadap sesama, penuh kasih mesra dan
saling mengampuni sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kita.
5.2 Arti Hidup Baru
Lahir baru berarti memulai kehidupan
yang berarti dalam Kristus. Yesus yaitu masuk dalam kehidupan yang baru. Hidup
baru berarti suatu keadaan dimana kehidupannya sudah berubah tidak sama seperti
sebelumnya. Kelahuran baru bukanlah sesuatu yang bisa kita ciptakan. Kelahuran
baru bukanlah menerima vusu yang trasenden atau memulai hidup yang baru, ataupun
memperoleh perasaan religius yang aneh. Kelahiran baru bukanlah suatu langkah
maju dalam reinkarnasi. Kelahuran baru bukan sekedar kesadaran diri. Bukan
sejenus renungn mistik atau perjalanan roh karena pengaruh obat bius.
Sebaliknya, kelahuran baru adalah karya Allah yang nyata dan menetap, yang
darinya kita meneima sifat yang batu dan kudis. Itulah yang tercakup dalam
hidup baru, suatu kelahuran yang adikodrati dan rohani, dari atas yang terjadi
setiap saat takkala seorang menaruh pengharapannya pada Kristus.
5.3 Sumber Hidup Baru
Sebagai umatNya, kita mempercayai bahwa
Yesus Kristus adalah utusan Allah. Injil yang berarti kabar baik telah
menyatakan bahwa Yesus Kristus, anak Allah, meninggalkan surga dan datang ke
dunia. Dia dilahirkan oleh seorang perawan: ”.....anak yang akan kau lahirkan
itu akan disebut kudus, anak Allah.” (Lukas 4 : 35), hidup tanpa dosa. Dia
telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa (Ibrani; 4 :15). Ia disalibkan dan
dibuat ”menjadi dosa karena kita supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”
(Z Korintus 5 : 21). Akhirnya Allah ”membangkitkan Dia dari antara orang mati
dan mendudukan Dia disebelah kanan-Nya di sorga....” Efesus 1 : 20).
Mempercayai kebenaran-kebenaran inilah yang membuahkan
keselamatan. Inti dari sumber hidup baru ini adalah pengakuan kita bahwa
Yesuslah sumber keselamatan.
5.4 Permulaan Hidup Baru
1. Kesadaran akan Dosa
Ada tiga langkah yang tidak dapat
dipisahkan dalam kaitannya dengan penyelamatan manusia. Langkah pertama ialah,
menyadari bahwa manusia telah tercemar dosa. Seseorang perlu mengaku bahwa ia
telah berdosa. Alkitab mengatakan bahwa semua orang ”telah berbuat dosa dan
telah kehilangan kemuliaan Allah”. (Roma 3 : 23). Dosa dalam 1 Youannes 3 : 4b,
ialah pelanggaran hukuman Allah. Dosa bukan hanya perbuatan yang salah, tetapi
juga berupa kegagalan dalam melakukan perbuatan baik, ”jadi seseorang tahu
bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi tidak melakukannya, ia berdosa (Yakobus
4 : 7). Jadi tidak ada yang tidak berdosa. Setiap orang telah berdosa terhadap
Allah dan perlu diselamatkan kebenaran ini harus disadari dan disukai, baik
terhadap diri sendiri, maupun terhadap Allah.
2. Pertobatan
Langkah kedua adalah: bertobat. Jika
seseorang bertobat, pandangan dan sikap hatinya terhadap dosa berubah.
Pertobatan sumpama perubahan Allah. Tuhan Yesus menghimbau supaya semua orang
bertaubat dan ”percaya kepada Injil” (Marcus 1: 15) ia memperingatkan,”tetapi
jikalau kamu tidak bertaubat, kamu semua akan binasa....” (Lucas 13 : 3). 2 Samuel dikisahkan tentang dosa Raja
Daud. Ia berzinah dan membunuh. Allah mengutus Nabi Natan untuk menunjukan
kesalahannya. Setelah sadar akan perbuatan jahatnya Daud benar bertobat. Ketulusan pertobatannya tertulis dalam Nazmur 51 yang
dalam doanya ia meminta dengan kerendahan hati.
3. Iman
Langkah ketiga ialah beriman kepada
Yesus Kristus. Beriman kepada Kristus erat kaitannya dengan pertobatan. Beriman
kepada Kristus berarti menyerahkan segalanya kepada Yesus Kristus...dirinya,
dosanya, hidupnya, masa depannya, dan yang ada pada dirinya. Tidak ada satu
orangpun yang dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Hanya Tuhan Yesuslah yang
berkuasa menyelamatkannya: Kita orang berdosa, hanya dapat diselamatkan kalau
kita menyerahkan diri sepenuhnya kepada Kristus.
5.5 Sifat dan Tujuan Hidup Baru
a. Sifat Hidup Baru
Yohannes 3 : 16 menyatakan
: ”Setiap orang percaya kepada-Nya
tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang ketat.” Hidup yang kekal berarti
hidup yang abadi, berlangsung terus menerus tidak henti-hentinya. Memang setiap
orang yang akan meninggal mati secara jasmani. Itu adalah akibat dosa Roma : 6
: 2 ”Sebab upah dosa ialah maut, tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam
Kristus Yesus, Tuhan kita.”Tetapi secara rohani, seorang Kristiani tidak akan
mati. Artinya rohnya akan memperoleh kehidupan kekal dihadapan Allah.
Pada saat orang percaya kepada Kristus dan menerima Dia
menjadi juru selamat pribadi. Ia terlepas dari keadaan mati rohani. Ia memasuki
kehidupan rohani (Efesus 2 : 3), kehidupan inilah yang bersifat kekal.
b.Tujuan Hidup Baru
Kehidupan baru seorang percaya berbeda
dari sebelumnya. Firman Allah mengatakan kehidupan orang yang belum mengenal
Allah, dalam Yesaya 57 : 20 menyatakan, ”seperti laut yang berombak-ombak sebab
tidak dapat tenang dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur.” Sesudah ia
mempercayakan dirinya kepada Kristus. Ia memperoleh damai Allah dan menjadi
ciptaan baru: jadi siapa yang ada di dalam Kristus, Ia adalah ciptaan baru:
”yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus, 5
: 17). Sebagai
ciptaan baru, kita seumpama bayi yang baru lahir. Tentu kita memerlukan susu
rohani yaitu firman Tuhan.” Dan jadilah sama seperti bayi, yang selalu ingin
akan air susu yang murni dan yang rohani...” (1 Petrus 2 : 2).
Kita harus secara teratur membaca dan
merenungkan firman Tuhan supaya kita dapat bertumbuh menjadi orang yang dewasa
rohaninya. Sesudah seseorang memasuki
hidup baru di dalam Kristus, wajarlah bila ia rindu agar orang lain juga
diselamatkan atas kesadarannya sendiri dan berdasarkan pengalaman
keselamatannya. Ia dapat bersaksi supaya orang lain juga diselamatkan. Itulah
salah satu tujuan baru ”sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian
juga sekarang aku mengutus kamu.”
(Yohannes 20 : 21). Dalam 2 Karintus 5 : 20a, menyatakan, ”Jadi kamu ini adalah
utusan-utusan Kristus.... Dalam 2 Korintus 5 : 19 b menyatakan, ”Allah mempercayakan
berita kedamaian itu kepada kami.”
BAB VI
PERTOBATAN
6.1 Pengertian Pertobatan
Banyak orang memahami istilah
“pertobatan” berarti “berbalik dari dosa.” Ini bukanlah definisi Alkitab
mengenai pertobatan. Dalam Alkitab, kata “bertobat” berarti “berubah pikiran.”
Alkitab juga memberitahu kita bahwa pertobatan yang sejati akan menghasilkan
perubahan tindakan (Lukas 3:8-14, Kisah Rasul 3:19). Kisah 26:20 menyatakan,
“Tetapi mula-mula aku memberitakan bahwa mereka harus bertobat dan berbalik
kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan
itu.” Definisi pertobatan yang sepenuhnya secara Alkitabiah adalah perubahan
pikiran yang menghasilkan perubahan tingkah laku.
Kalau demikian, apa hubungan antara pertobatan dan keselamatan? Kitab Kisah Rasul nampaknya secara khusus memusatkan perhatian pada pertobatan dalam hubungannya dengan keselamatan (Kisah 2:38, 3:19; 11:18; 17:30; 20:21; 26:20). Bertobat, dalam kaitannya dengan keselamatan, adalah merubah pikiran Anda dalam hubungannya dengan Yesus Kristus. Dalam khotbah Petrus pada hari Pentakosta (Kisah 2) dia mengakhirinya dengan panggilan agar orang-orang bertobat (Kisah 2:38). Bertobat dari apa? Petrus memanggil orang-orang yang menolak Yesus Kristus (Kisah 2:36) untuk mengubah pikiran mereka mengenai Dia, untuk mengakui bahwa Dia sungguh-sungguh adalah “Tuhan dan Kristus” (Kisah 2:36). Petrus memanggil orang-orang untuk mengubah pikiran mereka dari menolak Kristus sebagai Mesias menjadi beriman kepadaNya sebagai Mesias dan Juruselamat.
Pertobatan dan iman dapat dipahami sebagai “dua sisi dari koin yang sama.” Tidaklah mungkin beriman kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat tanpa terlebih dahulu mengubah pikiran Anda mengenai siapa Dia dan apa yang telah Dia lakukan. Apakah ini adalah pertobatan dari penolakan secara sengaja, atau pertobatan dari ketidakacuhan atau ketidaktertarikan – itu adalah perubahan pikiran. Pertobatan Alkitabiah, dalam hubungannya dengan keselamatan, adalah merubah pikiran Anda dari menolak Kristus menjadi beriman kepada Kristus adalah penting untuk memahami bahwa pertobatan bukanlah hasil karya kita demi untuk mendapatkan keselamatan. Tidak ada seorangpun dapat bertobat dan datang kepada Allah kecuali kalau Allah menarik orang tsb. kepadaNya (Yohanes 6:44). Kisah 5:31 dan 11:18 mengindikasikan bahwa pertobatan adalah pemberian Allah – yang dimungkinkan semata-mata karena anugrahNya. Tidak ada seorangpun yang dapat bertobat kecuali kalau Allah menganugrahkan pertobatan. Segala yang bersangkutan dengan keselamatan, termasuk pertobatan dan iman, adalah hasil dari Allah menarik kita, membuka mata kita, dan mengubah hati kita. Panjang sabar Allah menuntun kita kepada pertobatan (2 Petrus 3:9), demikian pula kebaikanNya (Roma 2:4).
Sekalipun pertobatan bukanlah pekerjaan yang menghasilkan keselamatan, pertobatan yang menuntun pada keselamatan pasti menghasilkan suatu karya. Adalah tidak mungkin untuk benar-benar dan secara keseluruhan mengubah pikiran Anda tanpa hal itu menyebabkan perubahan dalam perilaku. Dalam Alkitab pertobatan menghasilkan perubahan tingkah laku. Itu sebabnya Yohanes Pembaptis berseru agar orang-orang “menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan” (Matius 3:8). Seseorang yang benar-benar telah bertobat dari penolakan akan Kristus kepada iman akan Kristus akan nyata melalui hidup yang berubah (2 Korintus 5:17, Galatia 5:19-23, Yakobus 2:14-26). Pertobatan, didefinisikan secara tepat, adalah perlu untuk keselamatan. Pertobatan yang Alkitabiah adalah mengubah pikiran Anda mengenai Yesus Kristus dan berbalik kepada Allah dalam iman untuk keselamatan (Kisah 3:19). Berbalik dari dosa bukanlah definisi dari pertobatan, melainkan adalah salah satu hasil dari pertobatan yang sejati, yang berlandaskan iman yang menuntun kepada Tuhan Yesus Kristus.
Kalau demikian, apa hubungan antara pertobatan dan keselamatan? Kitab Kisah Rasul nampaknya secara khusus memusatkan perhatian pada pertobatan dalam hubungannya dengan keselamatan (Kisah 2:38, 3:19; 11:18; 17:30; 20:21; 26:20). Bertobat, dalam kaitannya dengan keselamatan, adalah merubah pikiran Anda dalam hubungannya dengan Yesus Kristus. Dalam khotbah Petrus pada hari Pentakosta (Kisah 2) dia mengakhirinya dengan panggilan agar orang-orang bertobat (Kisah 2:38). Bertobat dari apa? Petrus memanggil orang-orang yang menolak Yesus Kristus (Kisah 2:36) untuk mengubah pikiran mereka mengenai Dia, untuk mengakui bahwa Dia sungguh-sungguh adalah “Tuhan dan Kristus” (Kisah 2:36). Petrus memanggil orang-orang untuk mengubah pikiran mereka dari menolak Kristus sebagai Mesias menjadi beriman kepadaNya sebagai Mesias dan Juruselamat.
Pertobatan dan iman dapat dipahami sebagai “dua sisi dari koin yang sama.” Tidaklah mungkin beriman kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat tanpa terlebih dahulu mengubah pikiran Anda mengenai siapa Dia dan apa yang telah Dia lakukan. Apakah ini adalah pertobatan dari penolakan secara sengaja, atau pertobatan dari ketidakacuhan atau ketidaktertarikan – itu adalah perubahan pikiran. Pertobatan Alkitabiah, dalam hubungannya dengan keselamatan, adalah merubah pikiran Anda dari menolak Kristus menjadi beriman kepada Kristus adalah penting untuk memahami bahwa pertobatan bukanlah hasil karya kita demi untuk mendapatkan keselamatan. Tidak ada seorangpun dapat bertobat dan datang kepada Allah kecuali kalau Allah menarik orang tsb. kepadaNya (Yohanes 6:44). Kisah 5:31 dan 11:18 mengindikasikan bahwa pertobatan adalah pemberian Allah – yang dimungkinkan semata-mata karena anugrahNya. Tidak ada seorangpun yang dapat bertobat kecuali kalau Allah menganugrahkan pertobatan. Segala yang bersangkutan dengan keselamatan, termasuk pertobatan dan iman, adalah hasil dari Allah menarik kita, membuka mata kita, dan mengubah hati kita. Panjang sabar Allah menuntun kita kepada pertobatan (2 Petrus 3:9), demikian pula kebaikanNya (Roma 2:4).
Sekalipun pertobatan bukanlah pekerjaan yang menghasilkan keselamatan, pertobatan yang menuntun pada keselamatan pasti menghasilkan suatu karya. Adalah tidak mungkin untuk benar-benar dan secara keseluruhan mengubah pikiran Anda tanpa hal itu menyebabkan perubahan dalam perilaku. Dalam Alkitab pertobatan menghasilkan perubahan tingkah laku. Itu sebabnya Yohanes Pembaptis berseru agar orang-orang “menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan” (Matius 3:8). Seseorang yang benar-benar telah bertobat dari penolakan akan Kristus kepada iman akan Kristus akan nyata melalui hidup yang berubah (2 Korintus 5:17, Galatia 5:19-23, Yakobus 2:14-26). Pertobatan, didefinisikan secara tepat, adalah perlu untuk keselamatan. Pertobatan yang Alkitabiah adalah mengubah pikiran Anda mengenai Yesus Kristus dan berbalik kepada Allah dalam iman untuk keselamatan (Kisah 3:19). Berbalik dari dosa bukanlah definisi dari pertobatan, melainkan adalah salah satu hasil dari pertobatan yang sejati, yang berlandaskan iman yang menuntun kepada Tuhan Yesus Kristus.
6.2 Pertobatan yang Sejati
dan yang Palsu
Charles
G Finney
Kita bisa melihat dari ayat ini bahwa sang
nabi sedang berbicara kepada mereka yang mengaku sebagai orang-orang religius,
dan membanggakan diri dengan ide bahwa mereka berada dalam keselamatan. Namun
kenyataannya, harapan mereka hanyalah api yang mereka sulut ke obor yang mereka
ciptakan sendiri.
Sebelum saya membahas lebih jauh
pokok tentang pertobatan yang sejati dan yang palsu, saya ingin sampaikan bahwa
pembahasan ini hanya bermanfaat bagi mereka yang mau dengan jujur menerapkannya
kepada diri mereka sendiri. Jika Anda berharap untuk bisa mendapat sesuatu
manfaat dari apa yang akan saya sampaikan, Anda harus tetapkan untuk membuat
penerapan yang tulus secara pribadi. Bersikap jujurlah seperti jika Anda akan
menghadap Tuhan. Jika Anda bersedia melakukannya, saya harap Anda akan bisa
dapati seperti apa sesungguhnya hubungan Anda dengan Tuhan.
Jika saat ini Anda sedang disesatkan,
saya berharap untuk bisa membawa Anda pada jalur keselamatan yang benar. Namun
jika Anda tidak bersikap jujur, maka khotbah saya ini akan menjadi sia-sia
saja, dan Anda juga sia-sia mendengarkannya.
Saya
berencana untuk menunjukkan perbedaan antara pertobatan yang sejati dan yang
palsu mengikuti urutan pembahasan seperti ini:
I. Menunjukkan bahwa keadaan alami manusia adalah
keadaan yang murni egois
II. Menunjukkan bahwa karakter orang Kristen itu
berisi kebajikan. Artinya, [seorang Kristen itu] memilih untuk membahagiakan
orang lain.
III. Menunjukkan bahwa kelahiran kembali di dalam
Kristus Yesus merupakan suatu perubahan dari keegoisan menuju kebajikan.
IV. Menunjukkan beberapa bidang di mana orang-orang
Kudus dan orang-orang berdosa, atau orang yang bertobat secara sejati dengan
yang palsu, memiliki kesamaan dan juga perbedaan dalam hal-hal tertentu.
V.
Menjawab beberapa persoalan
VI.
Menyimpulkan dengan menyajikan beberapa penekanan.
I. Keadaan alami
seorang manusia, atau cara hidup manusia sebelum betobat adalah keegoisan yang
murni dan tidak ada campuran [kebaikan apapun] di dalamnya.
Keegoisan itu berarti menempatkan kebahagiaan pribadi Anda sebagai yang
paling utama, dan juga mengejar keuntungan pribadi Anda. Orang yang egois
menempatkan kebahagiaan pribadinya di atas segala yang lain, misalnya diatas
kemuliaan Allah dan kebaikan seisi alam. Sangatlah jelas bahwa semua orang
berada dalam keadaan ini sebelum bertobat. Hampir semua orang tahu bahwa
orang-orang berurusan antara satu dengan yang lain berdasarkan prinsip
keegoisan. Kalau ada orang yang menafikan hal ini, lalu coba berurusan dengan
orang lain dengan cara yang tidak egois, maka dia akan dianggap bodoh.
II. Karakter seorang Kristen itu berisi
kebajikan
Watak yang berisi kebajikan itu berarti suka membahagiakan orang lain,
atau, lebih memilih untuk membahagiakan orang lain. Ini adalah pola pikir
Allah. Kita diberitahu bahwa Allah itu kasih; artinya, Dia itu penuh kebajikan.
Kebajikan memenuhi segenap kepribadian-Nya. Semua kualitas kepribadian-Nya yang
lain hanya merupakan ungkapan berbeda dari kebajikan-Nya.
Setiap
orang yang bertobat memiliki kecenderungan untuk menyerupai kepribadian Allah.
Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa tak seorang pun yang bisa disebut
bertobat jika dia tidak benar-benar memiliki kebajikan seperti Allah secara
murni dan sempurna - melainkan bahwa kecenderungan pilihannya adalah pilihan
berdasarkan kebajikan. Dia dengan tulus mengupayakan kebahagiaan orang lain,
bukan karena hal itu akan membuatnya berbahagia nantinya.
Allah
memiliki kebajikan yang murni dan tidak egois. Dia tidak membahagiakan
orang-orang demi kesenangan pribadi-Nya, melainkan karena Dia memang mencintai
kebahagiaan orang lain itu. Dia bukannya tidak berbahagia di dalam memberkati
mereka, tapi kebahagiaan pribadi-Nya bukanlah tujuan yang Dia kejar. Orang yang
tidak egois menemukan kebahagiaan saat mengerjakan perbuatan baik. Jika dia
tidak gemar berbuat baik, tentunya perbuatan baik itu tidak menjadi hal yang
dia utamakan.
Kebajikan
adalah kekudusan. Itulah hal yang dituntut oleh hukum Allah, "Kasihilah
Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap akal budimu" dan, "Dan hukum yang kedua, yang sama
dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
," (Mat. 22.37, 39) Sama seperti orang yang sudah bertobat itu menaati
hukum Allah, dia juga penuh kebajikan seperti Allah.
III. Pertobatan
sejati adalah perubahan dari keegoisan puncak menuju kasih kepada kebahagiaan
orang lain
Pertobatan yang sejati adalah perubahan atas tujuan yang Anda kejar, dan
bukan sekadar perubahan dalam cara Anda mengejar cita-cita Anda. Tidak benar
jika dikatakan bahwa orang yang bertobat dengan yang tidak bertobat itu
memiliki cita-cita yang sama, dan perbedaannya hanya terletak pada cara
mengejarnya. Ini sama saja dengan mengatakan bahwa malaikat Gabriel dan Iblis
sama-sama berjuang mengejar kebahagiaan pribadi mereka, hanya saja cara mereka
mengejarnya berbeda. Gabriel mentaati Allah bukan dalam rangka mengejar
kebahagiaan pribadinya.
Seseorang bisa saja mengubah cara dia bertindak, namun tetap mengejar
kebahagiaan pribadinya. Dia bisa saja orang yang tidak percaya kepada Yesus,
atau pada kekekalan, akan tetapi dia bisa melihat bahwa berbuat baik itu bisa
menguntungkannya di dunia ini dan memberi dia banyak keuntungan pribadi (yang
bersifat sementara). Anggaplah orang ini akhirnya bisa melihat realitas dari
kekekalan dan memeluk agama dalam rangka mendapati kebahagiaan di dalam
kekekalan itu. Nah, setiap orang tahu bahwa tidak ada hal yang berharga yang
bisa didapati di sini. Bukan pelayanannya kepada Tuhan yang memberkati Tuhan,
melainkan alasan mengapa dia melayani Allah itulah yang terpenting.
Petobat
sejati menjadikan kemuliaan Allah dan kemajuan Kerajaan-Nya sebagai
cita-citanya. Dia memilih hal tersebut sebagai tujuan hidupnya, karena dia
melihat hal ini sebagai kebajikan yang lebih utama dibandingkan kebahagiaan
pribadinya. Bukan karena dia tidak peduli dengan kebahagiaan pribadinya,
melainkan karena dia lebih mengutamakan kemuliaan Allah, karena kemuliaan Allah
adalah kebajikan yang lebih utama. Dia mengejar kebahagiaan orang-orang lain
sesuai dengan makna penting yang bisa dia lihat di sana (sejauh dia mampu
menilai hal tersebut), dan dia memilih kebajikan tertinggi itu sebagai
cita-cita utamanya.
IV. Beberapa
bidang di mana orang kudus sejati dan orang yang disesatkan memiliki kesamaan -
dan bidang-bidang di mana mereka berbeda
1. Mereka bisa
sepakat dalam hal kehidupan yang dikendalikan oleh moralitas yang tinggi.
Perbedaannya terletak
pada motivasi mereka. Orang kudus sejati menjalani kehidupan yang bermoral
karena mereka mengasihi kekuusan - orang yang disesatkan memiliki motivasi yang
egois. Dia akan memanfaatkan moralitas sebagai alat untuk mencapai tujuan
tertentu, demi kebahagiaan pribadi mereka.
2. Mereka bisa
saja sama-sama giat berdoa, sejauh yang bisa dilihat secara langsung.
Perbedaannya terletak
pada motivasi mereka. Orang kudus sejati memang mengasihi doa - orang yang
disesatkan berdoa karena mereka berharap untuk bisa memperoleh keuntungan
dengan doa mereka. Orang kudus sejati memang mengharapkan suatu hasil dari doa
mereka, akan tetapi hal ini bukanlah motivasi utama mereka. Petobat palsu
berdoa murni dengan motivasi yang egois.
3. Mereka bisa terlihat sama-sama
bersemangat dalam hal keagamaan.
Orang bisa saja memiliki
semangat yang tinggi mengikuti pengetahuan mereka, dan dia memang secara tulus
berhasrat untuk melayani Tuhan. Petobat palsu bisa juga menunjukkan semangat
yang tinggi, namun dengan tujuan menjamin keselamatan pribadinya, dan juga
karena dia takut masuk neraka kalau dia tidak bekerja buat Tuhan. Mungkin dia
juga melayani Allah demi meredam desakan hati nuraninya, bukan karena dia
mengasihi Tuhan.
4. Mereka bisa terlihat sama-sama
mengasihi hukum Allah.
Orang kudus sejati
mengasihi hukum Allah karena kesempurnaan, kekudusan,keadilan dan kebaikan dari
hukum tersebut; orang yang egois mengira bahwa jika menjalankan hukum tersebut
dia bisa menikmati kebahagiaan pribadi.
5. Mereka bisa
terlihat sama-sama mendukung sanksi-sanksi yang terkandung dalam hukum Allah.
Orang kudus sejati
mengaitkan hukum Allah dengan diri pribadi mereka dalam pengertian bahwa
sangatlah adil jika Allah memasukkan mereka ke dalam neraka. Orang yang
disesatkan bisa saja menghormati hukum tersebut, karena dia tahu bahwa aturan
yang ditegakkan di sana memang benar, akan tetapi dia merasa bahwa dirinya
tidak berada dalam cakupan hukum tersebut.
6. Mereka bisa saja menolak beberapa hal
yang sama.
Menyangkal diri bukan hal
yang dilakukan oleh kalangan orang kudus saja. Coba lihat pengorbanan dan
penyangkalan diri yang dilakukan oleh kaum muslim, yang menjalankan ibadah haji
ke Mekah. Lihatlah disiplin dan penyangkalan diri yang dilakukan oleh orang-orang
yang tersesat di dalam berbagai macam aliran kepercayaan timur itu. Orang kudus
sejati menyangkal dirinya untuk bisa lebih banyak berbuat baik kepada orang
lain. Pengorbanan dirinya tidak dilakukan demi meninggikan diri ataupun
kepentingannya. Orang yang tersesat bisa saja melakukan hal yang sebanding
dengan hal tersebut, akan tetapi murni dari niat yang egois.
7. Mereka bisa saja sama-sama memiliki
kerelaan untuk mengorbankan nyawa.
Bacalah kisah kehidupan
para martir dan Anda bisa lihat betapa mereka memiliki kerelaan untuk berkorban
bahkan demi ide yang salah mengenai imbalan yang akan diterima dengan
pengorbanan mereka. Banyak orang yang berani menerjang maut karena keyakinan
bahwa cara yang sedang mereka jalani adalah jalan yang paling benar yang menuju
kekekalan.
8. Keduanya bisa saja memiliki kerelaan
untuk berkorban sangat besar untuk menjalankan kebenaran.
Petobat yang sejati
melakukan hal itu karena dia mengasihi kebenaran, sedangkan petobat yang palsu
melakukannya karena dia tahu bahwa dia tidak bisa diselamatkan jika tidak
menjalankan kebenaran. Dia bisa saja bersikap jujur dalam transaksi bisnisnya,
namun tanpa motivasi yang lebih mulia, maka tindakannya itu tidak akan dihargai
oleh Allah.
9. Mereka bisa saja menghasratkan hal
yang sama di dalam beberapa bidang
Mereka bisa sama-sama berhasrat untuk menjadi orang yang berguna bagi
masyarakat. Petobat
yang sejati berhasrat menjadi orang yang berguna karena memang sangat
menghargai nilai orang yang berguna bagi masyarakat, sedangkan petobat yang
palsu menghasratkan hal itu karena dia memandang bahwa itu adalah jalan untuk
menjadi berkenan kepada Allah.
Mereka bisa sama-sama mengharapkan orang lain bertobat. Bagi orang kudus sejati, karena hal
itu akan memuliakan Allah, sedangkan bagi orang yang tersesat, hal itu dalam
rangka mendapatkan perkenan dari Allah. Dia akan dimotivasi oleh niatan
tersebut, misalnya di saat dia sedang memberikan uang. Setiap orang tahu bahwa
seseorang bisa memiliki kerelaan untuk menyumbang ke sebuah organisasi, ataupun
Perhimpunan Misionaris, berlandaskan motivasi yang egois untuk mendapatkan
kebahagiaan dari pujian dari manusia, atau mengejar perkenan dari Allah. Dengan
demikian, dia juga bisa saja mengharapkan pertobatan dari orang-orang, dan
berusaha keras untuk mewujudkannya, namun dengan berlandaskan motivasi yang
egois.
Mereka bisa saja sama-sama berhasrat untuk memuliakan Allah. Orang kudus yang sejati menghasratkan
itu karena dia ingin melihat Allah dimuliakan, sedangkan orang yang tersesat
melakukannya karena dia memandang hal itu sebagai satu-satunya jalan untuk
diselamatkan. Petobat yang sejati mengarahkan hatinya mengejar kemuliaan bagi
Allah. Sedangkan pihak yang tersesat menghasratkan hal itu demi keuntungan
pribadinya.
Mereka bisa saja sama-sama berhasrat untuk bertobat. Petobat yang
sejati membenci dosa karena dosa itu menyakitkan dan mempermalukan Allah, oleh
karenanya, dia ingin bertobat dari dosanya. Petobat yang palsu juga ingin
bertobat karena dia menganggap bahwa kalau tidak bertobat, maka dia akan
dihukum.
Mereka bisa sama-sama ingin mentaati Allah. Orang kudus
yang sejati taat supaya dia bisa meningkatkan kekudusannya. Petobat yang palsu
mentaati Allah karena dia mengharapkan imbalan dari ketaatannya.
10. Mereka bisa mengasihi hal yang sama
Mereka bisa saja sama-sama mengasihi Alkitab. Bagi petobat
sejati hal ini karena Alkitab itu adalah kebenaran dari Allah.
Dia bergemar di dalam kasihnya pada Alkitab. Orang yang tersesat mengasihi
Alkitab karena mengira bahwa isi Alkitab mendukungnya, dan memandang isi
Alkitab sebagai suatu rencana yang akan menggenapi harapannya.
Mereka bisa sama-sama mengasihi Allah - yang satu karena melihat bahwa karakter Allah itu
begitu indah dan menyenangkan, dan dia mengasihi Allah demi menyenangkan hati
Allah. Yang satunya lagi, karena dia mengira bahwa Allah adalah sahabat khusus
yang akan membuatnya bahagia selamanya, lalu dia mengaitkan pemahaman tentang
keberadaan Allah itu dengan kepentingan egoisnya.
Mereka bisa sama-sama mengasihi Kristus. Petobat sejati mengasihi karakter
Kristus. Orang yang tersesat mengira bahwa Kristus akan menyelamatkannya dari
neraka, dan memberi dia hidup yang kekal...jadi, dia merasa tidak punya alasan
untuk tidak mengasihi Kristus.
Mereka bisa sama-sama mengasihi orang Kristen. Petobat yang sejati melakukannya
karena dia melihat gambaran Kristus di dalam diri orang-orang Kristus, dan bisa
menikmati kebersamaan rohani dengan orang-orang Kristen tersebut. Orang yang
tersesat mengasihi orang-orang Kristen karena kesamaan denominasi, atau mungkin
juga mereka berada di pihak yang sama. Dia juga gemar membicarakan tentang
minatnya pada kekristenan dan harapannya untuk bisa masuk ke surga.
Mereka bisa sama-sama gemar menghadiri ibadah-ibadah keagamaan. Bagi orang kudus, hal ini karena hatinya
memang gemar akan penyembahan, doa, memanjatkan pujian dan berbagi Firman Allah
- sedangkan bagi orang yang tersesat, hal ini karena acara-acara kebaktian itu
merupakan tempat yang bagus untuk menaikkan harapannya.
Keduanya bisa sama-sama menikmati saat-saat berdoa secara pribadi. Bagi orang
kudus sejati, hal ini karena dia dekat dengan Allah dan bergemar dalam
persekutuan dengan-Nya. Bagi orang yang tersesat, hal ini karena dia memperoleh
kepuasan karena merasa dirinya adalah orang benar, merasa bahwa sudah merupakan
tugasnya untuk berdoa secara pribadi.
Mereka bisa sama-sama mengasihi doktrin kasih karunia -
bagi orang kudus sejati, hal ini karena hal tersebut sangat memuliakan Allah,
sedangkan bagi yang tersesat hal ini karena mengira bahwa ajaran tersebut
menjamin keselamatan pribadi mereka.
11. Mereka bisa sama-sama membenci
sesuatu hal
Mereka bisa sama-sama membenci kebejatan seksual serta menentangnya dengan
sangat keras - orang kudus sejati membencinya
karena hal itu bersifat merusak dan bertentangan dengan Allah, sedangkan bagi
yang tersesat hal itu bisa saja karena bertentangan dengan pandangan
pribadinya.
Mereka bisa sama-sama membenci dosa - bagi petobat sejati, hal itu karena dosa
bertentangan dengan Allah, sedangkan bagi orang yang tersesat, karena dosa
telah menyakitinya. Seringkali orang membenci dosa-dosa mereka sendiri, akan
tetapi mereka tidak meninggalkan dosa-dosa itu.
Mereka bisa sama-sama menentang orang berdosa. Penentangan
yang dilakukan oleh orang kudus sejati dilandasi oleh kasih. Mereka melihat
bahwa karakter dan perilaku si orang berdosa itu akan merusak Kerajaan Allah.
Bagi orang yang tersesat, mereka menentang orang berdosa karena agama yang
berbeda atau karena berada di pihak yang berbeda.
6.3 Babtisan
a. Babtisan Air
1. Mengapa Orang Kristen
Harus dibabtis
Babtisan bukan sekedar
upacara peresmian untuk menjadi orang kristen. Tetapi babtisan air dan babtisan
Roh Kudus merupakan pernyataan Iman yang tidak bisa dipisahkan dari langka “
pertobatan “. Yesus sendiri berkata “ siapa percaya dan Dibabtis akan
diselamatkan “ ( Mark 16 : 16 ). Jadi langkah-langkah yang Tuhan ajarkan kepada
adalah percaya dulu, kemudian baru dibabtis. Percaya kepada Allah akan
menimbulkan suara perubahan dalam hati, sedangkan tindakan memberi diri dibabtis
merupakan suatu tindakan lahiriah untuk menunjukkan ketaatan kita pada
perintah-Nya.
2. Babtisan Dan Syaratnya
Semua orang percaya harus
dibabtis, karena itu kebenaran Tuhan harus digenapi dalam kehidupan kita. Namun
ada dua persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum dibabtis,
yaitu:
Percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan
Juruslamat umat manusia
Bertobat dari dosa-dosanya
3. Makna pembabtisan
Babtisan berarti :
1.
Proklamasi
kepada dunia bahwa kita tidak ada hubungannya lagi dengannya ( Roma 6 : 3-4 )
2. Pengakuan kepada gereja bahwa tubuh
Kristus bahwa kita adalah bagian darinnya.
3.
pengakuan
kepada sorga bahwa kita percaya akan kematian dan kebangkitan Yesus ( 1 Kor 15
: 3-4 )
4. pengakuan kepada Neraka / Iblis kita telah selesai dengannya dan
berpindah kepada pihak Allah.
b. Baptisan Roh Kudus
Baptisan Roh Kudus dapat didefinisikan sebagai karya Roh Allah yang
mempersatukan orang percaya dengan Kristus dan dengan orang-orang percaya
lainnya dalam Tubuh Kristus pada saat orang itu diselamatkan. 1 Korintus
12:12-13 dan Roma 6:1-4 adalah ayat-ayat utama dalam Alkitab yang mengajarkan
doktrin ini. 1 Korintus 12:13 mengatakan, “Sebab dalam satu Roh kita semua,
baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah
dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.” Roma
6:1-4 mengatakan, “Jika
demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita
bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali
tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup
di dalamnya? Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis
dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah
dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama
seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa,
demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” Meskipun Roma 6 tidak
secara khusus menyebut Roh Allah, bagian Alkitab ini menggambarkan kedudukan orang
percaya di hadapan Allah dan 1 Korintus 12 memberitahu kita bagaimana hal itu
terjadi.
Fakta yang perlu
diperhatikan untuk menguatkan pengertian kita akan baptisan Roh. Pertama, 1 Korintus 12:13 dengan jelas
menyatakan bahwa semua telah dibaptis sama seperti semua telah diberi minum
(berdiamnya Roh Kudus). Kedua,
Alkitab tidak pernah menasehati orang-orang percaya untuk dibaptiskan
dengan/dalam/oleh Roh. Ini menunjukkan bahwa semua orang percaya telah
mengalami pelayanan ini. Akhirnya, Efesus 4:5 nampaknya menunjuk pada baptisan
Roh. Jikalau ini memang demikian, baptisan Roh adalah kenyataan hidup dari
setiap orang percaya, sama seperti, ”satu iman” dan ”satu Bapa.”
Sebagai kesimpulan, baptisan Roh Kudus menggenapi dua hal, (1) menyatukan
kita dengan Tubuh Kristus, dan (2) mengaktualisasikan penyaliban kita bersama
dengan Kristus. Berada dalam tubuh Kristus berarti kita bangkit bersama dengan
Dia dalam hidup yang baru (Roma 6:4). Kita perlu menggunakan karunia rohani
kita untuk memastikan bahwa tubuh itu berfungsi sebagaimana mestinya seperti
yang dijelaskan dalam 1 Korintus 12:13. Mengalami baptisan dari Roh yang sama
menjadi dasar untuk memelihara kesatuan gereja seperti yang dikatakan dalam
Efesus 4:5. Menjadi sama dengan Kristus dalam kematian, penguburan dan
kebangkitanNya melalui baptisan Roh menjadi dasar untuk mewujudkan pemisahan
kita dari kuasa dosa dan untuk kita berjalan dalam hidup yang baru (Roma
6:1-10; Kolose 2:12).
BAB VII
HIDUP DALAM KEKUDUSAN
7.1 Pengrtian Kekudusan
Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah
pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada
waktu penyataan Yesus Kristus. Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan
turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah
kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang
telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. – 1
Petrus 1:13-16
Salah satu definisi kekudusan adalah berada dalam keadaan
murni. Dalam bahasa Ibrani, kudus adalah ” kadosh” artinya naik lebih tinggi.
Dalam bahasa Inggris, definsi kudus adalah “ cut above” artinya di atas
rata-rata. Tuhan memanggil kita untuk naik ke standar-Nya, untuk hidup
sebagaimana Dia hidup dan berpikir sebagaimana Dia berpikir. Inilah panggilan
Tuhan gereja-Nya: “ Kuduslah kamu, sebab Aku kudus”.
Orang yang sombong berpikir bahwa ia dapat mencapai
kekudusan dengan mengandalkan kekuatannya untuk mentaati berbagai peraturan.
Sebaliknya, orang yang rendah hati tahu bahwa ia tidak dapat mencapainya. Ia
bergantung pada anugerah dan kekuatan Allah; dan Allah memberikan anugerah
kepada orang yang rendah hati. Kekudusan adalah pekerjaan anugerah Allah, bukan
hasil kekuatan daging. Sebab tanpa kasih karunia Tuhan, tidak ada orang yang
mampu hidup dalam kekudusan. “ Karena itu, saudara-saudara demi kemurahan Allah
aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan
yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah; itu adalah ibadahmu yang
sejati.” (Roma
12:1)
Dalam alkitab versi NKJ, “ibadahmu yang sejati“ dikatakan
sebagai ’’ your reasonable service“. Reasonable artinya dapat dijangkau, berada
dalam jangkauan kemampuan. Dengan kata lain, hidup dalam kekudusan adalah
kehidupan yang dapat dijangkau, dan merupakan kehidupan Kristen rata-rata,
bukan sesuatu yang mustahil. Nah, bagaimana kita dapat hidup dalam kekudusan?
1. Hidup dalam takut dan hormat kepada Allah
Ibrani
12:28 berkata “ Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan,
marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang
berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.”
2. Belajar firman Tuhan, sebab
firman adalah ilham Allah
(2 Timotius 3:16 – Segala tulisan yang diilhamkan Allah
memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki
kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran). Dalam bahasa Gerika, ilham
adalah “ Teos neuma” artinya nafas Allah.
3. Memperbarui pikiran dengan
firman.
“
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa
yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.“ – Roma 12:2. Dalam
bahasa Inggrisnya “ be transformed” artinya menyeberang dari dunia, naik ke
tempat yang lebih tinggi. Sekalipun kita hidup di dunia, tetapi berjuang untuk
bersikap sama seperti Tuhan.
4. Fokus pada karakter Tuhan dan bukan pada peraturan
Karena peraturan mematikan, tetapi karakter dan kasih
karunia-Nya memampukan kita hidup kudus. Law gives you the picture of holiness,
but grace gives you the power to live holy. Ketika Tuhan beri perintah, maka
Dia juga akan memberikan kasih karunia-Nya agar kita mampu melakukan
perintah-Nya.
7.2 Tujuan Kekudusan.
Sebagai umat yang
diselamatkan dari belenggu dosa, dan telah menjadi anak-anak Allah harus
menjaga kekudusan. Kita harus berusaha hidup kudus dan damai dengan sesama
Orang dan kejarlah kekudusan itu, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan
melihat Tuhan. Bacaan: 1 Petrus 1:13-19 “...tetapi hendaklah kamu menjadi kudus
di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil
kamu,...” (1 Petrus 1:15). Bacaan ini dengan jelas menghendaki agar manusia
hidup dalam kekudusan. Karena Tuhan adalah kasih dan sayang seadanya, sehingga
Dia tidak ingin melihat umatNya hidup dalam kuasa Iblis yang akhirnya menyeret
dalam kebinasaan. Mengapa kita harus hidup kudus? Ada beberapa hal yang menjadi
alasan mengapa Tuhan memerintahkan umatNya untuk hidup kudus:
1.
Sebab
Tuhan kita adalah Tuhan yang kudus. Kita harus berdoa kepada Tuhan agar Dia
menguatkan dan memampukan kita untuk dapat hidup dalam kekudusan. Karena jika
kita tidak hidup kudus maka kita tidak dapat melihat Tuhan (Ibr. 12:14). Memang
dalam hidup ini banyak sekali godaan dan tawaran yang dapat membuat kita
tergelincir, dan akhirnya jatuh dalam dosa. Namun, Tuhan sebenarnya telah
menyediakan bagi kita senjata untuk melawan godaan tersebut (Ef. 6:10-20).
2.
Ketidakkudusan
adalah suatu kebodohan. Mengapa? Sebab, Tuhan adalah kudus adanya, Dia tidak
dapat berkumpul dengan dosa. Jadi, kalau kita tidak kudus yang artinya hidup
kita berdosa maka kita jauh dari Tuhan. Dan kita tahu kalau hidup kita jauh
dari Tuhan maka yang ada hanyalah sebuah kehancuran.
3.
Hanya
umat kudus yang dijemput Tuhan (1 Kor. 1:8). Sorga itu hanya diperuntukkan bagi
orang-orang kudus.
4.
Agar
kita memperoleh berkat-berkat Tuhan yang sudah Tuhan janjikan bagi umat-Nya
yang hidup dalam kekudusan.
Dengan keempat poin
kebenaran Fiman Tuhan di atas, maka kita sebagai umat pilihan Tuhan untuk
selalu hidup kudus. Memang berat untuk dapat hidup selalu dalam kebenaran dan
kekudusan itu, namun bila kita ingin hidup kudus maka Tuhan akan memberikan
kekuatan bagi kita. Sebagaimana kita tahu bahwa Iblis tidak akan tinggal diam
manakala kita semakin berusaha untuk hidup kudus.
Dalam surat Petrus, Yesus
Kristus, yang ditujukan pada orang-orang yang dipilih sesuai dengan rencana
Allah Bapa dan yang dikuduskan oleh Roh, antara lain ada
himbauan: "Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan
turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, (I
Petrus 1:14) tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam
seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis:
Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (I
Petrus 1:15-16)
Petrus menganggap perlu
sekali menghimbau pada orang-orang seiman dengan dia - yang disebutnya
orang-orang yang dipilih sesuai rencana Allah Bapa-
supaya hidup dalam kekudusan; Ia khawatir jika diantara mereka ada yang tidak
memahami bahwa sebagai orang-orang percaya dan pengikut Tuhan Yesus tidak boleh
lagi turut tata hidup masyarakat di masa itu. Kehidupan
spiritual (rohani) masyarakat saat itu sarat dengan penyembahan dewa-dewi, yang
merupakan suatu hal yang bertentangan dengan ajaran Tuhan Yesus. Dan apa yang
diajarkan Tuhan Yesus tentang penyembahan? "....... penyembah-penyembah
benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa
menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."
(Yoh. 4:23b-24)
Apalagi kehidupan
masyarakat sehari-hari yang bermuatan pemikiran-pemikiran dan
perbuatan-perbuatan seperti yang ditulis Petrus "turuti hawa
nafsu yang menguasai"dan yang membawa orang pada percabulan, perseteruan,
iri hati, kedengkian, amarah. Semuanya itu menjauhkan bahkan
memisahkan umat Kristus dari Tuhan Yesus. Maka seruan rasul Petrus untuk
menjadi kudus dalam seluruh kehidupan ini, yang ditulis dalam suratnya,
tidaklah berlebihan.
Masa kini umat Kristen
mungkin tidak lagi menyembah dewa-dewi beserta patung-patungnya. Tetapi, ada
banyak ajaran-ajaran diluar Injil Kristus yang mempunyai kuasa dan pengaruh
besar sehingga ada orang-orang Kristen terbawa /menyimpang
dan keluar dari jalan Kebenaran di dalam Tuhan Yesus. Tidak hanya ajaran-ajaran
spiritual saja, melainkan pengetahuan dan tekhnologi
"modern" mempengaruhi kehidupan orang; ini membuat orang berpikir
bahwa semesta alam ini dapat dikendalikannya, dengan demikian ia
beranggapan tidak perlu pertolongan Tuhan.
II Timotiu 3 : 2-4" Manusia akan mencintai dirinya
sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombong-kan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap
orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak
mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan
orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka
mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu
dari pada menuruti Allah."Kiranya tulisan ini boleh mendapatkan dari kita
umat Kristiani, agar kita mau taat akan Fiman Tuhan dan mau hidup dalam kekudusan ,sebab: "...tanpa kekudusan tidak
seorangpun akan melihat Tuhan." (Ibrani 12:14b). Dunia sedang menuju ambang
kebinasaan, banyak terjadi kekacauan, peperangan, bencana alam dan lain
sebagainya, dan banyak orang mulai mencari jati diri dalam kehidupan ini.
Jati diri kita
seharusnyalah sesuai dengan panggilanNya kepada kita agar kira hidup dalam
kekudusan karena Ia kudus adanya, seperti yang dikatakan oleh Fiman, “Sebab ada
tertulis : Kuduslah kamu , sebab Aku kudus” (1 Petrus 1 : 6). Kita harus hidup
dalam terang FimanNya agar kemurahanNya terpancar sebagai impartasi bagi
kehidupan orang lain.
Allah tidak terkesan
hanya dengan perbuatan baik, Ia tidak dapat disogok hanya dengan perbuatan baik
tetapi Ia berkenan pada orang-orang yang hidup dalam kebenaran FimanNya, oleh
karena iman percaya padaNya, karena orang benar akan hidup oleh iman, orang
benar akan dipimpin oleh iman yaitu percaya dengan segenap hati pada Fiman yang
hidup Yesus Kristus, seperti yang tertulis dalam Roma 1 : 17 “Sebab
di dalamNya nyata kebenaran Allah, yang tertolak dari iman dan memimpin kepada
iman seperti ada tertulis : Orang benar akan hidup oleh iman.”
Kita tidak memiliki
apapun juga untuk dibawa ke salib Kristus, Tuhan menginginkan kita sebagai
orang percaya agar kita merespon panggilanNya sesuai dengan kehendakNya yaitu
kudus dalam namaNya untuk menjadi orang-orang kudus untuk melakukan impartasi
kepada orang-orang di sekitar kita agar lebih banyak lagi yang berseru kepada
Tuhan kita Yesus Kristus yang hidup (1 Kor 1 : 2 ).
Sebagai umat pilihan yang
terpanggil, kita harus menjaga kebersihan tangan kita yaitu perbuatan-perbuatan
kita dan kemurnian hati untuk tidak melakukan dosa yang tidak berkenan
kepadaNya agar keadilanNya, kemurahanNya, berkatNya dan keselamatan yang
dijanjikanNya menjadi milik kita ( Mazmur 24 : 4, 5 ).
Doa: Bapa, ajar kami untuk selalu
hidup kudus dan mampukan kami untuk dapat berkata tidak terhadap rayuan si
jahat. Amin.
BAB VIII
HIDUP DI PENUHI OLEH ROH KUDUS
8.1 BAGAIMANA HIDUP DIPIMPIN
OLEH ROH KUDUS
Tidak ada yang paling membahagiakan didalam hidup ini selain
hidup yang berkenan dihatinya Tuhan , karena jika Tuhan berkenan maka pintu
surga terbuka bagi kita dan tanda pintu surga terbuka adalah doa - doa kita
dijawab oleh Tuhan , mujizat terjadi , suasana rumah tangga penuh dengan kedamaian
dan sukacita yang berlimpah - limpah .
Namun bagaimana kita bisa hidup dipimpin oleh Roh Kudus sehingga berkenan dihatiNya ;
Namun bagaimana kita bisa hidup dipimpin oleh Roh Kudus sehingga berkenan dihatiNya ;
1. Penyerahan sepenuhnya kepada
Tuhan
Menyerah kepada Tuhan adalah seperti membuka hati kita untuk
menerima pemberianNya , selama kita tetap memegang beberapa batu yang kita
dapatkan maka Ia tidak bisa memberikan berlian yang Ia sediakan bagi kita .
Untuk itu kita harus membuka tangan kita, membuang segala sesuatu yang kita pegang , kita harus
menyerahkan kepercayaan yang berasal dari dunia untuk dapat menerima
kepercayaan yang dari Tuhan saja. Satu-satunya jalan untuk dapat mengalami kebahagiaan sejati
didalam hidup ini yaitu ketika kita mau mati bagi diri sendiri setiap hari dan
menerima kehidupan yang Yesus tawarkan , itulah yang disebut dengan penyerahan.
Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan
bertindak; ( Mazmur 37 : 5 )
2. Bergairah kepada Tuhan
Tuhan sangat merindukan suatu hubungan intim dengan umatNya
. Perjalanan hidup baru dalam Kristus dimulai ketika pola hidup lama
ditinggalkan itulah penyerahan dan diperlukan gairah untuk meneruskan dan
gairah itu adalah api kasih mula - mula kita kepada Tuhan . Itulah sebabnya jangan sampai kasih yang
semula kita dengan Tuhan padam , “Namun demikian Aku mencela engkau, karena
engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa
dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula
engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan
mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat. “ ( Wahyu
2 : 4 - 5 ). Dengan
hati yang bergairah kepada Tuhan maka kita akan menjadi orang yang selalu
bersedia melakukan perintah Tuhan , karena Yesus berkata : “"Jikalau kamu
mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku “ ( Yohanes 14 : 15 ) dan
tanda orang yang mengasihi Tuhan bukan saja bersedia
melakukan yang Tuhan suka tapi bersedia juga untuk menolak sesuatu yang Tuhan
tidak suka.
3. Tenggelam di dalam visi dari
Tuhan
Tuhan menciptakan manusia , Tuhan membangun gerejaNya dengan
tujuan mengalami kehidupan yang supranatural dibumi serta hidup kekal disurga ,
untuk mencapai tujuan tersebut maka Tuhan berikan visi sebab tanpa visi maka
hidup manusia menjadi liar , “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat.
Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum (Amsal 29:18) “Visi Tuhan
diberikan kepada kita hanya ketika benar - benar berserah kepada Tuhan ,
memiliki kegairahan akan Tuhan sehingga keintiman dengan Tuhan juga semakin
dalam. Agar kita mengalami penggenapan visi tersebut , maka kita harus
tenggelam didalam visi. Seperti halnya kita ditugaskan untuk mengetahui
kehidupan didalam hutan , maka kita harus masuk kedalam hutan dengan membawa
tenda , lampu senter , peralatan memasak dan lain - lain sehingga kita akan
sungguh - sungguh bisa merasakan kehidupan yang berbeda antara didalam hutan dengan diluar hutan. Demikian
juga gereja yang dituntun oleh visi dari Tuhan dan tenggelam didalamnya akan
mengalami pengalaman - pengalaman hidup yang supranatural karena dipimpin oleh
Roh Kudus .
8.2 Cara Hidup Yang
Dipenuhi Roh Kudus
Kisah
2:41-47. Firman ini sangat berguna bagi orang yang sudah dipenuhi oleh Roh
Kudus maupun yang belum.
1. Menjaga selalu penuh dalam Firman dan Roh Kudus.
1. Menjaga selalu penuh dalam Firman dan Roh Kudus.
a.
Mereka selalu penuh dengan Firman
Tuhan (ayat 42).
Pengajaran
rasul-rasul adalah Firman Tuhan. Kalau kita tidak dipenuhi Firman Tuhan, maka:
- Kita tidak bisa hidup dalam tuntunan Firman Tuhan.
- Roh-roh jahat yang sudah diusir keluar akan datang lagi, bahkan mengajak roh-roh yang lebih jahat untuk datang bersama (Matius 12:43-45).
- Kalau kita hanya dipenuhi pengurapan saja dan tidak dipenuhi dengan Firman Tuhan, kita bisa tersesat.
- Kita tidak bisa hidup dalam tuntunan Firman Tuhan.
- Roh-roh jahat yang sudah diusir keluar akan datang lagi, bahkan mengajak roh-roh yang lebih jahat untuk datang bersama (Matius 12:43-45).
- Kalau kita hanya dipenuhi pengurapan saja dan tidak dipenuhi dengan Firman Tuhan, kita bisa tersesat.
b.
Mereka selalu penuh dengan karya Roh
Kudus (ayat 42). Mereka Membangun pergaulan dengan orang-orang yang penuh
dengan Roh Kudus dalam persekutuan.
- Sehingga mereka selalu mendapat impartasi pengurapan.
- 1 Korintus 15:33.
Mereka membangun hubungan yang intim dengan Tuhan dalam doa.
- Pergaulan dengan Tuhan akan mendapat impartasi pengurapan dari Tuhan.
Pengurapan akan makin berkurang kalau tidak selalu diisi, maka kita harus selalu mengisi dalam pergaulan dengan Tuhan dan orang-orang yang penuh dengan Roh Kudus!!!
- Sehingga mereka selalu mendapat impartasi pengurapan.
- 1 Korintus 15:33.
Mereka membangun hubungan yang intim dengan Tuhan dalam doa.
- Pergaulan dengan Tuhan akan mendapat impartasi pengurapan dari Tuhan.
Pengurapan akan makin berkurang kalau tidak selalu diisi, maka kita harus selalu mengisi dalam pergaulan dengan Tuhan dan orang-orang yang penuh dengan Roh Kudus!!!
2. Memakai pengurapan untuk selamatkan
jiwa.
a.Mereka
memakai pengurapan untuk selamatkan jiwa (ayat 42).
Memecahkan roti disini mempunyai arti juga perjamuan kudus dan perjamuan kudus mengingatkan kita akan pengorbanan Tuhan Yesus yang harus diingat dan diberitakan senantiasa.
Memecahkan roti disini mempunyai arti juga perjamuan kudus dan perjamuan kudus mengingatkan kita akan pengorbanan Tuhan Yesus yang harus diingat dan diberitakan senantiasa.
b.Karena
pengurapan diberikan adalah untuk melayani menjadi saksinya Tuhan yaitu
menyelamatkan jiwa (Kisah 1:8; Lukas 4:17-19).
c. Dalam
menyelamatkan jiwa, kita harus berani menggunakan otoritas dan kuasa roh kudus
(ayat 43).
3. Menjaga
kesatuan kita.
a.Mereka
senantiasa menjaga kesatuan Visi, kesatuan hati, kesatuan kegerakan (ayat 44;
Kisah 4:32).
b.Karena
dalam kesatuan pengurapan akan terus mengalir dari atas sampai ke bawah,
sehingga semuanya dipenuhi Roh Kudus (Mazmur 133:1-2).
Dalam perpecahan/keretakan tidak bisa menampung minyak pengurapan dan anugerah Tuhan. Maka marilah kita terus menjaga kesatuan visi dan kesatuan hati.
Dalam perpecahan/keretakan tidak bisa menampung minyak pengurapan dan anugerah Tuhan. Maka marilah kita terus menjaga kesatuan visi dan kesatuan hati.
4. Menjaga kekudusan dan ketulusan.
a.
Tuhan kita adalah kudus maka Tuhan
hanya suka diam dan berkarya di tempat atau alat yang kudus (Yosua 3:4; 7:13; 1
Taw 15:12; 2 Taw 29:5).
b.
Marilah kita menguduskan diri
sehingga Tuhan senang tinggal dan berkarya dalam kehidupan kita, maka kita akan
terus hidup dalam kemenangan dan anugerah Tuhan.
5. Menjaga ketaaatan kita.
a. waktu
kita dipenuhi oleh roh kudus; Roh kudus berkarya lebih besar dan menasehati
lebih kuat, roh kita juga lebih peka untuk mendengar, tetapi masih tergantung
kita mau menaati atau tidak.
b. Kalau kita mau taat pada pimpinan
Roh Kudus maka kita akan ;
1. Akan mengalami kuasa, memijat dan
keberhasilan dariTuhan
2. Mendapat buah Roh
3. Roh kudus akan memimpin lebih dalam
Dipenubi oleh Roh Kudus artinya
dikuasai Kristus. Roh Kudus datang untuk memuliakan Kristus. Oleh sebab itu,
jikalau saya dipenuhi oleh Roh Kudus, saya tinggal di dalam Kristus. Saya
berjalan di dalam terang, karena Ia ada di dalam terang,8 dan darah Yesus
Kristus akan menyucikan dan tetap menyucikan saya dari segala kejahatan.9 Saya
dipenuhi oleh Kristus, karena kata "penuh" berarti dikuasai - tidak
seperti Rohot, tetapi seperti seseorang yang dipimpin dan dikuasai oleh Roh
Kudus. Dan jikalau saya di-pimpin dan dikuasai oleh Kristus, Ia akan berjalan
dengan tubuh saya, hidup dengan kuasa kebangkitanNya di dalam dan melalui saya.
Kenyataan yang mengherankan, bahwa
Kristus hidup di dalam kita dan menyatakan kasihNya melalui kita, adalah salah
satu kebenaran yang paling penting dari Firman Allah. Menurut Alkitab, standard
kehidupan Kristen adalah sangat tinggi dan sangat tidak mungkin untuk dicapai.
Hanya ada satu orang saja yang dapat berhasil. Orang itu adalah Yesus Kristus.
Sekarang, melalui kehadiranNya di dalam kita, Ia ingin memungkinkan semua orang yang mau menaruh kepercayaannya kepadaNya agar dapat hidup sama seperti
kehidupan Allah sendiri.
Jika kita bersedia memiliki Kristus
untuk hidup dengan kehidupan kebangkitanNya di dalam dan melalui kita, kita
akan menghasilkan buah-buah Rohani yaltu buah-buah Roh dan jiwa-jiwa yang
dimenangkan bagi Kristus seperti pokbk anggur yang subur akan mengeluarkan buah
yang lebat. Yesus berkata di dalam Markus 1: 17: "Mari, ikutlah Aku, dan
kamu akan kujadikan penjala rnanusia." Adalah kewajiban kita untuk
mengikut Kristus - tinggal di dalam Dia. Dan kewajiban Dia adalah menjadikan
kita penjala orang. Di dalam Johanes 15:8, Kristus mengatakan: "Dalam
hal inilah Bapaku dipermuliakan, yaitu jika-kamu berbuah banyak dan dengan
demikian kamu adalah murid-muridKu." Seseorang dapat menjadi seorang
pendeta yang besar, seorang sarjana Kristen, seorang diakon atau tua-tua,
menghadiri pertemuan-pertemuan gereja setiap hari, hidup bersih, bermoral,
hafal akan beratus-ratus ayat Kitab Suci, memimpin sebuah koor gereja, dan
mengajar Sekolah Minggu, tetapi jika ia tidak menghasilkan buah, yaitu
memperkenalkan orang lain kepada Kristus dan hidup suci, maka menurut Firman
Allah, ia tidak dipenuhi dan dipimpin oleh Roh Kudus.
8.3 Ciri-Ciri Orang yang Dipenuhi Roh Kudus
1. Taat
pada Roh Kudus
Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang taat
kepada-Nya dengan sepenuh hati. Roh Kudus bukan "Coca-Cola", yang
bila diisi sampai penuh akan meluap. Roh Kudus itu Tuhan, Roh Kudus itu Oknum.
Hanya pada saat Oknum Allah menguasai oknum kita, kehendak-Nya menguasai
kehendak kita, kebenaran-Nya menguasai pikiran kita, cinta kasih-Nya menguasai
emosi kita, maka seluruh keberadaan kita akan dipenuhi oleh-Nya karena kita
taat. Itulah yang disebut dipenuhi Roh Kudus.
Ketika Oknum Allah sudah berada di dalam kita dan menguasai
diri kita, pikiran kita tidak dibunuh. Tuhan tidak akan membuat pikiran kita
tidak berfungsi, sebaliknya Dia akan memimpin kita, hingga kita menjadi begitu
berpengetahuan dan bijaksana, yaitu pengetahuan dan bijaksana yang sesuai
dengan firman Tuhan. Lalu, cinta kasih kita bukan lagi mencintai berdasarkan
orang yang satu suku dan satu bangsa dengan kita, yang kalau bukan sesuku atau
sebangsa, maka kita membencinya. Kita akan dipimpin hingga kita memunyai cinta
kasih dan kebencian yang sesuai dengan emosi Tuhan. Kita mencintai yang
dicintai Tuhan dan kita membenci yang dibenci-Nya. Kita tidak lagi memedulikan
apa suku atau warna kulit orang itu. Kita hanya tahu yang dicintai Tuhan,
itulah yang kita cintai, dan yang dibenci Tuhan, itulah yang kita benci. Emosi
kita sesuai dengan Tuhan. Kehendak, pilihan, dan kemauan kita sesuai dengan
arah pimpinan-Nya. Seluruh keberadaan kita taat pada Roh Kudus yang adalah
Tuhan dan Pemimpin kita. Itulah yang disebut dipenuhi Roh Kudus. Jangan
mengambil jalan pintas, jangan mengambil fenomena, gejala, atau jalan lain
menjadi pengganti yang tidak sesuai dengan prinsip Alkitab.
2. Hidup
Kudus
Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang hidupnya
telah diubah oleh pengaruh Roh Kudus dan firman, sehingga dia menjadi orang
yang suka akan kekudusan. Karena dipenuhi Roh Kudus, dengan sendirinya orang
tersebut tidak menyukai hal yang palsu, yang tidak benar, yang tidak suci, dan
yang menyeleweng. Semua hal yang tidak beres akan dia singkirkan. Karena Roh
Kudus memenuhi dirinya, maka tidak ada sesuatu yang tidak kudus boleh berada di
dalam dirinya. Hidup suci yang dimiliki oleh orang yang dipenuhi Roh Kudus
tidak dapat ditiru, diimitasikan, dipalsukan, atau dibuat-buat. Suci adalah
suci. "Berbahagialah mereka yang suci hatinya, karena mereka akan melihat
Allah." (Matius 5:8)
Siapakah di antara kita yang suci? Tidak ada seorang pun
yang suci di hadapan Tuhan. Tetapi pada waktu Roh Kudus memenuhi hati kita,
paling tidak kita memunyai keinginan untuk menjalani hidup yang suci. Sebelum
kita mencapai kualitas kesucian di dalam segala aspek, kita sudah memunyai
keinginan yang sempurna. Bila kita mau dibersihkan oleh Tuhan secara total,
secara mutlak, dan mau menyerahkan diri kepada-Nya, maka Dia akan memberikan
kesucian pada kita, hingga hidup kita memuliakan Dia. Komentar John Calvin
mengenai keinginan yang sempurna itu: "Orang suci bukanlah orang yang
tanpa dosa, tetapi seseorang yang memunyai kepekaan yang tinggi terhadap dosa
sekecil apapun." Sungguh suatu kalimat yang sangat agung!
Pada tubuh kita terdapat bagian-bagian yang sangat kebal,
sehingga setelah terkena goresan atau tertusuk selama berapa detik, masih belum
terasa sakitnya. Ada bagian yang bila terkena api tidak langsung terasa panas.
Namun, ada juga bagian yang bila tersentuh sedikit saja sudah langsung terasa
karena saraf pada bagian itu sangat peka. Bila tangan kita terkena pasir,
bahkan sampai seluruh tangan kita kotor pun tidak menjadi masalah. Tapi, coba
sedikit saja debu pasir masuk ke mata kita, tentu kita akan langsung berteriak.
Kita tidak akan tahan karena mata merupakan bagian yang sangat peka. Orang suci
adalah orang yang memunyai kepekaan besar terhadap dosa yang sekecil apapun.
Seseorang yang dipenuhi Roh Kudus itu sangat peka. Sedikit ketidakberesan,
ketidaksucian, atau motivasi yang sedikit kurang benar, akan langsung
ditegurnya. Karena kita tidak mau dan hati nurani kita juga tidak menginginkan
adanya pemalsuan, kecurangan, penyelewengan, atau ketidakjujuran sedikit pun.
Kesucian yang disertai penyerahan total membuktikan orang
itu sudah dipenuhi Roh Kudus. Namun, tidak berarti dia sudah luput dari semua
dosa. Jangan percaya pada orang yang mengatakan, "Saya sudah dipenuhi Roh
Kudus, sebab itu saya mencapai satu taraf di mana saya tidak mungkin berdosa
lagi." Struk datang dari Autralia ke Nongkojajar, Indonesia, untuk
memberikan ajaran bahwa dirinya sudah suci, tidak bisa berdosa lagi. Sampai
gurunya datang menegur dia, barulah dia bertobat dan mengaku dirinya salah.
Tetapi, orang-orang di Indonesia sudah terlanjur banyak yang dipengaruhi
olehnya. Sunsight, di California, berbicara banyak tentang Roh Kudus dan
kedatangan Kristus. Ia mengatakan bahwa dia sudah mendapat satu pengertian, di
mana wahyu Tuhan berkata kepadanya, "Yesus akan datang sebelum dia mati,
sehingga dia tidak perlu mati. Dia akan langsung bertemu dengan-Nya pada waktu
Dia datang dan mengangkat dirinya." Nyatanya, tak lama kemudian dia mati.
Semua itu menunjukkan pengertian yang berlebihan. Mereka telah tertipu oleh
setan, tetapi mungkin mereka tidak sadar. Meski mereka kelihatan rohani sekali,
hebat sekali, atau suci sekali, tapi sebenarnya mereka sudah keluar dari
kebenaran Alkitab.
Mungkinkah manusia mencabut akar dosa sampai tidak mungkin
berdosa lagi selama hidupnya? Tidak! Kita masih mungkin berbuat dosa, masih
mungkin kurang suci, tetapi kita memunyai keinginan untuk sepenuhnya dikuasai
oleh Tuhan yang suci. Itulah kesempurnaan di dalam motivasi kita. Itulah
kesempurnaan kualitas sebelum kita mencapai kesempurnaan kuantitas, dan itulah
tanda orang dipenuhi Roh Kudus.
3. Menjunjung
Tinggi Firman
Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang menjunjung
tinggi Alkitab dan tidak akan memperdebatkannya. Ketika Alkitab sudah
berbicara, dia akan berhenti. Di antara pengertian yang berbeda-beda, di antara
ajaran yang simpang siur, dan doktrin yang berbeda-beda tekanannya, mari kita
kembali kepada Alkitab. Biarlah Alkitab yang memberikan pengertian yang
seimbang dan stabil berdasarkan seluruh firman yang sudah dicetak, yang sudah
diberikan kepada kita. Dengan pengertian yang harmonis itulah kita tahu ada
jawaban dalam Alkitab. Lalu kita bungkam, berhenti, dan tidak mendebatnya
karena Alkitab adalah otoritas tertinggi. Jangan menambahkan isi Alkitab dengan
konsili-konsili, atau doktrin-doktrin, atau tradisi-tradisi yang ada di dalam
buku manusia. Yesus berkata, "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya,
padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah
perintah manusia." Bila pada suatu hari kita menemukan buku teologi
apapun, yang mengemukakan doktrin yang memberi peluang untuk memperbaiki
Alkitab, kita harus meninggalkan buku tersebut dan kembali kepada Alkitab. Bila
suatu saat kita menemukan hal-hal yang belum dikatakan dengan jelas dalam
khotbah yang disampaikan, bahkan oleh pengkhotbah yang kita sukai sekalipun,
kembalilah kepada Alkitab, bukan kepada khotbah tersebut.
Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang hatinya
dipenuhi dengan firman dan segala hikmat Tuhan yang tersimpan di dalam kekayaan
firman-Nya. Jadi, Roh Kudus dan firman tidak bisa dipisahkan karena Roh Kudus
adalah Roh kebenaran. Orang yang menyebut diri mengabarkan kebenaran, tapi
tidak menitikberatkan Roh Kudus dan pimpinan-Nya, adalah omong kosong belaka.
Orang yang mengaku diri dipenuhi Roh Kudus, tetapi berita yang disampaikan
tidak sesuai dengan firman, itu pun omong kosong. Orang yang dipenuhi Roh Kudus
adalah orang yang menitikberatkan kehendak dan pimpinan Roh Kudus atas dirinya
serta menyampaikan berita yang sesuai dengan Alkitab. Kedua hal ini menjadi
satu. Ketika dia memberitakan, Roh mengurapi, karena itu berita yang dia
sampaikan menjadi jelas sesuai dengan Alkitab.
4. Memberitakan
Injil
Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang mementingkan
Injil dan pengabarannya. Untuk itulah Roh Kudus diturunkan ke dunia. Roh Kudus
diberikan untuk memuliakan Kristus. Bapa mengirim Roh Kudus untuk memuliakan
Anak, karena Anak pernah dipermalukan, dihina, diejek, difitnah, diumpat,
dijual, dihakimi secara tidak adil, bahkan akhirnya dipaku di kayu salib.
Keadaan pernah dipermalukan itu perlu dinormalisasi, dipulihkan kembali, karena
semua itu tidak seharusnya diterima oleh Anak. Siapa yang mengerjakan semua
itu? Roh Kudus. Roh Kudus akan membawa Anak kembali pada kemuliaan asli yang
ada pada-Nya; mengembalikan kemuliaan Kristus. Yesus berkata, "Dengan
sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika Aku tidak pergi, maka Penghibur itu
tidak akan datang kepadamu. Jika Roh Kudus datang, Dia akan memuliakan
Aku" (Yohanes 16:13-14). Jadi, Roh Kuduslah yang akan mempermuliakan
Kristus.
Bagaimana kita mengetahui Roh Kudus bekerja dengan hebat di
dalam satu kebaktian? Tatkala Yesus ditinggikan, dosa dinyatakan, dan orang
mulai ditegur dosanya, lalu bertobat dan kembali kepada Kristus. Saat itulah
kita melihat Roh Kudus bekerja. Yang membuat semua kemungkinan ini terjadi
adalah bila pengkhotbahnya mengutamakan kematian dan kebangkitan Kristus,
meninggikan Kristus, dan memberitakan Injil-Nya. Ketaatan pengkhotbah itulah yang
membuat Roh Kudus mengurapi, mendampingi, menyertai, dan memenuhi kebaktian
yang dipimpinnya. Itu yang disebut kepenuhan Roh Kudus. Dengan motivasi
memuliakan Kristus, menjunjung tinggi Kristus yang pernah dihina, disalib, dan
akhirnya dibangkitkan kembali, Roh Kudus pasti mengurapi dan memimpin kebaktian
yang dipimpinnya. Kalau seseorang menjunjung tinggi Kristus dalam sepanjang
hidupnya, berarti dia terus-menerus menyatakan diri dipenuhi Roh Kudus, dan
saat dirinya dipenuhi Roh Kudus, dia kembali meninggikan Kristus.
5. Berani
Menjalankan Kehendak Allah
Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang berani, yang
tidak takut menjalankan kehendak Allah. Sebelum seseorang dipenuhi Roh Kudus,
dia merasa terkejut dan takut ketika melihat penganiaya-penganiaya mendekati
dirinya. Seperti murid-murid Yesus Kristus yang mengunci semua pintu karena
takut. Tetapi setelah mereka dipenuhi Roh Kudus, mereka justru membongkar
pintu, membuang kunci, dan pergi ke mana saja, tanpa merisaukan apakah masih
dapat pulang atau tidak. Kira-kira 26 tahun yang lalu, saya pernah mendengar
kalimat senada dari seseorang, "Saya sering pergi ke Eropa Timur. Pada
waktu itu, komunisme di Rusia begitu kejam, KGB menangkap dan menganiaya semua
orang yang mengabarkan Injil."
Ketika saya berada di Rusia, seorang pendeta bercerita bahwa
mereka yang berada di kota Minsk ini mendapat penganiayaan secara halus.
Maksudnya, KGB selalu menyiarkan di TV, bahwa orang Kristen Injili bukanlah
orang yang beragama Kristen. Mereka adalah bidat di dalam kekristenan,
kadang-kadang mereka membunuh anak-anak kecil. Jadi, penganiayaan tidak
dijalankan dengan menangkap, memukul, dan memenjarakan hamba-hamba Tuhan.
Penganiayaan dilakukan dengan memberikan topi dan kalimat-kalimat yang membuat
rakyat membenci dan meninggalkan orang Kristen. Mereka diisukan sebagai orang
yang paling kejam, tidak berperikemanusiaan, bahkan sampai membunuh anak-anak,
dan diisukan bukan sebagai orang Kristen yang sejati. Sebab itu, sulit sekali
bagi mereka untuk mengabarkan Injil karena orang-orang tidak percaya. Itulah
yang dimaksud dengan penganiayaan secara halus.
Orang yang dipenuhi Roh Kudus memunyai keberanian. Yang
tadinya takut mati sekarang tidak, yang tadinya malu sekarang tidak, yang
tadinya takut dilawan sekarang tidak, yang tadinya takut kehilangan pangsa
pasar sekarang tidak. Dia tahu bahwa dia sedang menjalankan kebenaran. Petrus
pernah menyangkal Yesus sebanyak tiga kali dengan berkata, "Aku tidak
mengenal Dia." Itulah mulut manusia, mulut yang baru saja mengaku,
"Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang Hidup." Mengapa kalimat
seperti itu bisa keluar dari Petrus? Bukankah dia pendeta besar, rasul yang
paling penting, bahkan kepala rasul, kardinal, dan uskup dari kedua belas
rasul? Mengapa Petrus sampai berani mengatakan ia tidak mengenal Kristus?
Itulah manusia. Kalau untuk mendapat untung, dia pasti segera mengatakan
"ya". Tetapi, kalau rugi, pasti menjawab "tidak". Pada saat
keadaan kebebasan beragama dijamin, maka orang akan mengumumkan dirinya sebagai
orang Kristen. Tetapi kalau Pancasila sudah tidak berlaku, kalau kekristenan
akan dibasmi, kalau musuh orang Kristen datang untuk menangkap semua orang
Kristen, mereka segera beralih mengaku diri sebagai orang yang memeluk agama
lain, bukan orang Kristen. Itulah manusia, tak peduli apakah dia adalah uskup
dunia.
Petrus adalah kepala rasul atau pemimpin agama. Waktu
keuntungan datang, semua mengikut Yesus. Waktu kerugian datang, salib dibuang,
Alkitab dibuang, berubah menjadi orang yang tidak berani mengaku dirinya
sebagai orang yang mengenal Yesus. Yesus tidak menegur Petrus, tetapi
memandangnya dengan pandangan yang penuh kemurahan, seolah berkata,
"Ingatlah, Aku sudah tahu semua tentang hidupmu, tentang dagingmu yang
lemah, karena kau belum dipenuhi Roh Kudus." Setelah dipenuhi Roh Kudus,
Petrus berubah. Ketika dia ditangkap dan diancam akan dianiaya, ketika dia
disuruh berhenti dan dilarang mengabarkan Injil, dia menjawab, "Silakan
kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu
atau taat kepada Allah? Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata
tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar." Keberanian
yang sekarang Petrus miliki adalah keberanian demi Injil, dia tidak lagi
memperhitungkan untung rugi dan mati hidup dirinya sendiri.
Saya mengenal banyak orang Kristen yang tadinya sangat
pemalu dan penakut. Tapi sekarang, tiap-tiap hari mereka membagikan traktat dan
mendoakan orang sakit. Saya tahu orang seperti itu telah dipenuhi Roh Kudus.
Saya percaya orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang memunyai
keberanian, cinta kasih, kesungguhan untuk melayani, dan selalu siap memuliakan
Allah. Meskipun
dia begitu sibuk, dia tetap bisa melayani karena telah dipenuhi Roh Kudus. Oleh
sebab itu, dia tidak merasa malu. Diejek pun tidak menjadi masalah baginya.
Seorang pernah berkata :Ibu
saya menjadi janda pada umur 33 tahun. Saat itu dia berlutut dan berdoa,
berjanji seumur hidup tidak akan menikah lagi. Ia bertekad membesarkan
kedelapan anak yang telah Tuhan berikan kepadanya. Pada zaman Jepang menjajah
Indonesia, sangat tidak gampang mencari makan. Selain menjadi ibu, ia harus
merangkap menjadi bapak. Memang berat baginya, tetapi dia masih mempunyai waktu 1 hari dalam seminggu
untuk berpuasa. Dan selama berpuluh-puluh tahun, dengan mengenakan baju putih,
ia menyisihkan 1 hari dalam seminggu, meninggalkan semua pekerjaan dan
keluarganya untuk pergi mengabarkan Injil. "Mengapa setiap Ibu pergi selalu membawa
bungkusan?" ”tanya orang
itu” .Jawabnya,
"Ketika saya membesuk, saya menemukan banyak orang yang lebih miskin dari
kita, maka saya memberikan sedikit beras dan gula kepada mereka." Orang
yang dipenuhi Roh Kudus dipenuhi oleh keberanian dan cinta kasih terhadap
sesama.
6. Menghasilkan
Buah Roh
Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang menghasilkan
buah Roh. Menghasilkan buah Roh Kudus adalah bukti atau fakta yang tidak bisa
dipalsukan. Alkitab mengatakan, "... dari buahnyalah kamu akan mengenal
mereka" (Matius 7:20). Kalau sebatang pohon disebut pohon ara, tentunya tidak
akan membuahkan semak duri, bukan? Bisakah kita menemukan buah ara di semak
duri, bisakah kita menemukan buah anggur di atas semak? Tidak mungkin. Semak
menghasilkan semak, durian menghasilkan durian, semangka menghasilkan semangka,
anggur menghasilkan anggur, tetapi semak duri tidak akan menghasilkan buah
mangga. Roh Kudus memenuhi seseorang, maka orang itu akan menyatakan hidup
dengan etika yang baru, yaitu etika dari Roh Kudus. Hal ini tidak bisa
dipalsukan. Bukan saja demikian, orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang
yang penuh dengan cinta kasih Allah. Dengan cinta kasih yang memenuhi hatinya
itulah dia tahu bagaimana membagi-bagikan anugerah surgawi, anugerah untuk
hidup di dunia, dan anugerah yang cukup untuk tiap-tiap hari kepada orang lain.
Orang yang dipenuhi Roh Kudus, tidak akan melalui hidupnya
dengan hanya memikirkan dirinya sendiri. Roh Kudus akan menolong dia
meninggalkan hidup yang berpusat pada diri sendiri dan menerima hidup yang
berpusat pada kemuliaan Tuhan. Roh Kudus tidak akan memperbolehkan seseorang
hidup bagi dirinya sendiri, karena kasih Kristus akan mendorongnya, sehingga
dia mau hidup bagi Dia yang sudah mati dan bangkit baginya. Siapakah yang
melakukan hal itu? Roh Kudus. Paulus di dalam Filipi 2:13 berkata, "karena
Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut
kerelaan-Nya." Allah yang bekerja di dalam diri kita adalah Allah Oknum
ketiga Tritunggal, Roh Kudus. Dia berada dalam diri seseorang dan membuat cinta
kasih yang tadinya tidak mungkin kita miliki, menjadi mungkin. Kasih memenuhi
hati kita. Bukan saja demikian, Roma 5:5-6 mengatakan bahwa pada waktu kita
berada dalam sengsara dan penderitaan, Roh Kudus mencurahkan sesuatu secara
merata dalam hati kita. Apa yang dicurahkan? Cinta kasih Allah. Ketika Roh
memenuhi seseorang, maka cinta kasih Allah akan memenuhi hatinya. Tatkala Roh
memenuhi seseorang, dia tidak akan digoyahkan oleh penderitaan, siksaan,
sengsara, kematian, dan kesulitan duniawi karena cinta kasih Allah dicurahkan
merata di dalam hatinya. Dengan cinta kasih itulah dia mengatasi segala
penderitaan dan kesulitan. Itulah ciri-ciri orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus.
Alkitab memberikan prinsip-prinsip yang jauh berbeda dari apa yang sering
dikumandangkan pada zaman ini. Hendaknya kita lebih waspada dan cermat menguji
setiap roh, sehingga kita tidak terjerumus ke dalam ajaran-ajaran yang tidak
benar.
BAB IX
MENJADI ORANG KRISTEN YANG TAAT KEPADA ALLAH DAN FIMAN-NYA
9.1 Siapakah
Orang Kristen Itu
Apakah hal yang paling
penting di dunia bagi setiap orang Kristen? Hal yang paling penting bagim orang
Kristen selama berada di dalam dunia ialah bertumbuh dalam pengenalan akan
Allah. Pengenalan akan Allah adalah pusat dari keselamatan kita dan dari semua
pengalaman kerohanian kita yang benar. Kita diciptakan untuk mengenal Allah.
Dalam Alkitab, pengenalan akan Allah hampir setara dengan keselamatan itu
sendiri. Yesus sendiri berkata bahwa hidup yang kekal atau keselamatan berarti
pengenalan akan Allah, "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka
mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang
telah Engkau utus" (Yoh. 17:3). Menjadi seorang Kristen bukanlah
pengalaman yang tanpa otak, tetapi mencakup pula hikmat dan pengertian. Menjadi
seorang Kristen berarti sebuah hubungan yang begitu dekat dan intim dengan
Allah Pencipta Langit dan Bumi. Yang melatarbelakangi perkataan Yesus di atas
ialah janji yang sudah diberikan oleh Allah beberapa abad sebelumnya. Hal ini
dapat kita lihat dari Yeremia 24:7 yang berbunyi, "Aku akan memberi mereka
suatu hati untuk mengenal Aku, yaitu bahwa Akulah TUHAN." Dan penggenapan
dari apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh janji itu dapat kita lihat pada
bagian selanjutnya dari kitab Yeremia, "Tidak usah lagi orang mengajar
sesamanya atau mengajar saudara-saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN!
Sebab mereka semua besar kecil, akan mengenal Aku" (Yer. 31:34). Nabi
Yesaya juga berkata kepada kita bahwa pengenalan akan Allah akan menkitai pemerintahan
Sang Penebus yang dijanjikan, Yesus Kristus. "Sebab seluruh bumi penuh
dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya"
(Yes. 11:9). Alangkah indahnya! Ini semua meringkaskan apa yang Alkitab mau
katakan mengenai maksud kedatangan Yesus: Memungkinkan kita untuk mengenal
Allah.
1 Kebenaran dan perubahan.
Jika ingin
menjadi seorang dokter, saudara harus mengikuti kuliah lengkap di fakultas
kedokteran. Bila berhasil, maka saudara akan diberi ijazah, setelah mengikuti latihan-praktek.
Nah, hanya dengan jalan itu - asal lulus dalam segala ujian yang sukar dan
rumit - baru saudara boleh berpraktek sebagai dokter. Jika ingin membuka
rekening pada sebuah Bank, saudara perlu memberikan segala keterangan pribadi.
Hal itu termasuk, alamat,tanggal lahir,pekerjaan, besar gaji setiap bulan,
jumlah anggota keluarga, siapa menjamin watak saudara, dan sebagainya. Meskipun
demikian, saudara mungkin juga masih ditolak. Jika ingin membeli sebidang tanah
untuk pertanian, saudara harus lebih dahulu menyelidiki apakah tanah itu
tersedia. Kemudian saudara perlu mengetahui siapa pemiliknya dan menanyakan
apakah ia mau menjual atau menyewakan tanah itu kepada saudara. Haruslah
saudara memenuhi segala syarat yang diajukannya, agar dapat mengusahakan tanah
itu.
Sebenarnya untuk
menjadi pengikut Kristus, saudara tidak memerlukan surat-surat keterangan atau
surat-kepercayaan. Tak soal: apakah saudara seorang hakim atau pencuri, jutawan
atau pengemis, buta huruf atau professor, apapun warna kulit saudara! Yang penting ialah saudara seorang manusia. Orang Kristen tentu saja merupakan manusia. Tak mungkin bagi hewan,
apalagi sebuah gedung menjadi Kristen. Seperangkat tata-cara agama bukanlah
orang Kristen. Demikian juga jika saudara ingin menjadi orang Kristen, orang
lain tak dapat mewakili. Hal penting selanjutnya ialah
Karya
Allah; bukan karya saudara.Yang diperbuat Allah umumnya kita
sebut sebagai pembenaran. Janganlah saudara bingung.
Ini bukan teori yang berbelit-belit, ataupun ajaran agama yang samar-samar.
Istilah pembenaran pada dasarnya mengandung
tiga pengertian. Pertama membebaskan.
Kedua, menyatakan bahwa seseorang benar. Ketiga, memperlakukan orang itu orang benar. Nah, marilah kita lihat
pengertian-pengertian ini dari segi praktisnya. Dibenarkan
berarti bahwa Allah membebaskan saudara dari kesalahan karena dosa. Namun
saudara harus hati-hati. Janganlah dikacaukan antara arti kata
"dibenarkan" dengan "tak bersalah"; yang satu berbeda
dengan yang lain. Perhatikanlah contoh ini. Misalnya saya mencuri sekarung
beras dari sebuah toko. Saya tertangkap dan ditahan. Ketika diadili, hakim
bertanya mengapa saya senekad itu. Kepadanya saya jelaskan: ibu saya sakit dan
ada lima orang adik yang harus diberi makan. Hanya saya yang dapat mencari
nafkah, tetapi saya masih menganggur. Kami sekeluarga tidak makan seharian dan
saya tak tahu ke mana harus mencari sesuap nasi. Hakim itu mendengarkan dengan
penuh perhatian. Ia menatap wajah saya, dilihatnya air mata bercucuran. Apakah
ini pertama kalinya mencuri? "Ya, bapak hakim", jawab saya. Setelah
membenahi lembaran kertas yang terletak di mejanya, ia mengatakan bahwa saya
dibebaskan dari hukuman. Saya bebas. Saya keluar dari tahanan dan pulang.
Tetapi apakah saya tak bersalah dalam pencurian itu? Tetap bersalah, tetapi
karena kasihan, hakim itu membebaskan saya.
Dalam menempuh "Jalan
Menuju Hidup Bahagia", telah kita pelajari cara menerima Tuhan
Yesus sebagai Juruselamat pribadi. Haruslah kita ingat hal penting ini: kita
bertobat dan diselamatkan, bukan karena karya atau jasa kita. Kesediaan kita
untuk menerima karya-Allah itulah yang mengakibatkan perubahan yang menyolok.
Pada saat saudara mengakui dosa dan menerima keampunan dari Allah melalui Yesus
Kristus, ketika itulah Allah membebaskan saudara dari kesalahan dosa. Perubahan
besar terjadi. ltu disebut pembenaran. Apakah perubahan itu?
Pada hakekatnya
perubahan timbul dari segi Allah. Menjelang perubahan itu terjadi, Allah
memkitang saudara sebagaimana adanya: orang berdosa yang menuju neraka. Namun
pada saat dibenarkan, saudara dibebaskan dari segala dosa oleb karena kasih
Allah. Ia menyebut saudara sebagai anakNya. Dahulu saudara berjalan ke arah
kebinasaan, tetapi kini menuju ke sorga. Waktu perubahan itu sangat singkat,
lain halnya kurun-kerja yang panjang serta meletihkan. Yang perlu diperhatikan
ialah bagaimana menghapus/menghilangkan dosa. Marilah kita camkan apa yang
Allah katakan tentang hal ini. Bukalah Alkitab saudara.
Roma 3:23 (Bacalah dengan nyaring) - "Karena semua orang telah berbuat dosa
dan telah kehilangan kemuliaan Allah". Apa artinya? inilah artinya; dan
ingat, isi Fiman Allah: Setiap pria, setiap wanita, setiap anak laki-laki atau
perempuan, setiap orang: adalah orang berdosa, tanpa kecuali. Dan, orang
semacam itu tak tahan berdiri di hadapan Allah, Penciptanya. Dosanya selalu
ketahuan. Selanjutnya Alkitab berkata: (Galatia 3:22) " Tetapi Kitab Suci telah mengurung
segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa....." Sudahkah saudara baca dengan nyaring?
Kitab Suci ialah Fiman Allah. Fiman Tuhan Allah menyimpulkan "semua",
berarti setiap orang, terbelenggu oleh dosa. Ini berarti hahwa setiap orang
sudah bersalah. Apabila saudara bersalah dalam sesuatu hal, saudara tak dapat
berbuat apa-apa. Orang lain akan berbuat sesuatu terhadap saudara, atau terhadap
wakil saudara. Sekitainya dipersalahkan di pengadilan, maka perlu ada seorang
pengacara yang membela saudara. Dan vonnis dijatuhkan oleh pengadilan atau
hakim.
Dalam hal menjadi
orang Kristen, pembela saudara adalah Tuhan Yesus Kristus; yang bertindak
sebagai hakim adalah Allah dan persidangannya adalah kasih. Pembenaran berarti
bahwa saudara bukan hanya dibebaskan dari dosa, tetapi juga dinyatakan benar.
Dengan perkataan lain, Allah membenarkan saudara. Dapatkah saudara mengerti
makna itu secara mendalam? Pakailah beberapa menit untuk memikirkannya.
Kemudian kita meneruskan membaca Fiman Tuhan. Berhentilah sejenak.
2 Korintus 5:17 "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus,
ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang". Jika saudara belum membacanya
dengan nyaring, ulangilah dengan bersuara. Gagasan yang penting di sini ialah
"bersatu dengan Kristus". Bila saudara berada di dalam atau bersatu
dengan Kristus, maka saudara menjadi "manusia baru". Tidak soal siapa
nama, dari mana asal maupun kesukuan saudara pada waktu saudara "dalam
Kristus", Allah memaklumkan bahwa saudara samasekali menjadi manusia baru.
Bukti yang paling
jelas mengenai hal ini dapat kita temukan dalam peristiwa menjelang kematian
Kristus di kayu salib. (saudara ingat tentang hal ini dalam kursus "Jalan
Menuju Hidup Bahagia"). Ada dua penjahat yang disalibkan di kanan
dan di kiri Yesus (Lukas
23:39-43).
Salah seorang penjahat itu mencemoohkan Yesus. Penjahat lain memarahi kawannya
dan ia minta Yesus "mengingat"nya. Kemudian datanglah maklumat Allah: Lukas 23:43 (bacalah dengan nyaring)
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari
ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus". Pokok terpenting di sini ialah "bersama dengan
Aku", yaitu "di dalam Kristus". Tiadalah usaha apa pun
diperlukan; tiada upacara agama apa pun yang harus dilaksanakan. Penjahat itu
sebentar lagi akan mati. Menjawab permintaan itu, Kristus dengan perkataan lain
mengatakan: Aku mengampuni dosamu dan Kumaklumkan bahwa kamu telah Kujadikan
benar! Bukan kelak dikemudian hari; bukan setelah penjahat itu membukukan
perkataan Kristus, tetapi sesungguhnya "hari ini"! ltulah
pembenaran!! Memang hukuman-jasmani si penjahat tadi tak berubah, ia harus mati
di salib itu. Tetapi, dosanya telah diampuni Allah dan ia mati sebagai orang
yang dibenarkan ("bersama-sama dengan Aku di Firdaus"). Bersatu atau di dalam Kristus merupakan dasar bagi pembenaran.
Roma 3:24 " Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena
penebusan dalam Kristus Yesus." Pembenaran
bukanlah hasil usaha saudara. Bukan juga suatu penghargaan atas amal saleh atau
sopan santun dan tingkah laku susila yang baik. Perhatikanlah kata
"cuma-cuma". Camkan juga kata "rahmat". Rahmat atau
anugerah pada hakekatnya adalah tindakan yang didorong oleh belas kasihan dan
kasih. ltu tidak bersyarat dan sama sekali gratis dari Tuhan Allah dan oleh
Tuhan Allah.
Pembenaran
berarti suatu perubahan, bahkan barangkali satu-satunya perubahan. Namun bukan saudara yang berubah
dalam sekejap karena telah dibebaskan dari dosa dan dinyatakan benar. Kedudukan saudaralah yang berubah di hadapan Allah. Dahulu
saudara orang berdosa, tak berpengharapan, tak tertolong dan sedang menuju
kebinasaan. Kemudian Allah mencapai dan menyentuh Skitara. Ia maklumkan Skitara
sebagai orang benar: disebut orang suci, disucikan, ditebus, dipulihkan dan
diterima lahir kembali. Alangkah hebatnya perubahan ini!
Apakah arti lebih
lanjut mengenai perubahan besar atau pembenaran ini? Allah bukan hanya mengumumkan bahwa saudara dibenarkan, tetapi
juga: Ia memperlakukan saudara sebagai orang benar! Ada
sebuah kisah nyata yang terjadi pada tahun 1961. Melalui kebaktian penginjilan
yang saya pimpin di Inchon (Korea), seorang bandit kelas kakap diselamatkan. Pertobatannya
murni dan kini ia menjadi hamba Tuhan. Setelah bertobat, ia saya perkenalkan
kepada keluarga saya. Mereka merasa was-was. Ia sering datang ke kantor atau ke
rumah saya untuk belajar dan berdoa bersama-sama. Komplotannya memecat dia,
sehingga ia menjadi penganggur. Saya mencoba mencarikan pekerjaan baginya
dengan menghubungi diakon dan penatua gereja yang menjalankan perusahaan.
Tetapi dengan sopan mereka menolak; "mungkin ia akan mengacau", atau
" kita belum mengenal wataknya dengan terlalu baik." Maksud mereka:
dahulu ia bandit dan kami tidak ingin kerjasama dengannya. Jadi, mereka
menerima dia sebagai sahabat-seiman, tetapi perlakuan mereka terhadapnya masih
sama seperti terhadap penjahat.
ltu bukan cara Allah.
Petrus menyangkali Yesus tiga kali. Tetapi Allah bukan
saja memaklumkan Petrus sebagai orang yang telah dibenarkan, tetapi Ia juga
memperlakukan Petrus sebagai orang benar. Tuhan mempercayakan sidangNya kepada
nelayan kasar itu. Bagaimanakah Saul, orang Tarsus itu sampai menjadi rasul? Ia
dilimpahi dengan perlakuan Allah yang penuh kasih. Sebenarnya mudah saja bagi
Allah untuk memilih orang lain, bukan Paulus. Tetapi Allah tidak berbuat
begitu. Ia memilih Paulus menjadi rasul penting untuk para bangsa yang belum
mengenalNya. Allah memaklumkan "musuh-gereja" ini menjadi orang benar
dan Ia memperlakukannya sebagai orang benar. Inilah pembenaran!
Dengarkanlah Roma 8:1-2 "Demikianlah sekarang tidak ada
penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh yang memberi hidup
telah memerdekakan kamu dalam Kristus
dari hukum dosa dan hukum maut".
Efesus 2:19 (bacalah perlahan-lahan)
"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan
pendatang, melainkan kawan sewarga dan orang-orang kudus dan anggota-anggota
keluarga Allah". Bagaimana perlakuan Allah
terhadap saudara? Sebagai teman sewarga dengan Petrus, Paulus, Yohanes, Mat,
Stefanus, Timotius, Markus dan sejumlah besar orang yang kini berada di Sorga
bersama Tuhan. saudara menjadi anggota keluarga Allah. Yang dahulu
orang-berdosa-celaka, kini menjadi anak dalam "keluarga Allah".
Sering orang Kristen lain tak berlaku benar terhadap saudara; kadang-kadang
orang beriman tak saudara perlakukan sebagai teman sewarga. Allah tak pernah
demikian. PerlakuanNya selalu baik. Itulah yang disebut pembenaran.
Kita akan
mengakhiri pelajaran tentang perubahan agung ini. Marilah kita inqat bahwa
dalam pembenaran: Efesus
2:8 "Sebab karena kasih karunia kamu
diselamalkan oleh iman: itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah". Apakah saudara telah membacanya
dengan nyaring? Pembenaran - perubahan - adalah karunia Allah. Nah, ini baru suatu permulaan. Permulaan yang mulia, menggetarkan
dan menakjubkan. Kita harus berjalan terus, menuju “Penyucian”.
2. Penyucian
dan pertumbuhan.
Kehidupan Orang
Percaya tak akan pernah menjadi "barang jadi". Jika saudara pikir
bahwa sesudah menerima Kristus sebagai Juruselamat, maka semuanya sudah
sempurna, saudara keliru. Seperti bentuk hidup lain, kehidupan Kristen
merupakan suatu rangkaian proses.
Dalam rangkaian
proses, selalu ada kemajuan dan pertumbuhan. Bahan-bahan apakah yang diperlukan
untuk maju dan bertumbuh dalam kehidupan Kristen? ltu ditunjukkan dengan satu
istilah: penyucian. Pembenaran lebih cenderung kepada
karya Allah, sedangkan penyucian lebih bertitik berat pada cara saudara
menanggapi karya itu. Pembenaran merupakan perubahan yang terjadi di dalam
hati-sendiri, sedangkan penyucian berhubungan erat dengan persekutuan yang baru
saudara alami dengan Allah.
Pembenaran
terjadi hanya satu kali, sedangkan penyucian terjadi terus menerus dalam
rangkaian proses. Pembenaran itu adalah tanggapan saudara atas karunia Allah:
ini hanya sekali terjadi untuk seterusnya. Penyucian termasuk sikap
timbal-balik saudara dengan Allah.
Penyucian dapat dimengerti dari tiga pkitangan
yang berlainan, namun ketiga-tiganya saling menjalin. Pertama, dikerat atau
dipisahkan. Kedua, dikerat dan dipisahkan
untuk apa? Ketiga, peranan Roh Kudus.
Bilamana saudara
kedinginan dan ingin berdiang dekat api sambil memanggang daging, pastilah kayu
api diperlukan. Kayu itu berasal dari hutan. Ketika diambil dari sana, kayu itu
harus dipisahkan dari pohon yang lain. Jika saudara memasang api pada pohon
(membakar pohon itu tanpa memotongnya sebagai kayu api), kemungkinan besar
hutan kayu itu seluruhnya terbakar. Akibatnya, tak akan ada lagi kayu api untuk
dipakai berdiang maupun memasak makanan.
Jika saudara akan
mendirikan rumah, tentunya saudara tidak akan menumpuk seluruh bahan bangunan
agar menggunung. Pastilah segala batu bata, semen, paku, lempengan besi, kaca,
kabel tistrik, kapur, kayu dan sebagainya, tidak akan saudara timbun
bertumpang-tindih begitu saja. Untuk membuat jendela, kaca harus dipotong
dengan ukuran yang tepat dan dipisahkan dari kawat listrik. Paku tak dicor
dalam semen, demikian juga kapur melulu tidak dijadikan fondasi. Saudara tak
akan mengatur perabot rumahtangga di dalam "rumah" itu bila tembok,
langit-langit dan lantai belum dipasang. Setiap kayu atau balok perlu dipotong
sesuai dengan ukuran yang diperlukan untuk menyokong segala bentuk rumah itu. Meskipun segala bahan telah diukur dan
dipisahkan sesuai dengan bagian masing-masing, kita belum dapat membangun apa-apa bila
tidak ada bahan yang paling penting. Apakah itu? Gambar rencana bangunan! Apakah rencana Allah bagi kita?. Orang
yang paling berwenang menjelaskan ini ialah Rasul Paulus. Tiada penafsir Fiman
Yesus yang lebih unggul dari pada Rasul itu. Ia jugalah yang termampu
mengartikan kehendak Allah bagi setiap orang beriman. Ia berkata:
Roma 1:1 "Dari Paulus", hamba Kristus Yesus, yang dipanggil
menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah".
lnilah pernyataan
Paulus kepada segenap orang Kristen di seluruh dunia, bukan hanya bagi mereka
yang berada di Roma saat itu. I Korintus 1:30 "Tetapi oleh Dia kamu berada dalam
Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan
dan menguduskan serta menebus kita". Di sini lagi
disebutkan "berada dalam Kristus Yesus" Pertama,
dari keadaan apakah kita dipisahkan? Lihatlah Alkitab untuk menjawab pertanyaan
ini. 2 Korintus 6:17 "Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah
dirimu dari mereka, Fiman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka
Aku akan menerima kamu". Kata
"mereka" dalam ayat ini berarti cara hidup masyarakat pada umumnya
dan beberapa orang percaya di Korintus, yaitu: menyembah berhala,
bermabuk-mabuk, tak bersusila, menipu, homoseksual, korupsi. Tuhan berkata
bahwa setiap orang percaya harus terpisah dari semua keadaan ini. Dengan kata
lain, sebagai orang Kristen saudara harus samasekali terputus dari masa lalu
yang penuh dosa. Sebagai orang percaya saudara harus memisahkan diri dari
perbuatan, perkataan dan pikiran yang lama pada waktu saudara masih seorang
berdosa.
Nah, untuk
menjadi terputus atau terpisah dari sesuatu atau seseorang, diperlukan tindakan
pasif. Tanpa menjadi orang Kristen, saudara tahu bahwa membunuh orang adalah
dosa. Tak usah saudara dibenarkan karena tak berzinah dengan orang lain.
Saudara tidak perlu disucikan terlebih dahulu untuk dapat mengerti bahwa dunia
ini penuh dosa, jahat, dingin dan penuh dengan ketamakan dan kekerasan.
Haruslah kita pertimbangkan: terpisah untuk
perbuatan apa? Apakah tujuan penyucian itu? Jika menjadi
militer, saudara tentu terpisah dari keluarga. Namun gambaran untuk penyucian
dengan demikian belum jelas. Saudara terpisah dari keluarga untuk melayani
dalam bidang ketentaraan guna mempertahankan bangsa dan negara. Hanya dengan
cara demikianlah perpisahan dengan keluarga dapat bermakna.
Bila memisahkan
diri dari kebiasaan bermabuk-mabukan, menipu atau apa saja yang memperbudak
saudara dahulu, kemudian memakai seluruh waktu saudara untuk menjauhi
kebiasaan-kehiasaan yang buruk itu, itu bukanlah pemisahan yang benar. Jika
demikian, saudara hanya melarikan diri dari padanya; kemudian sekali waktu akan
jatuh ke dalam kebiasaan lama lagi. Ini bukan penyucian
Marilah kita
lihat apa yang dikalakan Allah. (Bacalah ayat-ayat ini dengan nyaring). Efesus 4:13 "Sampai kita semua telah mencapai
kesatuan iman dan pengetahuan yang henar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh
dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus".
Filipi 4:8 "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua
yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang
manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut
dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Bacalah kata demi kata berulang kali).
Galatia 2:19-20 "Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat
untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan
Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan
Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam
daging, adalah hidup oleb iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan
menyerahkan diriNya untuk aku".
Roma 6:6 "Karena kita tahu, bahwa manusia lama
kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar
jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa".
I Tesalonika 5:23 "Semoga Allah damai sejahtera
menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara
sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita".
Ada dua rangkaian
proses penyucian pertama: berpikir; kedua: bertindak. Ketika lahir-kembali, memang terjadi;
perubahan; tetapi tak berarti segala sesuatunya dimurnikan dengan secepat
kilat. Ingatlah bahwa dalam kursus "Menuju
Hidup Bahagia", kita pelajari bahwa sifat duniawi selalu muncul
bilamana ada kesempatan. Setiap hari dalam hidup kita, selalu ada hal-hal,
kata-kata peristiwa maupun orang yang menodai pikiran kita. Dengan sekejap mata
saudara dapat bercerita bohong (berlawanan dengan "semua yang benar")
, Mata dan telinga kita dengan mudah menimbulkan pikiran yang jijik (berlawanan
dengan "yang murni"). Dengan sangat mudah perasaan kita yang tak
terkuasai dapat mencerca dan kasak kusuk memburuk-nurukkan orang lain. Ini
berlawanan dengan yang patut dipuji". Saudara
harus memelihara dan memperkembangkan pikiran lebih dahulu ("mengisi
pikiran dengan hal-hal yang bernilai"), sebelum buah-buah penyucian
dihasilkan;
Tujuan penyucian
ialah agar kita terpisah dari "hal-hal yang tidak murni" demi
pelayanan kepada Allah. Saudara disucikan bukan hanya untuk terpisah sehingga
dapat berkata "saya lebih baik dari kamu" ataupun "sejak kita
berpisah saya sudah jauh lebih rohani". Meskipun saudara disucikan masih
juga bercacat. Saudara disucikan bukan untuk pamer atau menonjolkan diri
sebagai orang yang lebih baik dari pada orang lain, apalagi lebih "
rohani". Saudara
disucikan untuk melayani Allah.
Pelayanan kepada Allah bermula dari pengenalan terhadapNya.
Untuk mengenalNya, kita mempelajari FimanNya. Manakah yang lebih penting,
mempelajari FimanNya atau pergi menjadi utusan injil untuk melayani orang
diperkampungan miskin? Kepentingannya sama! Banyak orang beriman enggan belajar
Fiman Allah (yakni Alkitab), sesudah mereka mengalami kelahiran baru. Ini
keliru. Itulah sebabnya pengertian mereka tentang Fiman Tuhan sepanjang
hidupnya hanya setingkat dengan pengetahuan anak Sekolah Minggu. Ini sangat
menyedihkan. Pelayanan kepada Allah yang paling istimewa ialah menjadi seperti
Yesus; "makin bertambah sempurna seperti
Kristus". kata Paulus.
Ada juga segi
usaha manusia dalam pelayanan kepada Allah. Memberi uang untuk membangun rumah
sakit dan panti asuhan; meninggalkan tempat sendiri untuk pergi ke tempat lain
menyebarkan Injil, seorang dokter meninggalkan penghasilan tinggi untuk bekerja
dan mengobati orang sakit dan miskin di tempat lain: ini sekedar beberapa
contoh.
Penyucian adalah
karya Roh Kudus. (lngatlah kembali pelajaran tentang Roh Kudus dalam "Jalan Menuju Hidup Bahagia"). Roh
itulah yang menggugah kesadaran saudara. Ia memurnikan dan menguatkan. Bahkan
Roh itulah yang meyakinkan saudara untuk mengalahkan dan mengatasi sifat
duniawi. Tanggapan saudara terhadap peyakinan Roh Kudus menyebabkan saudara
menyatakan kasih, bukannya kebencian; pengharapan sebagai ganti ketakutan;
damai sejahtera bukannya kebingungan. Saudara menyatakan kepercayaan bukannya
kecurigaan, dan saudara dapat unggul melawan dosa.
Sebelum dapat pergi ke ujung bumi
melayani Allah, haruslah saudara lebih dahulu dipenuhi oleh Roh Kudus. Tepat
sebelum Yesus kembali ke Sorga, Ia berkata kepada muridNya: Kisah Para Rasul 1:8 "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau
Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di
seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi".
Kita disucikan
bukan karena adanya keinginan untuk menjadi suci. Roh Kudus itu sendirilah
secara bebas dan penuh rahmat menguduskan. Penyucian itu terjadi bukan karena
kehendak seseorang untuk memperbaiki diri. Hanya Roh Suci yang berprakarsa
untuk memperbaharui dan menguatkan orang beriman setiap hari, dengan cara yang
lemah lembut dan mantap. Roh Tuhan sendirilah yang memampukan saudara untuk
mewujudkan pikiran yang murni dan benar, menjadi amal yang penuh kasih dan
terpuji. Roh itu memberi pertumbuhan menuju kedewasaan dalam kehidupan
kekristenan.
Bagian saudara dalam proses penyucian
adalah memikirkan, merenungkan dan menanggapi kuasa Allah yang maha hadir dan
penuh kasih. Kemudian saudara perlu menghayatinya untuk melayani Allah.
Namun penyucian dalam hidup Kristen bukanlah suatu akhir. Itu merupakan sarana menuju tujuan akhir kehidupan Kristen, yakni
mempermuliakan Allah. Kita akan membahasnya dalam pasal berikut.
3
Kemuliaan dan tujuan.
Ada suatu
ungkapan terkenal, namun menyesatkan: pada saat saudara menjadi orang Kristen
maka segala beban dan kekuatiran pasti lenyap. Tidaklah Aikitabiah jika orang
berkata bahwa bila saudara menerima Yesus menjadi Juruselamat pribadi, maka
segala kesulitan keuangan menjadi beres.
Sangatlah bertentangan dengan
pengajaran Yesus bila ada gagasan yang mungkin ditekankan oleh pengkhothah,
penginjil ataupun pengarang) bahwa keuangan saudara menjadi aman jika saudara
menjadi orang percaya.
Jangan kita meremehkan rahmat Allah
dengan berpikir demikian: "pokoknya saya percaya kepada Allah dan saya
melakukan apa saja yang saya sukai; bukankah Allah itu kasih?"
Masa kini
merupakan zaman serba-cepat. Ada pembuatan kopi secara cepat, telekomunikasi
secepat-kilat dan ada orang berkata bahwa Injil juga pemecah-segala-soal
maha-cepat di jagat raya ini. Pastilah ini keliru.
Kita telah melihat manusia berjalan di
bulan dan mengitari angkasa luar. Loncatan teknologi ini memberi keberhasilan.
Bila kita menjadi orang Kristen tidak berarti sukses dalam segala sesuatu. Jika
mendengar bahwa setelah menjadi orang Kristen, saudara dengan otomatis akan
sukses dalam segala usaha, sekolah, pernikahan atau dalam upaya lain, haruslah
saudara berhati-hati. Orang yang berkata demikian biasanva lebih cenderung
mempunyai dorongan hati yang salah. Hampir selalu mementingkan diri sendiri.
Ketika bersama merenungkan tentang
pembenaran. Kita melihat apa yang Allah perbuat. Pada saat belajar mengenai
penyucian, kita menyelidiki bagaimana cara bertumbuh. Nah, dalam pasal yang
sedang dibahas ini, kita akan memusatkan perhatian dan pikiran pada
tujuan-akhir setiap orang Kristen.
Istilah
"pemuliaan" tidak terdapat dalam Alkitab. Barangkali ini istilah saya
sendiri dan berbeda dari pengertian atau ungkapan doktrin lain. Permuliaan berarti hal memuliakan
Allah; dan
memuliakan Allah merupakan tujuan akhir dalam hidup setiap orang beriman.
Marilah kita baca lebih dahulu
beberapa ayat Alkitab yang memuat kata kemuliaan. Lukas 2:13-14, 20, 32 "Dan tiba-tiba tampaklah
bersama-sama dengan malaikat ltu sejumlah besar bala tentara Sorga yang memuji
Allah, katanya: "Kemuliaan
bagi Allah dl tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara
manusia yang berkenan kepadaNya… Maka kembalilah gembala-gembala ltu sambil
memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka
lihat, semuanya sesual dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka… yaitu
terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan
bagi umatMu".
Semua catatan tersebut di
atas berhubungan dengan kelahiran Yesus. Siapakah yang memuliakan Allah?
"Sejumlah besar bala tentara sorga", "para gembala" dan
seorang bernama Simeon di Bait Allah di Yerusalem. "Sejumlah bala tentara
sorga" berarti para orang-suci dan malaikat yang kini bersama-sama dengan
Allah. Kita akan menjumpai mereka pada saat dunia ini berakhir. Mereka mengerti
mengapa Allah mengutus Anak-Nya ke dunia ini dan mereka memuliakan Dia.
"Para gembala" adalah penjaga ternak di ladang, yang kepada merekalah
malaikat-malaikat telah menyampaikan tujuan kedatangan Yesus, dan setelah
mereka mendengar bahwa Yesus telah lahir, mereka memuliakan Allah.
Orang yang bernama Simeon
ini adalah orang yang taat, benar dan suci, serta menanti kedatangan
Juruselamat dengan penuh pengharapan. Ketika kepadanya diberitakan bahwa
Penyelamat itu lahir, Ia berkata: "Sebab mataku telah melihat keselamatan yang
dari padaMu" (Lukas 2:30). Mereka semuanya memuliakan Allah.
Apakah sebabnya? Karena
Allah menjanjikan kekayaan? Bukan. Sebab Allah mengirim militer untuk membela
Israel? Tidak. Tuhan menjanjikan pengurangan kemiskinan dan wabah? Jadi,
mengapa? Karena Yesus datang. Mengapa Ia datang?
Mat 1:21, 23 (bacalah dengan nyaring) - "Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia
Yesus, karena Dia lah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka…anak
dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan
menamakan Dia Imanuel yang berarti Allah menyertai kita"
Karya istimewa Allah ketika mengutus Yesus ke
dalam dunia ada rangkap dua. Pertama, menyelamatkan saudara dan saya dari
segala dosa kita dan kedua, untuk bersama-sama dengan kita. Janganlah kita
menambah maupun mengurangi kebenaran yang agung ini. Jadi, menjadi orang
Kristen berarti: pertama dan utama, menghayati hidup rohani dan bukannya
mengalami perubahan jasmani maupun perolehan bendawi.
Pemuliaan, yang menjadi tujuan akhir setiap
orang Kristen mengandung tiga sikap hidup yang mendasar. Pertama,
mempermuliakan Nama Allah. Kedua, memuji dan membesarkan Allah karena memang
keberadaanNya demikian. Dan yang ketiga ialah menghayati kehidupan yang penuh
syukur.
Kita tak pernah berjumpa. Namun jika saudara
mengenal saya, atau kenal sediklt, bagaimana caranya? Yang paling umum adalah
ada orang menceriterakan tentang saya kepada saudara. Atau karena saudara
membaca tulisan, karangan atau buku saya. Barangkali juga saudara melihat foto
saya. Telah bertemukah saudara dengan Idi Amin? Hampir pasti belum. Namun,
mengapa saudara pikir ia jahat atau sinting?
Saudara suka jeruk manis, bukan? Tak soal
betapa pintar orang menjelaskan alangkah enaknya buah itu, saudara tak dapat
merasakannya, jika saudara sendiri tidak mencoba mencicipi sebuah. Pernahkah
saudara bersua dengan Mahatma Gandhi, tokoh India itu? Pasti belum, kecuali
saudara berumur 80 tahun lebih dan tinggal di India. Kebanyakan orang di dunia
tidak pernah berjumpa dengannya. Namun mengapakah berjuta-juta orang di dunia,
termasuk saya, menghormati dan menghargainya?
Bagaimana mungkin orang-orang di dunia yang
tak mengenal Allah dapat mengenal Dia? Alkitab berkata bahwa tak seorang pun
pernah melihat Allah itu. Nah, bagaimana mereka mengenalNya? Kuncinya adalah
saudara. Saudaralah saluran yang dapat memperkenalkan Allah kepada dunia.
Saudara "mewakili" Allah dalam dunia saudara. Rasul Paulus, yang
paling banyak mewakili Allah di dunia ini pernah memaklumkan: 2 Korintus 5:20 "jadi, kami ini
adalah utusan-utusan Kristus…". Suadara adalah seorang utusan
Kristus, mewakiliNya di dunia ini.
Salah satu kewajiban seorang duta atau utusan
ialah menjunjung tinggi martabat bangsa dan negara yang diwakilinya. Orang
Kristen juga harus menjunjung tinggi Nama Allah. Bagaimana cara kita menjunjung
tinggi dan mempermuliakan Nama Allah? Dengan dua macam tindakan: melalui
kata-kata dan amal perbuatan. Setiap berbicara, apakah saudara telah memilih
kata-kata yang cocok sebagai wakil Allah? Apakah lawan-bicara saudara terhibur
dan memperoleh dorongan mendengar kata-kata itu? Apakah perkataan saudara
menjadi sumber inspirasi, ilham dan pengharapan bagi orang lain? Adakah kata-kata saudara menyebalkan dan berbohong? Kata-kata saudara menyindir dan menyakiti
orang lain? Apakah kebanyakan bahasa dan kata yang saudara ucapkan hanya
kasak-kusuk, fitnah, kabar angin, untuk menjatuhkan serta mencemoohkan orang
lain? Apakah kata-kata saudara keluar dari mulut dengan lidah bercabang dan
bagaikan panah berbisa? Apakah orang lain berusaha menghindar supaya jangan
berbicara dengan saudara? Lukas 4:22 "Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan
kata-kata yang indah yang diucapkanNya..."
Yohanes 6:63 (Sabda Yesus) "....Perkataan-perkataan
yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup". Yohanes
17:8 (Di sini Yesus memberi laporan akhir kepada Bapa mengenai tugas-Nya
di dunia) "Sebab segala Fiman (kata-kata) yang Engkau
sampaikan kepadaKu telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah
menerimanya..."
Selanjutnya, Allah kita permuliakan melalui amal-perbuatan
kita. Jika kita mengaku orang Kristen tetapi perbuatan
kita tidak cocok dengan iman Kristen, maka kita pembohong. Apakah perbuatan kita sesuai dengan iman Kristen? Apakah orang lain
dapat melihat "gambar Allah" di dalam atau melalui kehidupan kita? "jika kita mengatakan Saya
ingin mempercayai Allah yang dipercayainya", apakah orang lain berkata
demikian setelah melihat perbuatan kita? Apakah
perbuatan kita mewakili Allah yang kita wakili? Atau
berlawanankah perbuatan dengan perkataan kita? Hanya
sebagai cermin yang pecah-buyarkah amal saleh kita? Apakah orang lain akan melihat Allah atau
iblis melalui perbuatan kita? Apakah
perbuatan kita hanyalah suatu kepalsuan belaka?. Matius 7:16 "Dari buahnyalah
kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak
duri atau buah ara dari rumput duri?"
Akhirnya kita mempermuliakan Allah dengan mengucap syukur, yaitu pujian, ucapan terima
kasih dengan penuh sukacita dan pengharapan. Bukanlah maksud saya ucapan terima
kasih-bersyarat, jika gaji saudara dinaikkan. Bukan juga kegirangan yang
saudara rasakan ketika menerima hadiah. Sikap berterimakasih yang orang Kristen
harus tunjukkan, harus lebih mendasar dan harus lebih tetap daripada sekedar
ungkapan terima kasih yang bersifat basa-basi dan hampa. Janganlah meniru orang
dunia ini. Sebenarnya, pengucapan syukur merupakan dasar kehidupan Kristen,
pancaran bahagia dan sumber kekuatan. Ketika menggambarkan kebenaran itu,
pernah Rasul Paulus mengatakan demikian: Efesus 5:20
"Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam
nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita". Filipi 4:6 "Janganlah hendaknya
kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal
keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur".
Kata-kata yang dihubungkan dengan pengucapan
terimakasih di sini ialah: "dalam segala sesuatu";
"selalu"; "mengenal apapun"; dan "dalam nama Tuhan
kita Yesus Kristus".
Pengucapan syukur bukanlah sesuatu yang sering
saudara perbuat bila saudara berpikir ada alasan untuk bersyukur. Sebaliknya,
itu harus selalu dilakukan. Hal pengucapan syukur
tidak hanya diadakan bila segala sesuatu berjalan sesuai dengan keinginan
saudara, tetapi haruslah itu dilaksanakan dalam keadaan apapun juga. Pengucapan
terimakasih tak hanya diperbuat sesudah Allah mendengar dan mengabulkan
permintaan saudara. Namun malahan pada saat permintaan itu disampaikan kepada
Allah, ucapan syukur itu harus disampaikan. Pengucapan syukur kita tidak
didasarkan pada perasaan atau usaha, melainkan harus "di dalam nama Tuhan
kita Yesus Kristus".
Dalam buku
terakhir dari Alkitab, Tuhan menggambarkan bagaimana seharusnya sikap hidup
kita(Wahyu
7:12) "Sambil berkat"Amin! puji-pujian
dan kemuliaan, dan hikmat dan syukur, dan hormat dan kekuasaan dan kekuatan
bagi Allah kita sampai selama-lamanya! Amin!"Mewujudkan
hal-hal in dalam hidup sehari-hari adalah tujuan kita yang paling tinggi sebagai
orang Kristen: yakni pemuliaan Allah. Apakah kita orang Kristen? Masalah kedagingan adalah salah
satu hal yang masih sangat sulit ditanggulangi oleh banyak orang percaya,
bahkan sampai pada hari ini. Tapi hari ini saya deklarasikan, “Seluruh kuasa
kedagingan telah dipatahkan dari hidup orang-orang percaya! Penjara kedagingan
telah terbuka, dan setiap orang percaya bisa keluar dan hidup dalam kebebasan
untuk berjalan dalam kebenaran dan menyukakan hati Tuhan!”
Ketika kedagingan telah
dikalahkan, akan jauh lebih mudah bagi orang-orang percaya untuk dapat mulai
berjalan dan hidup dalam ketaatan. Dan ketika kita terus hidup dalam ketaatan,
kita pasti akan alami otoritas pemerintahan surga sungguh-sungguh
termanifestasi secara nyata dalam hidup kita. Pada waktu ketaatan kita telah
menjadi sempurna, itulah saatnya kita siap untuk menghukum segala kedurhakaan.
Apakah yang menjadi tolok ukur
ketaatan kita, sehingga kita dapat mengetahui sampai sejauh mana kita sudah
berjalan dalam ketaatan mutlak?
1. Hidup dalam ketaatan
mutlak, artinya kita sedang terus
menghidupi apapun yang pernahTuhan sampaikan secara pribadi kepada kita.
Dimensi ketaatan yang harus kita
tunjukkan di hadapan Tuhan memang berbeda antara satu orang percaya dengan
orang percaya lainnya, karena ketaatan selalu bersifat pribadi. Pertanyaan yang
harus kita ajukan kepada diri kita sendiri adalah: Dari sekian banyak perintah
yang secara pribadi Tuhan sampaikan kepada kita, apakah sampai hari ini kita
masih terus menghidupinya?
Satu hal yang harus kita pahami
adalah: sekali Tuhan memberi perintah kepada kita, perintah itu berlaku untuk
sepanjang hidup kita. Jika Tuhan pernah memerintahkan kita untuk mengendalikan
lidah kita dalam hal bergosip, itu berarti mulai saat itu dan sampai seterusnya
Tuhan menghendaki kita tetap berjalan dalam ketaatan.
Semakin kita berjalan dalam
ketaatan, semakin kita bisa merasakan kesadaran akan hadirat Tuhan meliputi
kita, dan kesadaran akan kelemahan dan kemanusiawian kita akan semakin
tersingkir. Di sisi lain, ketaatan juga akan membuat ketertarikan kita kepada
apa yang selama ini ditawarkan oleh dunia juga akan mulai semakin memudar.
Alasan mengapa banyak orang
percaya masih terus memilih untuk hidup di dalam dosa adalah karena di dalam
dosa ada kenikmatan. Demikian pula alasan mengapa ada orang-orang yang rela
mengorbankan apapun juga untuk dapat hidup dalam kekudusan adalah karena di
dalam kekudusan juga ada kenikmatan. Alkitab berkata, “Penderitaan jaman
sekarang ini tidak sebanding dengan kemuliaan yang Tuhan sudah sediakan bagi
kita”, dan itu berarti kita harus memiliki kemampuan untuk mulai membandingkan.
Selama kita hanya mendengar
khotbah tentang penyangkalan diri, kematian daging dan memikul salib, tanpa
kita sungguh-sungguh bisa melihat kemuliaan yang tersedia di baliknya, kita
tidak akan bisa membandingkannya dengan apa yang disediakan oleh dunia. Sebagai
akibatnya, kita akan lebih memilih untuk tetap tinggal di dalam dosa yang sudah
kita cicipi dan rasakan kenikmatannya.
Ketika kita terus melangkah dalam
ketaatan dan dengan tekun membenahi setiap area hidup kita yang masih belum
selaras dengan Fiman-Nya, kesadaran akan hadirat Tuhanpun akan mulai semakin
kuat mencengkeram hidup kita. Dan ketika itulah kita akan dapat sungguh-sungguh
menyadari bahwa penderitaan jaman sekarang ini tidak sebanding dengan kemuliaan
yang tersedia bagi kita.
2.Hidup dalam ketaatan
mutlak, artinya kita memiliki kerelaan
untuk mengorbankan apapun yang kita ingini/sayangi, demi dapat tetap taat
kepada Dia.
Jika Tuhan memerintahkan kita
untuk mengorbankan sesuatu yang selama ini kita ingini/sayangi agar kita bisa
terus melangkah dengan Dia, namun kita merasa keberatan dengan apa yang Dia
minta tersebut, itu berarti sesuatu itu telah menjadi faktor yang membuat kita
tidak taat. Mengapa Abraham dikatakan sebagai orang yang selalu taat? Karena
bahkan ketika Tuhan meminta Ishak, Abraham rela menyerahkan Ishak.
Pertanyaannya saat ini: Adakah sesuatu
dalam hidupmu yang pernah Tuhan minta, namun belum engkau serahkan? Adakah
sesuatu atau seseorang yang sampai sejauh ini membuat engkau sering melanggar
apa yang Tuhan perintahkan? Yakobus 4:4-5 berkata, “Hai kamu, orang-orang
yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah
permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia
menjadikan dirinya musuh Allah”. Jika kita masih menyimpan sesuatu atau
seseorang yang selama ini justru membuat kita tidak taat, artinya kita sedang
menjadi musuh Tuhan.
Ketika kita menerima Yesus sebagai
Tuhan dan Juruselamat, Ia menaruh Roh Kudus-Nya dalam hidup kita. Itu sebabnya
ayat 5 berkata, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa alasan
berkata: "Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya
dengan cemburu!"”. Maksudnya adalah, Tuhan menghendaki agar kita
memperlakukan Roh Kudus yang Ia taruh dalam hidup kita, dengan cara yang sama
seperti Ia sendiri memperlakukan Roh Kudus. Kita tidak akan pernah mendapat
konflik batin dalam diri Tuhan; apa yang Bapa ingin lakukan, Roh-Nya selalu
bekerja sesuai dengan kehendak Bapa tersebut – selalu ada keselarasan dalam ketritunggalan
Tuhan. Karena itu, ketika Ia memberikan Roh kepada kita, Ia juga menghendaki
agar apapun yang Roh-Nya lakukan, kita dapat meresponinya dengan benar; itulah
yang disebut sebagai sahabat Allah.
3.Hidup dalam ketaatan
mutlak,
artinya kita melakukan
semua yang Tuhan perintahkan secara akurat.
Keakuratan dalam melakukan
perintah Tuhan akan menjagai kita dari berbagai masalah dan kejaTuhan yang
mungkin dialami oleh orang-orang lain. Sadarilah hal ini, semakin Tuhan membawa
kita naik memasuki level dan otoritas rohani yang baru, semakin Tuhan menuntut
keakuratan dari ketaatan kita dalam melakukan perintah-Nya. Ketika kita masih
“di bawah”, kesalahan yang kita buat mungkin tidak akan menghasilkan dampak
yang terlalu besar, tetapi di level yang baru, satu kesalahan yang sama seperti
yang pernah kita buat akan memiliki efek yang jauh berbeda. Karena itu, ini
waktunya kita terus melatih keakuratan dari pendengaran rohani dan ketaatan
kita, karena pada waktu kita memutuskan untuk taat, Tuhan menghendaki ketaatan
tersebut 100% akurat.
4.Hidup dalam ketaatan
mutlak,
artinya kita tetap mengambil keputusan berdasarkan ketaatan terhadap Fiman,
meskipun sedang ada di tengah tekanan atau masalah yang berat. Tuhan
menghendaki agar bahkan di tengah tekanan, kita dapat terus berjalan dalam
ketaatan. Jangan ijinkan tekanan apapun membuat hatimu berubah.
9.2 Iman Yang Bertumbuh Dan Ketaatan Kepada
Kristus Yesus
Prestasi seorang Kristen tidak dilihat dari
beberapa hebatnya pelayanan/ jabatan / posisinya, tetapi dilihat dari
sebenarnya seberapa jauhnya dia taat kepada Fiman Tuhan. Pertumbuhan rohani
kita dapat digambarkan sebagai sebuah roda yang berputar. Supaya dapat terus
berputar, roda tersebut harus memiliki bagian yang lengkap:
Yesus Kristus merupakan pusat kehidupan kita
digambarkan sebagai poros pada roda kendaraan.
Doa, Fiman Tuhan, kesaksian dan persekutuan
dengan orang percaya digambarkan sebagai jari jari ketaatan dapat digambarkan
sebagai lingkaran roda di bagian luar.
Dapat
dilihat pada ilustrasi roda di atas.
1. Bertumbuh
Dalam Pengenalan akan Allah
Apakah hal yang paling penting di dunia bagi
setiap orang Kristen? Hal yang paling penting bagim orang Kristen selama berada
di dalam dunia ialah bertumbuh dalam pengenalan akan Allah. Pengenalan akan
Allah adalah pusat dari keselamatan kita dan dari semua pengalaman kerohanian
kita yang benar. Kita diciptakan untuk mengenal Allah. Dalam Alkitab,
pengenalan akan Allah hampir setara dengan keselamatan itu sendiri. Yesus sendiri
berkata bahwa hidup yang kekal atau keselamatan berarti pengenalan akan Allah,
"Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau,
satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau
utus" (Yoh. 17:3). Menjadi seorang Kristen bukanlah pengalaman yang tanpa
otak, tetapi mencakup pula hikmat dan pengertian. Menjadi seorang Kristen
berarti sebuah hubungan yang begitu dekat dan intim dengan Allah Pencipta
Langit dan Bumi. Yang melatarbelakangi perkataan Yesus di atas ialah janji yang
sudah diberikan oleh Allah beberapa abad sebelumnya.
Hal ini dapat kita lihat dari Yeremia 24:7
yang berbunyi, "Aku akan memberi mereka suatu hati untuk mengenal Aku,
yaitu bahwa Akulah TUHAN." Dan penggenapan dari apa yang sebenarnya
dimaksudkan oleh janji itu dapat kita lihat pada bagian selanjutnya dari kitab
Yeremia, "Tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar
saudara-saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua besar
kecil, akan mengenal Aku" (Yer. 31:34). Nabi Yesaya juga berkata kepada
kita bahwa pengenalan akan Allah akan menkitai pemerintahan Sang Penebus yang
dijanjikan, Yesus Kristus. "Sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan
akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya" (Yes. 11:9). Alangkah
indahnya! Ini semua meringkaskan apa yang Alkitab mau katakan mengenai maksud
kedatangan Yesus: Memungkinkan kita untuk mengenal Allah.
Pengenalan akan Allah merupakan pusat bagi
semua pengertian yang benar dalam hidup Kekristenan kita. Seseorang mungkin dapat
menjadi Kristen dan tetap tidak mengerti akan banyak hal di dunia ini. Tetapi
adalah mustahil bagi seseorang untuk menjadi Kristen tanpa mengetahui apa-apa
tentang Allah. Pada puncaknya, Amsal 9:10 mengatakan, "Mengenal Yang
Mahakudus adalah pengertian." Meski hari ini kita telah berhasil membuat
terobosan ilmu pengetahuan, akan tetapi pengalaman kita akan Allah mungkin
begitu sedikit hari ini. Itulah sebabnya masa kita ini begitu diwarnai oleh
kelangkaan pengertian, apresiasi, dan pengertian yang sangat sempit akan waktu.
Alkitab berulang kali mengajarkan bahwa pengenalan akan Allah merupakan
pencegahan yang ampuh terhadap dosa. Yesaya membagikan hal ini ketika ia
meratapi bangsa Israel dan pemberontakannya. Ia mengatakan, "Lembu
mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang
disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya" (Yes. 1:3). Akar
penyebab dari kemerosotan rohaniah mereka ialah kurangnya pengenalan akan
Allah. Ketika seseorang mengenal Allah dan bertumbuh dalam hubungan yang akrab
dengan-Nya, maka hidupnya akan ditkitai dengan integritas dan ia akan dapat
dipercaya. Apa yang ada di bibirnya akan sama dengan apa yang ada di hatinya.
Singkatnya, hidupnya akan kudus. Tetapi zaman ini terlalu takut terhadap
kekudusan. Bahkan gereja pun mulai takut terhadap kekudusan. Dan hal yang sama
juga terjadi dalam kehidupan kita. Mengapa? Karena "kadar" pengenalan
kita akan-Nya begitu kurang dari yang semestinya. Bila kita sungguh mengenal
Dia, maka itu akan secara otomatis tercermin dalam kehidupan kita. Pengenalan
akan Allah penting pula bagi pertumbuhan kita. Di bagian pembukaan suratnya
yang kedua, Rasul Petrus membicarakan hal yang sangat menentukan ini. Dia
mendesak rekan-rekannya supaya bertumbuh secara rohani dan berharap agar mereka
dilimpahi kasih karunia dan damai sejahtera "melalui pengenalan akan
Allah." Dia berkata kepada mereka bahwa kuasa Allah telah menganugerahkan
kepada kita segala sesuatu yang kita perlukan untuk menjalani hidup ini sebagai
orang Kristen, yaitu melalui pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil
kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib (2Ptr. 1:2-3). Rasul Paulus juga
mengemukakan hal yang sama ketika ia menulis surat kepada jemaat Kolose.
Bertumbuh, mempunyai kaitan khusus dengan "bertumbuh dalam pengetahuan
yang benar tentang Allah" (Kol. 1:10). Kesalahan kita ialah kita sering
menetapkan aturan main sendiri tentang bagaimana seharusnya kehidupan Kristen
itu. Betapa beraninya kita! Padahal Allah sudah berkata bahwa jika kita mau
bertumbuh sebagai orang Kristen, maka pertama-tama kita harus bertumbuh dalam
pengenalan akan Allah.
Pengenalan akan Allah merupakan hak istimewa
kita yang terbesar. Coba dengarkan lagi apa yang Yeremia katakan,
"Beginilah Fiman TUHAN: 'Janganlah orang bijaksana bermegah karena
kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah
orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah
bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah
TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh,
semuanya itu Kusukai, demikianlah Fiman TUHAN'" (Yer. 9:23-24). Pernyataan
ini keluar dari orang yang sama yang sebelumnya berkata, "Sekiranya
kepalaku penuh air, dan mataku jadi pancuran air mata ..." (Yer. 9:1).
Yeremia bukanlah teolog atau penulis menara gading! Di sini kita melihat
seorang yang begitu berduka oleh karena pemberontakan bangsanya, yang melihat
segala sesuatu melalui mata seorang yang terasing dari segala macam pergaulan, kecuali
dalam pergaulan dengan Allah. Ia tidak berhenti di permukaan, tetapi terus
menuju pada pokok permasalahannya. Tak ada gunanya kita memiliki segala
bijaksana dunia, atau keperkasaan seorang pria, Hati Yang Dipersembahkan Kepada
Allah - Sinclair B. Ferguson atau kekayaan, atau ketenaran atau apa pun juga,
jika semua itu tidak disertai dengan pengenalan akan Allah. Dengan tegas
Yeremia menurunkan segala hal yang oleh kebanyakan kita "diimpikan
siangmalam" itu, pada posisi yang seharusnya (pada tempat yang benar-benar
bawah). Hidup hanya benar - benar layak untuk dibanggakan jika pusatnya adalah
pengenalan akan Allah, yang mengontrol segenap aspirasi kita. Inilah hal yang
layak untuk dimegahkan. Apakah yang Kita dan saya bangga-banggakan?
Apakah yang selalu menjadi topik pembicaraan
kita dan yang memenuhi hati dan pikiran. Pernahkah kita sadar bahwa pengenalan
akan Allah merupakan harta terpendam yang paling berharga dan merupakan hak
istimewa terbesar yang bisa kita miliki?
Jika belum, maka kita begitu picik dalam hal rohani. Kita telah menjual hak
asasi kita sebagai orang Kristen demi "semangkuk sup kacang merah,"
dan pengalaman sejati yang seharusnya kita nikmati sebagai orang Kristen akan
menjadi begitu dangkal, "aneh-aneh" dan keluar dari "rel"
yang telah ditetapkan bagi kita. Malangnya, banyak aspek dari kehidupan Kristen
kita benar-benar sudah terjangkit "rabun" rohani yang kronis. Hal ini
tempak jelas dalam kehidupan kita sehari-hari, dalam hubungan kita dengan
sesama, dalam begitu minimnya dampak yang dapat kita berikan pada dunia, dan
mungkin yang paling nyata; dalam penyembahan kita. Inilah yang Yeremia lihat
pada masa itu! Tidak heran ia begitu deras mencucurkan air mata, tidak heran ia
harus bertarung melawan depresi, karena ia begitu terbeban dengan bangsanya. Ia
tidak pernah mampu mengecam mereka tanpa ia sendiri menjadi begitu "hancur
hati." Seberapa sensitifnya Kita terhadap hal ini? Mengenal Allah adalah
satu-satunya hak istimewa Kita sebagai orang Kristen dan yang akan menuntun
Kita ke hal-hal penting lainnya. Akan tetapi, apakah hal pengenalan akan Allah
sudah mengambil tempat utama di dalam hati dan pikiran Kita? Di saat kita melihat kembali apa yang
tertulis oleh Yeremia, maka kita sulit memungkiri bahwa kita sudah menjadi korban dari kelicikan zaman di
mana kita hidup sekarang ini. Selama beberapa tahun Gereja sudah dipenuhi
dengan berbagai "topik hangat" dan terlibat di dalam
kebuTuhan-kebuTuhan mendesak lain yang seharusnya tidak boleh ditempatkan
sebagai prioritas utama. Berbagai konferensi dan seminar yang diadakan serta
buku-buku yang ditulis berkenaan dengan "kebuTuhan vital" itu, telah
mengambil tempat utama dan mengatur agenda gereja dan orang Kristen. Dan yang
dilalaikan justru ialah perhatian terhadap Allah sendiri. Dan di saat-saat
langka bilamana kelalaian itu tidak terjadi, kita menyikapinya seolah-olah
sesuatu yang tidak pada tempatnya sedang terjadi. Akibatnya, kita
mendefinisikan ulang arti kehidupan Kristen dan hidup yang kekal seturut dengan
"isu-isu yang ada." Kita tidak lagi mendengar seruan Tuhan Yesus
ketika Ia berkata bahwa kehidupan Kristen dan hidup yang kekal berarti
pengenalan akan Allah. Apakah yang terkandung di dalam "Pengenalan akan
Allah"? Ungkapan ini muncul di dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat Kolose.
Isi dari doa Paulus ini memberikan kepada kita dasar tentang bagaimana
bertumbuh dalam pengenalan akan Allah. Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya,
kami tiada berhenti -henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu
menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak
Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan
kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang
baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah, dan dikuatkan
dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu
dengan tekun dan sabar. Kolose 1:9-11 Page 3 of 7 Hati Yang Dipersembahkan
Kepada Allah - Sinclair B. Ferguson Dalam bagian ini Paulus memberikan "Empat Hukum Fundamental" yang
membuat kita bertumbuh dalam pengenalan akan Allah.
Hukum pertama Hanya Allah yang merupakan penulis dari
pengenalan kita akan diri -Nya. Salah seorang penulis besar di awal Kekristenan
yang bernama Hilary of Poitiers (315-368 M) menggemakan kebenaran ini,
"Satu-satunya saksi yang sah untuk menyatakan siapakah Allah itu
sebenarnya ialah Allah sendiri." Hanya Allah yang dapat memberikan kepada
kita pengenalan akan Allah yang benar dan dapat dipercaya. Allah harus mengenalkan
diri-Nya sendiri. Inilah alasannya mengapa Paulus tidak memberikan kiat-kiat
praktis kepada jemaat Kolose agar mereka beroleh pengenalan yang benar akan
Allah.
Yang dilakukan Paulus ialah berdoa bagi mereka
dan meminta Allah sendiri untuk mengajar mereka. Inilah kebenaran yang membuat
kita merendahkan diri. Inilah saya, dengan semua pengetahuan dan pendidikan
yang saya miliki, saya mengetahui begitu banyak hal! Tetapi, di hadapan Allah
saya hanyalah seorang pemula yang bergantung penuh pada ajaran dan tuntunan Roh
Kudus. Di tempat lain Paulus mengatakan bahwa hanya Roh Kuduslah yang
menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah
(1Kor. 2:10-11). Hal yang mengagumkan dari kesaksian dan pelayanan- Nya di
dalam kita ialah menyingkapkan hati Bapa kepada kita. "Kita tidak menerima
roh dunia yang tidak memiliki
kemungkinan untuk mengenal dan mengasihi Allah]," tulis Paulus,
"tetapi Roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan
Allah kepada kita" (1Kor. 2:12). Pekerjaan.
Roh Kudus juga dikonfirmasikan dalam
permohonan Paulus yang lain. Dia berdoa untuk jemaat Efesus (dan karena surat
Efesus merupakan surat edaran, maka sah jika kita mengasumsikan bahwa di
dalamnya Paulus juga berdoa bagi semua anak Allah), "[Aku] meminta kepada
Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan
kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar" (Ef. 1:17).
Pengenalan yang benar akan Allah tidak didapat dari buku (walaupun itu mungkin membantu
kita) dan bukanlah dipelajari dari bangku seminari (walaupun seminari dapat
mendorong kita). Pengenalan akan Allah juga bukan sekadar menambah informasi
akan Allah (walaupun itu mungkin dapat mestimulasi kita). Inti sebenarnya bukan
itu! Pengenalan akan Allah adalah pengenalan secara pribadi, karena yang akan
kita kenal ialah Allah yang berpribadi. Hal ini hanya bisa ditemukan oleh
mereka yang memiliki kerinduan untuk mengenal Allah dengan bergantung
sepenuhnya kepada-Nya, dan yang memohon agar Roh Kudus memimpin pada kebenaran
yang sejati. Dalam Yeremia 29:13 Allah berjanji, "Apabila kamu mencari
Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap
hati." Jika kita meminta, kita akan menerima; jika kita mencari, kita akan
mendapati; jika kita mengetuk, pintu pengenalan akan Allah akan dibukakan bagi
kita. page 4 of 7 Hati Yang Dipersembahkan Kepada Allah
- Sinclair B. Ferguson. hukum kedua Pengenalan akan Allah mencakup hikmat dan
pengertian rohani. Kebenaran kedua ini tampak pada doa Paulus bagi jemaat
Kolose. Paulus menyatakan bahwa hikmat dan pengertian merupakan karakter dari
Mesias (Yes. 11:2), yaitu sebagai Pribadi yang dipenuhi oleh Roh Allah.
Sebenarnya, dalam tingkat yang lebih rendah, kualitas ini merupakan tkita bagi
setiap orang yang "diurapi oleh Roh Kudus" (yang sebenarnya merupakan
padanan kata dari mesias). Contohnya Daniel, yang seluruh hidupnya mencerminkan
pengenalan akan Allah, digambarkan sebagai seorang yang penuh dengan hikmat dan
pengertian (Bacalah Dan. 2:14-30 dan 5:12). Akan tetapi, bagaimana kita bisa
memiliki hikmat dan kebijaksanaan seperti itu? Dengan sarana apa (kalau ada)
Roh Kudus menghasilkannya? Jawabannya begitu sederhana: Ia memakai Fiman Allah,
yang juga adalah Fiman-Nya yang hidup! Ilustrasi dalam kitab Yesaya begitu
indah tetapi begitu sering terlewatkan. Ilustrasi ini menggambarkan dengan
jelas hidup, penderitaan, dan kesaksian Hamba Allah. Apakah yang menjadi
rahasia kehidupan-Nya? Inilah kesaksiannya: Tuhan ALLAH telah memberikan
kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi
semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam
pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. Tuhan ALLAH telah membuka
telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang.
Yesaya (50:4-5) Sungguh-sungguh mendengarkan
suara Allah akan menghasilkan pengenalan akan Allah dan memperlengkapi kita
untuk mengajar orang lain dan memberi mereka makanan rohani. Lalu, di manakah
kita dapat mendengar suara itu? Suara itu dapat kita dengar di dalam Alkitab,
dan melalui ketekunan kita menyelidiki isi pikiran Allah yang dinyatakan di
dalamnya. Di dalam Alkitablah kita mengerti apa yang Allah mau katakan tentang
diri-Nya sendiri, tentang kita, tentang alam semesta ini, dan apa yang Allah
ingin kita ketahui untuk melayani Dia. Alkitab dapat diumpamakan sebagai museum
dengan Roh Kudus sebagai Kepala Museum yang membawa kita berkeliling untuk
melihat hikmat yang luar biasa dari Sang Pencipta langit dan bumi. Untuk dapat
bertumbuh dalam pengenalan akan Allah, tidak ada bahan pengganti bagi disiplin
pribadi kita di dalam menyelidiki, membaca, dan merenungkan Alkitab. Kita tidak
mungkin mengabaikan Buku Pegangan yang Allah sudah berikan bagi kita dan
kemudian berharap bahwa kita dapat mengenal-Nya melalui cara kita sendiri.
Satu-satunya allah yang dapat kita kenal dengan jalan kita sendiri ialah allah
hasil imajinasi kita sendiri. Fakta bahwa kita
memelihara Fiman Allah dan tinggal di dalamnya (Yoh 15:7),
menggarisbawahi pentingnya hukum ketiga yang kita temukan dalam surat Paulus
kepada jemaat Kolose. Page 5 of 7 Hati Yang Dipersembahkan Kepada Allah -
Sinclair B. Ferguson Hukum ketiga Pengenalan akan Allah menuntut kesabaran dan
ketekunan, mengakui bahwa barangsiapa yang ingin
bertumbuh di dalam pengenalan akan Allah, mereka butuh "dikuatkan dengan
segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya" sehingga mereka dimungkinkan
untuk "menanggung segala sesuatu dengan tekan dan sabar" (Kol. 1:11).
Mengapa kualitas ini begitu penting? Karena Allah adalah Allah yang hidup dan
berpribadi. Ia berjanji untuk mentransformasikan kehidupan kita agar kita dapat
beroleh persekutuan dengan Dia, di mana di dalamnya tercakup pengenalan akan
Dia. Dari sudut tentang Paulus, pengenalan berarti hubungan yang bersifat
pribadi dengan-Nya dan dengan jalan-Nya. Di dalam pengembaraan kita, kita
terkadang tidak mengetahui atau mengerti apa yang sedang Allah kerjakan di saat
Ia memimpin kita untuk lebih mengenal-Nya. Pada saat itulah kita perlu
mempercayai-Nya sekalipun kita tidak bisa memahami-Nya. Yakobus mencoba
menerangkan kepada kita tentang apa yang dimaksud dengan percaya (Baca Yak.
5:10-11). Ia mengingatkan kita akan kesabaran, atau mungkin lebih tepat
ketekunan Ayub (Karena sesekali Ayub kurang sabar). Mengapa Ayub perlu
bertekun? Jawaban Yakobus adalah meski kita yang sudah membaca pasal terakhir
kitab Ayub tahu apa yang pada akhirnya disediakan Allah baginya, tetapi Ayub
tidak mengetahuinya. Ia harus belajar untuk menunggu kesudahannya, sebelum ia
pada akhirnya dapat mengerti maksud dan tujuan Tuhan. Apa yang Allah kerjakan
dalam kehidupan Ayub? Banyak hal! Akan tetapi, Ia terutama telah membawa Ayub
untuk semakin mengenal-Nya, sehingga Ayub berkata: Hanya dari kata orang saja
aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memkitang Engkau.
Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku dudul dalam
debu dan abu.
Ayub 42:5-6 Pada mulanya Ayub menyangka bahwa
ia sudah cukup mengenal Allah, tetapi sekarang ia sadar bahwa ia telah diberi
suatu pengenalan akan Allah dalam suatu dimensi yang benar-benar baru.
Pelajaran penting apa yang seharusnya kita petik dari kisah Ayub di atas? Apa
yang telah ditulis dalam hidup Ayub mengandung prinsip-prinsip yang masih
berlaku bagi kita hingga saat ini. Siapa yang rindu untuk mengenal Tuhannya
akan berjalan baik dalam terang maupun dalam gelap. Ada bukit yang harus didaki
dan lembah yang harus dituruni! Maksud Allah tidak selalu dapat langsung
dimengerti. Untuk belajar mengenal-Nya kita harus belajar untuk menunggu-Nya
(Lihat Hab. 2:3). Dan untuk itu dibutuhkan kesabaran dan ketekunan! Hati Yang
Dipersembahkan Kepada Allah - Sinclair B. Ferguson Hukum keempat Pengenalan akan Allah tidak akan pernah dapat
dipisahkan dari hidup yang penuh kekudusan. Maksud Paulus berdoa supaya jemaat
Kolose bertumbuh dalam pengenalan mereka akan Allah ialah supaya hidup mereka
layak dihadapan Allah. Apakah yang menkitai suatu hidup yang layak di hadapan
Allah? Agar kita dapat dikatakan senilai dengan "sesuatu" berarti harus
ada kesesuaian antara kita dengan "sesuatu" itu. Oleh karena itu,
Paulus berdoa agar hidup kita berpadanan dengan sifat-sifat Allah. Praktisnya,
kesesuaian itu berarti bahwa semua yang telah kita ketahui tentang Allah, yaitu
yang kita terima dari Fiman-Nya dan yang telah kita coba terapkan dalam
perjalanan hidup kita, haruslah terpancar dalam kesetiaan kita pada Allah dan
dalam integritas hidup kita. Kita harus "dalam segala hal memuliakan
ajaran Allah, Juruselamat kita" (Tit. 2:10). Takkan ada pengenalan yang
benar akan Allah, yang tidak memanifestasikan dirinya dalam bentuk kepaTuhan
kepada Fiman dan kehendak Allah. Seorang yang ingin mengenal Allah akan tetapi
merasa keberatan apabila harus tunduk kepada-Nya, takkan pernah memasuki
"Ruang Mahakudus" di mana Allah berkenan menyatakan diri-Nya kepada
orang yang tidak berhasrat untuk memuliakan diri-Nya.
2.
Kehidupan Doa yang Berkembang
Sebagian besar orang kristen setuju bahwa doa
sangat penting, tetapi untuk kebanyakan orang, hal tersebut hanya sejauh itu. Namun, Roh Kudus sedang
mendesak orang-orang percaya untuk berlutut seperti belum pernah terjadi
sebelumnya dan mereka belajar untuk berdoa dalam suatu cara yang tadinya sulit,
atau bahkan mustahil.
Doa orang benar berkuasa dan efektif, dikatakan di dalam Yak.5:16. Dalam versi
Amplified Bible itu berbunyi: “Doa yang penuh kesungguhan (sepenuh hati, terus
menerus) dari seorang yang benar membuat kuasa yang luar biasa tersedia
(dinamis dalam pekerjaannya).”
Pengajaran iman dan kebenaran yang diurapi
telah dilepaskan dengan penuh kuasa oleh Roh dalam tahun-tahun terakhir ini, di
seluruh dunia. Sebagai orang percaya, kita telah dibangun dalam kebenaran kita
di dalam Kristus, sehingga perasaan tertuduh yang ada sebelumnya telah
kehilangan tempat berpijaknya di dalam kehidupan kita.
Melalui darah yang Yesus tumpahkan di Kalvari,
kita telah memasuki jalan yang baru dan hidup kepada Bapa kita di surga. Kita
telah menyadari bahwa Dia tidak melawan kita, tetapi ada untuk kita. Roh Kudus
telah menunjukkan kepada kita di dalam Fiman, apa yang Tuhan telah tempatkan
dalam perbendaharaan kita—harta warisan kita yang benar dan hak istimewa yang
ada dalam Perjanjian Baru. Kita telah melihat bahwa iman menyenangkan Allah dan
bahwa orang benar akan hidup oleh iman-memindahkan gunung dan melihat kuasa
Allah dilepaskan dalam situasi yang mustahil.
Semua hal ini telah memberikan kita suatu
hubungan yang segar dan baru dengan Bapa kita supaya saat kita datang
kepadaNya, itu dilakukan dengan suatu pengharapan bahwa Dia akan mendengar dan
menjawab kita. Dan Dia melakukannya. Ibr.11:6 mengatakan, Tetapi tanpa iman
tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada
Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada
orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.
Allah sendiri menjanjikan kepada kita bahwa Dia akan mengupahi kita saat
kita mencari Dia—dan Dia mengharapkan kita untuk percaya bahwa Dia akan
benar-benar melakukannya. Pikirkanlah sejenak berapa banyak doa yang tidak
berkenan yang telah didoakan kepada Allah. Pikirkanlah sejumlah besar orang
yang telah mengucapkan jutaan doa-doa agamawi yang ditiru tanpa adanya
keyakinan setitikpun atau penantian akan suatu jawaban.
Allah telah menugaskan pengajaran iman untuk
mengakhiri semua ini. Saat orang-orang mulai menemukan identitas mereka yang
sebenarnya di dalam Kristus, seperti yang dinyatakan di dalam Fiman, dan apa yang
mereka telah dan dapat wujudkan di dalam Dia, pengharapan mereka di dalam Tuhan
mulai meningkat tajam. Mereka tidak lagi pergi berkeliling di bawah awan rasa
tertuduh atau suatu perasaan umum bahwa Allah tidak pernah bersama mereka.
Tidak, mereka dibangun dalam kebenaran, melangkah maju di dalam iman dan yakin
sepenuhnya bahwa Allah akan selalu bersama mereka, sama seperti yang
dikatakanNya.
a. Jaminan Akan Sebuah Jawaban Memotivasi Doa
Kita dibenarkan atau dijadikan benar oleh Yesus
Kristus. Karena itu, Yak.5:16 mengatakan tentang Anda, doa orang benar
sangat berkuasa dan efektif. Penemuan kembali kebenaran ini dan penantian
akan hasil dan kepercayaan bahwa doa-doa kita benar-benar menghasilkan banyak,
sedang menyapu seluruh tubuh Kristus di seluruh dunia hari ini. Saat Roh Kudus
memberi kesan kepada roh kita, sehingga kita mulai percaya bahwa Allah dapat
melakukan perubahan radikal atas situasi melalui doa-doa kita, itulah waktunya
untuk berdoa dengan sungguh-sungguh.
Seperti disebutkan sebelumnya, sebuah
terjemahan berbunyi,”Doa orang benar membuat kuasa yang luar biasa tersedia.”
Saat kita melihat kuasa Allah bekerja menjawab doa-doa kita, kita akan
termotivasi lagi untuk berdoa. Namun, banyak orang percaya menemukan bahwa
sulit untuk berdoa. Mengapa? Karena mereka telah begitu tidak yakin akan
menerima jawaban. Bahkan pernah dianggap saleh untuk tidak menerima
jawaban dan bahkan membanggakan untuk tidak meminta apapun kepada Allah
sama sekali. Tapi, puji Tuhan, hari-hari seperti itu telah berakhir! Kita telah
mulai melihat dengan jelas di dalam Fiman bahwa Allah ingin menjawab
doa-doa kita. Yesus berkata dalam Yoh.15:7, Jikalau kamu tinggal di dalam
Aku dan FimanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki,
dan kamu akan menerimanya. Lebih lanjut dikatakan dalam Yoh.16:24, Sampai
sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam namaKu. Mintalah maka kamu akan
menerima, supaya penuhlah sukacitamu.
Kita
telah melihat bahwa sesungguhnya itu merupakan pikiran Bapa untuk menjawab
semua doa kita. Saat Roh Kudus mengoreksi sikap kita yang salah melalui Fiman,
suatu keinginan dan kerinduan yang baru untuk berdoa mulai bertumbuh di dalam
kita dan kita memberikan diri kita sendiri untuk berdoa dalam cara yang
benar-benar baru. Doa memanggil kehendak Allah di bumi ini, itu membawa hal-hal
yang telah ada di surga turun ke bumi. Itu adalah mendoakan, seperti yang
Mat.6:10 katakan, Jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga. Jika kita
tidak tahu apa kehendak Allah itu, bagaimana kita dapat mendoakannya? Kehendak
Allah adalah FimanNya. Hanya pada saat kita mengetahui apa yang dijanjikan
FimanNya, kita dapat termotivasi untuk mendoakan hal itu turun ke bumi,
sehingga itu menjadi bukti di tengah-tengah kita.
Saat motivasi untuk berdoa dan pengharapan akan
jawaban tertanam di dalam roh kita, Roh Kudus datang untuk menolong kita dalam
doa kita. Seperti yang telah dikutip sebelumnya, Yak.5:16 mengatakan,Doa
orang benar sangat berkuasa dan efektif. Apa itu kuasa? Itu bukanlah bunyi
halilintar, kalimat-kalimat yang saleh atau ungkapan kegembiraan yang luar
biasa. Itu adalah pekerjaan Roh Kudus di dalam hati Anda, menolong Anda
untuk mendoakan apa yang Allah inginkan untuk Anda doakan.
b. Doa yang Dipimpin Roh Menghasilkan Jawaban
Kita dapat memperhatikan di dalam kehidupan doa pribadi kita atau di dalam kelompok doa kita bagaimana beberapa doa sungguh-sungguh
sempurna dan benar, namun dibelakangnya tidak ada persetujuan dari Roh Kudus.
Pada waktu yang lain, persetujuan Allah, otoritas dan penguatanNya, dengan
sederhana mengatakan,”Inilah yang akan engkau doakan sekarang!” Sesudah doa
yang seperti itu, suatu damai dan kepuasan yang dalam meneguhkan bahwa,”inilah
yang Roh ingin kita doakan.” Rm.8:26 mengatakan, Demikian juga Roh membantu
kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus
berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan
keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.
Roh Kudus dalam kita tahu apa yang perlu
didoakan, sehingga saat kita membiarkan Dia memimpin kita, Dia akan menunjukkan
kepada kita apa yang akan didoakan dan juga menguatkan kita saat kita
berdoa. Lalu Dia akan bertindak sehubungan dengan apa yang telah kita doakan
dan menjamin kita akan jawaban. Kita seharusnya selalu berdoa dalam kekuatan
ini. Doa-doa yang dipimpin dan diinspirasi Roh yang seperti ini “berkuasa dan
efektif”. Doa-doa ini tidak berasal dari kepala kita. Doa-doa ini tidak menetas
di pikiran kita, tetapi permohonan itu lahir di dalam hati kita. Itu datang
dari roh kita yang bersekutu dengan Allah. Itu dikandung di dalam manusia
rohani kita dan didoakan keluar dalam perkataan mulut kita.
Dalam Yoh.4:23 Yesus mengatakan,Tetapi
saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah yang
benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran, sebab Bapa menghendaki
penyembah-penyembah demikian. Bapa telah lama merindukan
penyembah-penyembah yang benar. Dia rindu akan orang-orang yang tidak hanya
mengucapkan kata-kata yang hampa (Mat.6:5-7) atau yang doa-doanya bukan sekedar
ungkapan-ungkapan agamawi yang penuh dengan ketidakpercayaan sehingga Dia tidak
dapat menjawab mereka (Yak.1:6-8). Dia menantikan orang-orang yang akan berdoa
menurut kehendakNya, yang akan berdoa dari hati mereka, dan dalam roh mereka,
dipimpin oleh Roh Kudus. Orang-orang seperti inilah penyembah yang akan
mendatangkan kuasa surga turun ke bumi di seluruh dunia.
Di seluruh dunia, Allah sedang mempersiapkan
dan melatih penyembah-penyembah yang demikian. Itulah sebabnya Roh Kudus
membawa orang-orang percaya ke ruang doa mereka. Saat kita telah belajar untuk
berdoa sendiri, Allah akan mengijinkan kita untuk berdoa bersama yang lain.
Saat kita telah belajar untuk berdoa bersama yang lain di dalam kelompook doa
kita, Dia akan mengajar kita untuk berdoa di dalam gereja. Saat gereja lokal
telah belajar untuk berkumpul dan berdoa dan mencari Allah, kuasa kegelapan
yang telah membelenggu daerah di sekeliling mereka akan kehilangan pegangannya.
Lalu kuasa Allah yang bebas akan tersedia bagi manusia dalam tingkat yang belum
pernah kita saksikan dan revival akan terjadi.
c. Doa yang Memenangkan Bangsa
Bagaimana dengan kita sebagai umat pilahan
dan anak-anak Allah apakah kita sudah
memenangkan negeri kita ini? Dan Apakah kita sudah melaksanakan amanat Agung
kristus tentang jadikanlah bangsa jadi murid-Ku dan…..(Mat 28:19-20) dan apakah kita sudah menyerahkan bangsa kita
kepada Kristus. Itu adalah suatu tantangan yang luar biasa bagi kita untuk
mengambil alih negara kita—tetapi Allah telah mengatakan bahwa Indonesia
akan diselamatkan. Dia telah menjanjikan kepada kita bahwa kita dapat mengambil
negeri ini dan kita akan melakukannya. Pertama sekali dan yang terpenting, itu
dilakukan melalui doa. Saat kita percaya bahwa Allah telah mengatakannya
dan memberikan diri kita kepada-Nya dalam doa yang kuat, kuasa-Nya akan
tersedia, tanda-tanda dan keajaiban akan terjadi dan pria dan wanita akan
diselamatkan. Di Indonesia akan diguncangkan oleh kuasa Allah.
2 Tw.16:9 mengatakan Karena mata Tuhan
menjelajah ke seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatanNya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia.
Jika
kita mengkomitmenkan diri kita kepada Allah, mempercayai apa yang telah
dikatakanNya dan mendoakannya, Dia akan menolong dan menguatkan kita
dengan kuasa-Nya yang akan dilepaskan di negeri seperti belum pernah terjadi
sebelumnya. Kegelapan akan dipaksa untuk mundur di setiap kota di mana gereja
telah belajar untuk mencari Allah, dipimpin oleh Roh dalam doa yang kuat dan
mengikat kuasa kejahatan di sana. Kita juga dapat memenangkan bangsa ini dari
profesi kita, kita menunjukkan kepribadian Kristus yang ada dalam diri kita
yang penuh kasih dan rendah hati
Allah sedang membangkitkan pendoa-pendoa
syafaat dan gereja-gereja yang bertumbuh dengan kuat dalam doa di seluruh
negeri. Tidak ada revival yang dapat membuat suatu terobosan yang sedemikan
meyakinkan. Orang-orang di mana-mana memberikan diri mereka kepada Allah dalam
doa yang berani dan menaklukkan agar kuasa Allah mengguncangkan benteng-benteng
iblis dan membebaskan yang terikat.
Dalam
2 Tw.7:14 dikatakan, Jika umatKu, yang disebut dengan namaKu, akan
merendahkan diri dan berdoa dan mencari wajahKu dan berbalik dari jalan-jalan
mereka yang jahat, maka Aku akan mendengar dari surga dan akan mengampuni dosa
mereka dan akan menyembuhkan negeri mereka (terj. Inggris).
Dengarkanlah
apa yang Roh Allah katakan dan mulailah menetapkan waktu dengan lebih teratur.
Maka Anda akan menjadi bagian yang vital dalam jaringan orang-orang yang
berdedikasi bagi kesembuhan negeri dan pemulihan hal-hal yang telah patah dan
keselamatan yang terhilang.
Jangan
biarkan iblis memimpin kita untuk percaya bahwa kita tidak dapat berdoa, kita
Anda tidak memiliki waktu untuk berdoa, atau bahwa Anda tidak akan mendapat
jawaban jika Anda berdoa. Ini adalah kebohongannya untuk menghindarkan Anda
dari memakai senjata yang paling berkuasa yang Anda miliki—Nama Yesus.
Anda adalah orang percaya. Anda memiliki Nama Yesus. Anda dapat berdoa. Allah
mendengarkan doa-doamu dan akan menjawabmu “jauh melebihi apa yang dapat anda
minta atau bayangkan” (Ef.3:20). Jangan biarkan iblis menipu Anda,membuat Anda
berpikir bahwa Anda tidak mempunyai waktu untuk berdoa. Kebenarannya adalah
bahwa Anda tidak dapat menghasilkan waktu yang harus Anda sediakan, jika Anda
mengabaikan waktu untuk berdoa. Allah
akan memberikan kompensasi yang melimpah kepada Anda untuk waktu yang Anda
berikan kepadaNya dalam doa pribadi. Bukan hanya itu, Dia juga akan membuat
Anda menjadi lebih kuat dari sebelumnya di dalam Tuhan. Ini waktunya kita
berdoa. Masuklah ke dalam kamar Anda, berdoalah seperti belum pernah
sebelumnya, dan Anda akan melihat tanda-tanda dan keajaiban di dalam jawaban
terhadap doa-doa Anda.
3. Tolok ukur Ketaatan
Masalah kedagingan adalah salah
satu hal yang masih sangat sulit ditanggulangi oleh banyak orang percaya,
bahkan sampai pada hari ini. Tapi hari ini saya deklarasikan, “Seluruh kuasa
kedagingan telah dipatahkan dari hidup orang-orang percaya! Penjara kedagingan
telah terbuka, dan setiap orang percaya bisa keluar dan hidup dalam kebebasan
untuk berjalan dalam kebenaran dan menyukakan hati Tuhan!”
Ketika kedagingan telah
dikalahkan, akan jauh lebih mudah bagi orang-orang percaya untuk dapat mulai
berjalan dan hidup dalam ketaatan. Dan ketika kita terus hidup dalam ketaatan,
kita pasti akan alami otoritas pemerintahan surga sungguh-sungguh
termanifestasi secara nyata dalam hidup kita. Pada waktu ketaatan kita telah
menjadi sempurna, itulah saatnya kita siap untuk menghukum segala kedurhakaan.
Apakah yang menjadi tolok ukur
ketaatan kita, sehingga kita dapat mengetahui sampai sejauh mana kita sudah
berjalan dalam ketaatan mutlak?
1. Hidup
dalam ketaatan mutlak artinya kita sedang terus menghidupi apapun yang pernah
Tuhan sampaikan secara pribadi kepada kita.
Dimensi ketaatan yang harus kita
tunjukkan di hadapan Tuhan memang berbeda antara satu orang percaya dengan
orang percaya lainnya, karena ketaatan selalu bersifat pribadi. Pertanyaan yang
harus kita ajukan kepada diri kita sendiri adalah: Dari sekian banyak perintah
yang secara pribadi Tuhan sampaikan kepada kita, apakah sampai hari ini kita
masih terus menghidupinya?
Satu hal yang harus kita pahami
adalah: sekali Tuhan memberi perintah kepada kita, perintah itu berlaku untuk
sepanjang hidup kita. Jika Tuhan pernah memerintahkan kita untuk mengendalikan
lidah kita dalam hal bergosip, itu berarti mulai saat itu dan sampai seterusnya
Tuhan menghendaki kita tetap berjalan dalam ketaatan.
Semakin kita berjalan dalam
ketaatan, semakin kita bisa merasakan kesadaran akan hadirat Tuhan meliputi
kita, dan kesadaran akan kelemahan dan kemanusiawian kita akan semakin
tersingkir. Di sisi lain, ketaatan juga akan membuat ketertarikan kita kepada
apa yang selama ini ditawarkan oleh dunia juga akan mulai semakin memudar.
Alasan mengapa banyak orang
percaya masih terus memilih untuk hidup di dalam dosa adalah karena di dalam
dosa ada kenikmatan. Demikian pula alasan mengapa ada orang-orang yang rela
mengorbankan apapun juga untuk dapat hidup dalam kekudusan adalah karena di
dalam kekudusan juga ada kenikmatan. Alkitab berkata, “Penderitaan jaman
sekarang ini tidak sebanding dengan kemuliaan yang Tuhan sudah sediakan bagi
kita”, dan itu berarti kita harus memiliki kemampuan untuk mulai membandingkan.
Selama kita hanya mendengar
khotbah tentang penyangkalan diri, kematian daging dan memikul salib, tanpa
kita sungguh-sungguh bisa melihat kemuliaan yang tersedia di baliknya, kita
tidak akan bisa membandingkannya dengan apa yang disediakan oleh dunia. Sebagai
akibatnya, kita akan lebih memilih untuk tetap tinggal di dalam dosa yang sudah
kita cicipi dan rasakan kenikmatannya.
Ketika kita terus melangkah dalam
ketaatan dan dengan tekun membenahi setiap area hidup kita yang masih belum
selaras dengan Fiman-Nya, kesadaran akan hadirat Tuhanpun akan mulai semakin
kuat mencengkeram hidup kita. Dan ketika itulah kita akan dapat sungguh-sungguh
menyadari bahwa penderitaan jaman sekarang ini tidak sebanding dengan kemuliaan
yang tersedia bagi kita.
2.Hidup
dalam ketaatan mutlak artinya kita memiliki kerelaan untuk mengorbankan apapun
yang kita ingini/sayangi, demi dapat tetap taat kepada Dia. Jika Tuhan memerintahkan kita
untuk mengorbankan sesuatu yang selama ini kita ingini/sayangi agar kita bisa
terus melangkah dengan Dia, namun kita merasa keberatan dengan apa yang Dia
minta tersebut, itu berarti sesuatu itu telah menjadi faktor yang membuat kita
tidak taat. Mengapa Abraham dikatakan sebagai orang yang selalu taat? Karena
bahkan ketika Tuhan meminta Ishak, Abraham rela menyerahkan Ishak.
Pertanyaannya saat ini: Adakah
sesuatu dalam hidupmu yang pernah Tuhan minta, namun belum engkau serahkan?
Adakah sesuatu atau seseorang yang sampai sejauh ini membuat engkau sering
melanggar apa yang Tuhan perintahkan? Yakobus 4:4-5 berkata, “Hai kamu, orang-orang
yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah
permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia
menjadikan dirinya musuh Allah”. Jika kita masih menyimpan sesuatu atau
seseorang yang selama ini justru membuat kita tidak taat, artinya kita sedang
menjadi musuh Tuhan.
Ketika kita menerima Yesus sebagai
Tuhan dan Juruselamat, Ia menaruh Roh Kudus-Nya dalam hidup kita. Itu sebabnya
ayat 5 berkata, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa alasan
berkata: "Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya
dengan cemburu!"”. Maksudnya adalah, Tuhan menghendaki agar kita
memperlakukan Roh Kudus yang Ia taruh dalam hidup kita, dengan cara yang sama
seperti Ia sendiri memperlakukan Roh Kudus-Nya. Kita tidak akan pernah
mendapati adanya konflik batin dalam diri Tuhan; apa yang Bapa ingin lakukan,
Roh-Nya selalu bekerja sesuai dengan kehendak Bapa tersebut – selalu ada
keselarasan dalam ketritunggalan Tuhan.
Karena itu, ketika Ia memberikan
Roh-Nya kepada kita, Ia juga menghendaki agar apapun yang Roh-Nya lakukan, kita
dapat meresponinya dengan benar; itulah yang akan membuat kita disebut sebagai
sahabat Allah.
3. Hidup
dalam ketaatan mutlak artinya kita melakukan semua yang Tuhan perintahkan
secara akurat. Keakuratan dalam melakukan perintah Tuhan akan menjagai kita
dari berbagai masalah dan kejaTuhan yang mungkin dialami oleh orang-orang lain.
Sadarilah hal ini, semakin Tuhan membawa kita naik memasuki level dan otoritas
rohani yang baru, semakin Tuhan menuntut keakuratan dari ketaatan kita dalam
melakukan perintah-Nya. Ketika kita masih “di bawah”, kesalahan yang kita buat
mungkin tidak akan menghasilkan dampak yang terlalu besar, tetapi di level yang
baru, satu kesalahan yang sama seperti yang pernah kita buat akan memiliki efek
yang jauh berbeda. Karena itu, ini waktunya kita terus melatih keakuratan dari
pendengaran rohani dan ketaatan kita, karena pada waktu kita memutuskan untuk
taat, Tuhan menghendaki ketaatan tersebut 100% akurat.
4.
Hidup dalam ketaatan mutlak artinya kita tetap mengambil keputusan berdasarkan
ketaatan terhadap Fiman, meskipun sedang ada di tengah tekanan atau masalah
yang berat.Tuhan menghendaki agar bahkan di tengah tekanan, kita dapat terus
berjalan dalam ketaatan. Jangan ijinkan tekanan apapun membuat hatimu berubah.
4 Ketaatan Sejati
Kata “Taat” hanya terdiri dari 4 huruf, tapi
aplikasinya tidak sesingkat tulisannya. Dibutuhkan proses yang panjang. Untuk
taat dengan orang tua kita yang kasat mata aja susah, apalagi taat dengan Tuhan
yang secara fisik tidak bisa kita lihat walaupun kehadiranNya nyata.
Seringkali setelah dewasa kita baru menyadari
bahwa nasehat yang pernah diberikan orang tua saat kita masih kecil tenyata
bermanfaat bagi kehidupan kita sekarang. Padahal dulu mesti pakai acara perang
mulut dan diancam2 segala baru nurut. Kenapa bisa begitu?
Konsep berpikir kita waktu itu focus di 'masa
kini' sedangkan orang tua begitu konsen untuk 'masa depan' kita. Perbedaan
focus inilah yang sering menimbulkan riak-riak dalam kehidupan orang tua -
anak.
Hal yang sama juga terjadi dalam kehidupan
kita sebagai onak Tuhan. Sebagai Bapa yang baik, Dia telah menuliskan dalam
FirmanNya, semua nasehat yang pasti bermanfaat bagi kita di masa kini maupun di
masa yang akan datang, tapi seringkali kita tidak taat melakukannya. Kita lebih
taat pada apa kata peramal, paranormal dsbnya. Yoh 15:9-11 membicarakan 3 topik
yang berkaitan antara satu dengan yang lain:
ü Kasih,
Yaitu membicarakan bagaimana kasih Allah turun
pada Kristus, kasih Kristus turun pada umat, umat kepada Kristus dan kasih
Kristus pada Bapa. Kasih yang terikat ini menjadi dasar untuk membentuk ketaatan.
ü Ketaatan
To keep the commandments, memegang dan melakukan perintah Tuhan.
Barangsiapa menuruti perintahKu, Dia akan tinggal dalam kasihKu sama seperti
Kristus taat pada Bapa dan hidup dalam kasih Bapa. Ketaatan menuruti perintah
dikaitkan dengan cinta kasih menghasilkan
ü Sukacita
Kalau sudah ada kasih dalam diri kita dan
ketaatan membentuk kita kemudian menjadi satu di dalamnya maka akan keluar
hasil, yaitu sukacita penuh dari Kristus.
Di dunia, tiga bagian ini, secara tema, arti
dari kata-kata tersebut dimengerti dengan jelas. Tetapi yang dunia pikir tahu,
ternyata mereka tidak tahu. Kenapa? Karena dunia belum menyentuh esensi dari
kata tersebut. Mereka memakai kata kasih, mempraktekkan kasih tapi yang
dipraktekkan bukan kasih, cuma manipulasi istilah kasih. Begitu juga dengan
arti kata taat dan sukacita. Mereka menjalankan tiga unsur ini tapi tidak
berhubungan antara satu dengan yang lain. Mereka pikir sedang bersukacita, itu
bukan sukacita sejati tetapi hanya rasa sukacita.
Dunia menggunakan terminology sama,
tapi mempunyai content yang berbeda. Dunia postmodern suka bermain-main
dengan bahasa, language game, mereka tidak tahu esensi dari arti dan
istilah bahasa tersebut. Latarbelakang munculnya gerakan ini karena
ketidakpuasan terhadap keadaan yang hopeless. Beberapa waktu lalu telah
dibahas mengenai kasih yang sejati. Alangkah indahnya jika dunia mengerti arti
kasih sejati tapi sayang, dunia tidak mengerti. Jadi ketika ada orang berkata,”I
love you”. Maka jadi pertanyaan besar buat kita, What’s that? What do
you mean by love? Apa artinya cinta? Dunia mengerti, Iove
sama dengan like, cinta sama dengan suka. Padahal, cinta bukan
suka dan suka bukan cinta, kalau keduanya digandeng maka akan terjadi kesalahan
besar. Karena cinta akan jadi manipulatif, saya mencintai bukan karena saya mencintai
tetapi karena ingin memakai, memanipulasi, mendapatkan
seseorang maka digunakan istilah I love you. Cinta sejati
bukan berorientasi pada keinginan diri, nafsu diri, ekspresi, emosi diri, semua
yang dari diri, dan dilampiaskan pada orang lain. Orang lain menjadi obyek
manipulasi dari orang yang mengatakan I love you. Kasih yang sejati
seharusnya muncul dari sumber kasih, yaitu Tuhan Allah dan kasih sejati bukan
sekedar bernuansa emosi, tetapi suatu person, pribadi maka di dalam iman
kristen tidak pernah dikatakan Allah bersifat kasih tetapi dikatakan Allah
adalah Kasih. Kasih bukan sekedar sifat atau emosi tertentu dari Allah, tetapi
justru kasih itu adalah eksistensi diri Allah yang dinyatakan secara totalitas
dan itu dinyatakan dengan pengorbanan Kristus di atas kayu salib, mati untuk
kita.
Dunia di abad 21 memasuki kondisi yang sangat
menakutkan, dunia semakin modern semakin canggih tapi orang yang semakin
canggih justru semakin jahat. Sehingga ketika orang berupaya untuk ‘memakan’
sesamanya, digunakan teknik-teknik yang sangat canggih untuk menghancurkan
orang lain maka di jaman sekarang ini terlalu banyak istilah yang bagus, yang
indah namun dipakai untuk menghancurkan orang lain. Ketika anda mempercayakan
diri pada obyek iman yang salah, maka bersiaplah engkau akan dihancurkan oleh
dunia! Jangan menangis! Jangan kecewa! Salah satu aspek adalah karena kesalahan
kita sendiri karena tidak bisa memilah kepada siapa kita mau mempercayakan
diri!
Cinta kasih sejati, true love, hanya ada pada
Yesus Kristus. Hanya kepada Dia kita berhak memberikan cinta kita. Hal ini
sudah dibahas dan dapat dilihat pada Love, Obey & Joy (1) (ring. Khotbah
17 November 2002). Bagaimana supaya kita dapat hidup dalam kasih sekaligus
taat pada Bapa?
1. Menuruti perintah Bapa.
Kasih harus dikaitkan dengan ketaatan. Hal ini
sangat penting tapi sangat sulit dimengerti dan dijalankan oleh dunia. Dalam
setiap aspek hidup kita, kita banyak dididik, dilatih dan ditekankan dengan
istilah ketaatan, misal: di sekolah, di rumah, di kantor, dan sebagainya. Tapi
ketaatan yang dunia mengerti dan yang Alkitab ajarkan sangat jauh berbeda.
Dunia mengerti ketaatan, tapi ketaatan yang
dunia mengerti bukan ketaatan yang sesungguhnya tapi ‘keterpaksaan’. Hal
ini disebabkan karena:
1.
Ketaatan muncul
karena adanya penguasaan, ketakutan.
Kalau tidak taat, maka akan dihukum, dibunuh,
ditangkap, dipenjarakan, mengalami kesusahan dsb. Apakah itu taat yang
sesungguhnya? Itu bukan ketaatan, kita taat karena terpaksa, itu penindasan.
Dalam mendidik anak, jangan memakai cara seperti itu, anak diajar taat pada
orang tua karena ada hukuman yang menanti jika mereka tidak taat. Anak akan
menumpuk kebencian pada orang tua. Maka tidaklah heran, ada kasus anak yang
membunuh orang tua kandung akibat kebencian yang telah dipendam begitu lama.
Akhirnya, ketaatan sinonim dengan kejahatan, hukuman, penindasan, kebencian dan
pemberontakan. Satu hal yang dunia tidak tahu, yaitu ketaatan dihubungkan
dengan cinta kasih.
2.
Ketaatan muncul
karena sudah dibeli.
Kenapa saya taat? Karena sudah dibayar, karena
sudah mendapat upah yang diinginkan, karena sudah dibeli oleh penguasa
yang menuntut ketaatan. Lalu itukah yang dinamakan taat? Bukan! Jualan! Saya
sedang jual ketaatan untuk dapat sesuatu yang saya perlu, yaitu upah, imbalan.
Ketaatan seperti ini adalah ketaatan yang sangat kondisional, terbatas,
ketaatan humanis, materialis karena ada iming-iming. Kita sedang jual diri kita
untuk jadi budak orang yang membeli kita, tidak beda dengan seorang pelacur
yang menjual dirinya untuk sesuatu yang orang lain suka. Ini bukan ketaatan
tapi suatu bisnis, tawar menawar.
Manusia ketika mengalami tekanan, mereka
menggunakan istilah taat. Ketaatan yang diajarkan dunia, suatu saat akan
hilang, sirna, dan bersifat kondisional. Sejarah membuktikan, ketaatan akibat
tekanan akan meledak menjadi perlawanan yang luar biasa! Michael Foucault,
‘orang gila’, homoseksual, tapi jadi dekan psikologi dan menjadi pimpinan
tertinggi di universitas, Amerika. Dia ke Amerika bukan karena ada tawaran
rektor tapi karena di Amerika ada perkumpulan gay paling besar di dunia.
Akhirnya dia mati mengenaskan, AIDS. Buku-buku karangannya diterjemahkan
ke berbagai bahasa dan banyak diminati oleh orang-orang dunia. Ironis, orang
yang gila menulis buku tapi banyak orang mengagumi dan membeli bukunya. Apa
yang terjadi? Pasti ada kesamaan antara penulis dengan pembaca. Michael
Foucault mengajarkan, dunia penuh dengan kekuasaan dan semua kekuasaan adalah
kejahatan, jadi mari kita lawan semua kekuasaan, mari kita menjadi orang yang
anti otoritas karena semua otoritas adalah kejahatan! All power, all
authority is evil. Semua orang setuju dengan pernyataan tersebut. Dengan
kata lain, dia mau berkata,”Mari kita jadi penguasa.” Orang yang anti
kekuasaan, tapi dia mau jadi penguasa dan tidak mau dikuasai. Dia tidak sadar,
waktu teriak anti kekuasaan, dia sedang berkuasa dan waktu sedang berkuasa, dia
jahat tetapi dia selalu menuduh orang lain yang berkuasa itu jahat. Dia tidak
pernah melihat diri sendiri dimana kalau dia berkuasa, dia juga jahat.
Ketaatan selalu dikaitkan dengan kekuasaan,
kebencian, pemberontakan. Hal itu sudah melekat di kepala kita, maka
ketika mendengar kata taat, langsung dihubungkan dengan penguasa, dan melihat
penguasa, langsung dihubungkan dengan kejahatan, ketidakpuasan, pemberontakan.
Orang yang taat karena dibeli, dibayar, maka
suatu saat jika ada orang yang membayar lebih mahal maka dia akan pindah pada
orang lain. Apa bedanya dengan dunia bisnis? Harga diri manusia menjadi rendah
karena bukannya menjalankan ketaatan yang sejati tetapi menjadi jual beli diri.
Moral, nilai hidup, harkat diri manusia turun sampai ke titik yang terendah,
tidak beda dengan binatang. DI dunia yang semakin modern, manusia semakin
kehilangan dirinya, kehilangan dignity-nya. Kenapa? Karena sudah
terbiasa jual beli diri.
Sekarang banyak gereja yang rusak, tidak bisa
menjalankan visi karena hamba Tuhannya sudah dibeli. Pada prinsipnya, jemaat
tidak ikut membayar gaji hamba Tuhan, jemaat hanya bertanggung jawab memberikan
persembahan sesuai dengan apa yang Tuhan sudah berikan dan jemaat harus
memberikan persembahan buat Tuhan. Jemaat bertanggung jawab pada Tuhan bukan
pada hamba Tuhan. Kemudian gereja mempunyai suatu tim dimana tim ini berpikir
bagaimana menghargai seorang hamba Tuhan, hamba Tuhan dihargai bukan dari
pribadinya. Orang yang diberi berkat besar maka dia pantas memberi banyak,
berlebih. Orang yang diberi berkat sedikit maka dia pantas memberi kecil. Orang
miskin yang memasukkan uang 2 peser ke dalam kotak, secara persentasi dia
memberi lebih besar dibanding dengan orang kaya yang memasukkan 10% dari
penghasilannya karena 2 peser yang masuk sama dengan 100%, sedangkan orang kaya
memberi dalam jumlah besar tapi cuma 10% dari seluruh penghasilannya. Jadi, mana
dan siapa yang memberi lebih banyak? Tentu, yang memberi 100% dari seluruh
penghasilannya, yaitu si orang miskin. Komitmen anda di hadapan Tuhanlah yang
dinilai. Tapi dunia tidak mau mengerti arti ketaatan sejati dan celakanya
istilah ketaatan yang dimengerti oleh dunia, diimport, dimasukkan ke dalam
gereja. Akibatnya, gereja tidak bisa lagi menyatakan ketaatan yang
sesungguhnya. Biarlah saat kita boleh mengerti tentang arti dan makna ketaatan
yang sejati, hal itu boleh membawa kita masuk ke dalam hubungan yang paling
konsisten dan akan menghasilkan suatu sukacita besar, yang tidak bisa
didapatkan oleh orang lain. Alkitab mengatakan, ”Kamu mau mendapatkan kasih?
Jawabnya cuma satu, yaitu turuti perintahKu.”
2. Ketaatan membuat kita hidup dan tinggal dalam
kasihNya.
Bahasa asli memegang, keep my commandments,
yaitu memegang bukan cuma sekedar memegang tapi memegang erat dan ditaruh dalam
hati dan itu menjadi bagian hidup kita. Jadi perintah Tuhan bukan hanya sekedar
teori, yang kita mengerti, hafal, seperti ahli taurat, orang Parisi. LAI
menerjemahkan dengan lebih implikatif, yaitu memakai istilah menuruti
perintahKu. Menuruti perintah Tuhan sebagai suatu sikap, memegang erat lalu
menjalankannya. Disinilah unsur ketaatan muncul. Bagaimana dengan ketaatan
sejati? Tuhan menggambarkan ketaatan sejati :
a.
dimulai dengan
cinta Allah pada dunia ini, cinta Kristus terhadap kita yang membuat kita
mempunyai unsur ketaatan.
Tuhan tidak menuntut kita taat dahulu, bahkan
Kristus mencintai kita, mati untuk kita ketika kita masih berdosa (Rom 5:8).
Dunia kebalikannya, menuntut kita taat terlebih dulu baru kemudian ada imbalan.
Serahkanlah dirimu, taat kepada Dia yang telah mencintaimu, yang telah
berkorban begitu besar dengan mati untuk kita! Dia tidak akan mencelakakan
kita! Kalau toh memang Dia mau mencelakakan kita, dibiarkan diam saja kita
pasti akan mati sendiri. Relasi yang sangat wajar, kalau ada seseorang yang
mencintai kita, dia menasihati kita demi untuk kebaikan kita lalu
kita menurutinya. Bagaimana kalau ada orang yang licik, yang ingin
menghancurkan kita, lalu memberi nasihat pada kita? Kira-kira kita mau menurut
atau tidak? Anehnya, kita mau mengikuti, taat pada segala sesuatu yang mau
menghancurkan kita, kepada dia kita mau taat. Tapi justru kepada orang yang
mencintai kita, mengasihi kita yaitu Tuhan yang telah menyayangi kita, kita
tidak mau taat. Aneh, kan? tapi nyata! Ketaatan sejati harus muncul dari cinta
yang sejati, yaitu cinta Tuhan pada kita. Dia mencintai kita maka Dia berhak
memberikan perintah pada kita.
b.
Dengan cintaNya
yang begitu besar, membuat kita mendapat jaminan, kepastian, bahwa Dia akan
turut serta pada apa yang dikatakanNya.
Ini sangat penting dalam hidup kita. Kalau Dia
sudah rela mati untuk kita, maka kalau Dia berkata,”Jalan! Aku akan beserta
kamu!” Maka Dia pasti akan beserta dan kalau saya menjalankan perintah Tuhan
maka Tuhan akan turut serta di dalamnya. Jikalau kita tidak pernah jalan, taat
akan perintah Tuhan maka jangan salahkan Tuhan kalau anda hancur! Waktu kita
taat maka engkau ada di dalam kasihKu. Kepada siapa kita mau taat? Dunia
menawarkan hal yang menakutkan, salah satunya filsafat utilitarianisme,
dicetuskan oleh John Stuart Mill. Salah satu tesisnya berisi :
·
hidup di dunia
cuma ada 2 pilihan, yaitu pleasure or pain, gain or lost, senang atau
menderita, mendapat atau hilang. Tidak ada pilihan
lain. Maka kalau begitu, kita harus ambil untung, hidup harus senang, tidak
boleh rugi, tidak boleh susah atau kehilangan, maka:
·
Etika harus
sejajar dengan pleasure dan untuk itu kita harus gain. Maka kita
harus kejar pleasure, kalau gagal, maka:
·
Penderitaan,
kerugian atau kehilangan, jangan salahkan siapa-siapa, itu resikomu!.
Contoh: MLM (Multi Level Marketing), Alkitab
mengkritik itu adalah prinsip dasar humanis, materialis, yang akan
menghancurkan semua aspek hidup kita. Hari ini banyak orang mempermainkan
perintah Tuhan, bukan kembali kepada Firman Tuhan tapi justru masuk dalam subjective
interpretation terhadap perintah Tuhan. Bertobatlah! Jangan pernah percaya,
jangan pernah berharap kepada dia yang tidak sungguh-sungguh mencintai, tidak
pernah berkorban untuk kita. Bahkan, jangan mudah percaya dengan orang kristen
sekalipun. Maaf, karena jaman sekarang, istilah kristen banyak dimanipulasi.
Oleh karena itu orang Kristen harus membuktikan diri, yaitu dengan hidup
dipenuhi oleh kasih sejati dimana kasih sejati itu membuat kita taat dan
ketaatan yang sejati membuat kita beroleh sukacita yang sejati, yang berbeda
dengan yang dunia tawarkan. Itulah kehidupan kristen yang indah. Amin.
3. Ketaatan Sempurna : Yesus
Akhirnya marilah kita lihat kehidupan Yesus.
Tentu saja Yesus itu sempurna adanya, Allah dalam rupa manusia. Namun ada
beberapa hal penting yang dapat kita pelajari lewat hidupnya. Walapun kita
tidak mungkin sempurna dan tanpa cacat seperti Yesus, Roh Kudus akan membantu kita
untuk mentaati Allah setiap saat. Apapun yang Ia ingin kita lakukan entah
menyakitkan atau menyenangkan, menguntungkan atau merugikan , Bapa Surgawi
pasti berusaha membantu kita agar dapat mentaatiNya
Tuhan yang kita layani adalah Tuhan yang penuh
kasih, baik, ajaib , tak terlukiskan dan luar biasa. Lewat pengalaman, saya
sudah membuktikan bahwa ketaatan harus menjadi yang utama dalam hidup setiap
orang percaya. Ketaatan adalah satu2nya jalan bagi anda untuk menjadi yang
diinginkan Tuhan, juga untuk mendapatkan segala sesuaru dalam hidup yang telah
Ia sediakan bagi anda
Doa dan permohonan saya kepada Allah untuk
diri anda adalah agar anda dapat mentaatiNya, agar anda menjadi orang yang
sesuai dengan kehendakNya, melakukan karya yang Ia inginkan . meskipun
menghasilkan buah yang menyakitkan atau menyenangkan , menguntungkan atau
merugikan, Bapa Surgawi pasti membantu kita agar dapat mentaatiNya
4. Ketaatan penuh
Saat kita membaca kisah hidup Nuh di kejadian
6-9, kita melihat suatu gambaran ketaatan penuh. Allah meminta pria ini untuk
melakukan sesuatu yang luar biasa sesuatu yang kelihatannya mustahil dan tidak
masuk akal. Hebatnya Nuh melakukan tanpa banyak tanya, Nuh taat pada TUhan
tanpa memperdulikan apa kata orang lain tentang dirinya. Bila kita memilih
untuk taat kepada Allah, kita pun harus siap2 mendapatkan tanggapan negarif
dari sekeliling kita. Mentaati Allah bukanlah hal yang populer di dunia ini.
Banyak orang akan mengecam dan mentertawakan anda. Namun coba anda pikirkan
tentang Nuh, pria ini memutuskan untuk tetap berjalan dengan Allah di tengah
dunia yang telah rusah itu; sehingga Allah hendak memusnahkan semua umat
manusia kecuali satu keluarga. Kita hanya bisa membayangkan saja apa yang
dikatakan oleh orang2 bebal itu kepada Nuh, Kita bisa membuat suatu kesimpulan
atas hidup Nuh : bila Tuhan meminta kita melakukan sesuatu, kita harus
berkonsentrasi penih untuk melakukannya atau orang lain akan berusaha
mengalihkan perhatian kita. Orang-orang ini mencoba membuat Nuh berpaling dari
kehendak Tuhan. Jika Nuh mulai memikirkan apa kata orang lain, sudah pasti
bahtera itu tidak akan pernah selesai, dan akhirnya iapun ikut tenggelam oleh
air bah bersama yang lainnya. Nuh memilih untuk mentaati Tuhan dengan teguh.
Inilah yang disebut ketaatan penuh.
9.3 Menjalin Persekutuan
Dengan
Tuhan
Banyak orang tidak begitu
mengerti arti persekutuan. Persekutuan berarti persatuan atau ikatan.Saya ambil
perumpamaan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Semua klub sepakbola
diseluruh Indonesia bergabung menjadi satu, dan bila PSSI mengeluarkan suatu
pernyataan maka pernyataan itu menjadi jauh lebih kuat dari pada pernyataan
yang dikeluarkan oleh klub sepakbola kota Jakarta, PERSIJA. Jika kita, sebagai
anggota pengurus PSSI, diberi otoritas untuk memberikan sebuah pernyataan, maka
kita berbicara atas nama semua anggota PSSI dan karena itu akan mendapat
dukungan dari semua anggota PSSI jika ada konsekuensi yang tidak enak dari
pernyataan tersebut.Itu adalah arti yang sesungguhnya dari sebuah persekutuan.
Akan tetapi kenyataan yang ada didunia sudah banyak yang diserongkan.
Seringkali kita mendengar banyaknya bentrokan yang terjadi di dalam sebuah
persatuan sehingga suara yang keluar dari persatuan itupun menjadi tidak
seragam. Yah, itulah dunia...tidak punya integritas karena ilah yang
memerintahnya, yaitu iblis, tidak memiliki integritas. Akan tetapi persekutuan
yang saya maksud adalah persekutuan atau persatuan atau ikatan dalam arti yang
sesungguhnya. Sebuah persekutuan yang penuh dengan integritas dan salah satu
pihak, yaitu Tuhan, telah menyelesaikan bagianNya, sehingga Dia sedang
menantikan kita untuk melakukan bagian kita.Di dalam persekutuan dengan Tuhan,
jika kita mengeluarkan pernyataan dan melakukan tindakan lain yang sesuai
dengan FimanNya, maka Allah Bapa, Tuhan Yesus, dan Roh Kudus mendukung
pernyataan kita dan para malaikat Tuhan bekerja untuk mewujudkan FimanNya yang
kita perkatakan. Kita mungkin berpikir, “Bukankah dengan kelahiran baru saya
telah menjadi satu dengan Tuhan? Kalau saya lahir dari RohNya, bukankah berarti
saya sudah menjadi satu roh dengan Tuhan?” Benar, kelahiran baru berarti kita
telah lahir dari RohNya. Akan tetapi jika kita lahir dari RohNya, tidak berarti
kita otomatis bersekutu denganNya. Kita lahir dari ayah dan ibu kita. Apakah
kita otomatis memiliki persekutuan dengan orangtua kita? Tentu saja tidak. Ada
usaha yang harus kita lakukan untuk bisa bersekutu dengan orang tua, supaya kita mendapatkan dukungan sepenuhnya
dari mereka. Meskipun kita tinggal satu rumah dengan orang tua, meskipun kita
setiap hari bertemu muka dengan mereka, meskipun menyapa dan berbicara dengan
mereka, menurut kita, seberapa dekat hubungan kita dengan mereka?
Jika kita bisa dengan yakin
menjawab pertanyaan itu, berarti yang akan saya ulas berikut ini tidak asing
lagi bagi kita. “Bergaul Dengan Tuhan”. Ada empat hal yang perlu kita kerjakan
untuk menjalin persekutuan kita dengan Tuhan tetap segar, yaitu:
·
bergaul
dengan Tuhan melalui FimanNya yang tertulis,
·
bergaul
dengan Tuhan dalam doa,
·
hidup
dalam kasih, dan
·
menaati
Fiman Tuhan yang kita baca atau dengar serta menaati suara hati (roh) kita.
Di dalam kehidupan sehari-hari,
agar kita dapat menjadi dekat dengan seseorang maka kita perlu meluangkan waktu
untuk bergaul dengan dia. Pada mulanya
adalah Fiman; Fiman itu bersama-sama dengan Allah dan Fiman itu adalah Allah
(Yohanes 1:1). Kita tidak akan pernah mengenal Tuhan tanpa mengenal FimanNya,
karena Ia adalah Fiman dan Fiman adalah Dia. Bergaul dengan Tuhan berarti
menghabiskan banyak waktu untuk membaca FimanNya, mendengar FimanNya, serta
merenungkan FimanNya sama seperti yang dikatakan oleh Yosua (Yos. 1:8). Jika
kita mau saja menghabiskan waktu untuk bergaul dengan Tuhan sebanyak yang kita
habiskan nonton televisi, kita pasti akan mengenal Tuhan sebaik kita mengenal
pemain bola kesayangan kita. Ingatkah kita ketika jam tayang pertandingan Bola
kesukaan kita mulai, maka kita berhenti melakukan kegiatan lainnya supaya bisa
konsentrasi menonton bola tersebut. Malahan kita sampai membahas hasil pertandingan
tersebut dengan teman-teman keesokan harinya. Sekitainya hal yang sama kita
terapkan dalam hubungan kita dengan Tuhan, pasti kita sudah mahir dalam Fiman
Tuhan. Kalau saja kita mau menghabiskan uang untuk membeli buku rohani atau
kaset khotbah sebanyak yang kita rela habiskan untuk membeli handphone model
baru, saya jamin ketika kita membaca buku atau mendengar kaset itu maka hati
kita akan dipenuhi dengan pengertian akan FimanNya. Mencicil handphone model baru, misalkan, sebanyak Rp. 200.000
per bulan bukanlah hal yang memberatkan bagi banyak orang Kristen. Akan tetapi
mengeluarkan uang dalam jumlah yang sama untuk membelikaset khotbah/buku rohani
masih merupakan kejadian langka. Kitaikan kita mendahulukan kaset khotbah/buku
rohani untuk memperbaharui pikiran (Rom. 12:2) dari pada memperbaharui
handphone kita yang lama, kita pasti tidak mudah terombang-ambing oleh situasi
dan kondisi. Sekitainya keinginan kita untuk memiliki persekutuan dengan Tuhan
sebesar keinginan kita untuk mendapatkan promosi di kantor, kita pasti rela
untuk “lembur” membaca/mendengarkan Fiman setelah pulang kantor. Seperti kita
yang sedang mengejar jabatan sehingga tidak keberatan untuk bekerja pada hari
libur, kita yang sedang mengejar persekutuan dengan Tuhan seharusnya juga tidak
keberatan untuk membaca/mendengarkan Fiman pada hari kerja. Dan tahukah kita
bahwa susah payah tidak akan membuat kita kaya, melainkan berkat Tuhan (Ams.
10:22)? Dan promosi itu berasal dari Tuhan, bukan karena kita kerja lembur
(Mzm. 75:6). Kitaikan kita mau hubungan kita dengan Tuhan sedekat hubunganmu
dengan kekasihmu, maka kita pasti rela mengorbankan beberapa kegiatan yang
mengganggu waktu bergaulmu dengan Tuhan. Bahkan ada yang berani menghentikan
pergaulannya dengan beberapa teman dekat karena tahu mereka tidak begitu suka
dengan kekasihnya. Cara berpakaian sekalipun rela kita ubah untuk menyenangkan
hati si dia. Ah, kalau saja kita serela itu dalam mengubah cara hidupmu sesuai
dengan kehendak Tuhan, pasti keinginan hatimu akan diwujudkan-Nya (Mzm.
37:4-5).
Kedekatan terjadi karena kedua
belah pihak mengambil komitmen untuk saling mendekat. Dalam hubungan kita
dengan Tuhan, kedekatan hanya dapat terjadi jika kita, umat Tuhan, mengambil
keputusan untuk mendekat kepadaNya (Yak. 4:8). Darah Yesus yang tercurah di
kayu salib telah menghapuskan perseteruan dan memperdamaikan kita dengan Allah
Bapa (baca Efesus 2:11-18). BagianNya telah selesai dikerjakan oleh
Yesus.Sekarang tinggal bagian umatNya. Keselamatan tersedia bagi siapapun.
Siapa saja yang mau tinggal percaya dalam hati dan mengaku bahwa Yesus adalah
Tuhan, maka keselamatan menjadi miliknya. Roh Kudus sedang bekerja
menginsyafkan orang-orang berdosa agar bertobat. Roh Kudus juga sedang giat
menyingkapkan misteri dan rahasia Fiman Tuhan bagi yang mau tahu dan mencariNya
(Ul. 4:29;Yer. 29:12-14).
1 Menjadi Satu Roh Dengan Tuhan.
Fiman Tuhan di 1 Korintus 6:17
mengatakan, Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh
dengan Dia. Benar, kita lahir dari Roh Allah. Benar, kita memiliki Roh Allah
berdiam di dalam hati kita. Akan tetapi kita baru menjadi satu roh dengan Dia
ketika kita berlaku sesuai dengan FimanNya.Tuhan Yesus katakan bahwa FimanNya
adalah roh dan hidup (Yoh. 6:63).
Jika kita percaya pada FimanNya
dan hidup sesuai dengan FimanNya, maka kita menjadi satu roh denganNya. Jika
kita tidak percaya pada FimanNya dan tidak hidup sesuai dengan FimanNya,
meskipun kita sudah lahir baru dan lahir dari RohNya, maka kita tidak menjadi
satu roh denganNya tetapi menjadi satu dengan keinginan daging kita yang
dikuasai oleh iblis. Kata “menjadi” mengandung usaha keras dan suatu masa. Agar
seseorang “menjadi” dewasa, dibutuhkan sebuah proses serangkaian pengambilan
keputusan yang harus dilakukannya secara konsisten di dalam suatu periode
waktu. Agar sepasang manusia “menjadi” satu sebagai suami istri, mereka berdua
harus bertekad untuk tetap berada di dalam hubungan itu dan bekerja keras untuk
tidak membiarkan perbedaan di antara mereka memisahkan mereka, bukan sekedar
karena ada anak, akan tetapi supaya mereka bisa “menjadi” satu. Lagipula
perceraian terjadi karena ketegaran hati mereka yang terlibat (Mat.19:8), bukan
karena kehendak Tuhan.
Ketekadan kita untuk menjadi
satu roh dengan Tuhan haruslah seperti sebuah benih yang ditanam di dalam
tanah. Pernahkah kita melihat sebuah benih yang kita tanam berjalan kesana kemari
keesokan harinya? Tentu tidak. Kita akan melihat benih yang kita tanam di suatu
tempat pasti akan bertumbuh di tempat yang sama. Benih itu akan tetap tinggal
di dalam tanah itu, tanpa peduli apapun kondisi yang dialaminya. “Tetapi benih
kan tidak bisa memilih tempat dimana ia mau ditanam? Tetapi manusia kan bisa
memilih.” Tidak salah. Kita bisa memilih untuk tidak taat kepada Fiman Tuhan,
kita bisa memilih neraka, kita bisa memilih kematian, kita bisa memilih
kemiskinan, kita bisa memilih untuk bercerai, kita bisa memilih kehidupan seks
di luar nikah. Tetapi kita juga bisa memilih untuk taat kepada Fiman Tuhan,
kita bisa memilih surga, kita bisa memilih kehidupan, kita bisa memilih
ke-makmuran, kita bisa memilih untuk tidak bercerai tetapi rekonsiliasi, kita
bisa memilih hanya berhubungan seks setelah menikah. Mengapa tidak memilih yang
ini? Kita dan saya diberikan kehendak bebas, jadi gunakanlah dengan bijaksana.
Tuhan Yesus menggambarkan kita sebagai ranting yang menempel di pokok anggur:
Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat
berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur,
demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.
Akulah pokok anggur dan kamulah
ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia
berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa
tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi
kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.
Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan FimanKu tinggaldi dalam kamu, mintalah
apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah
BapaKu dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu
adalah murid-muridKu. (Yoh. 15:1-8) Sebagai ranting, kita tidak perlu bekerja
keras untuk menghasilkan apa-apa.
Akan tetapi supaya bisa hidup
dan menghasilkan, kita sebaiknya menyerap segala sesuatu yang dikeluarkan oleh
pokok anggur itu. Dengan menyerap segala Fiman yang keluar dari Yesus dan
bertindak sesuai dengan Fiman, maka kita dijamin akan berhasil di dalam hidup
(baca Yos. 1:8, Ul. 28:1,9,13). Dan dengan begitu Allah Bapa dipermuliakan dan
seluruh dunia tahu bahwa kita adalah murid-murid Yesus, bukan cuma sekedar
pemegang surat baptis atau sidi. Banyak orang yang mau pkitai berbahasa Inggris
mengikuti kursus bahasa Inggris. Di sekolah bahasa itu, ia pasti mau mengikuti
apa kata gurunya supaya ia dapat mahir ber-bahasa Inggris. Dengan kata lain, ia
menyerap semua ajaran gurunya dan kemudian ia terapkan pengajaran itu sesering
mungkin dalam kegiatan sehari-harinya. Misalnya, ia akan mulai mencoba menonton
film bahasa Inggris tanpa membaca teks terjemahan. Kita pasti akan menganggap
aneh, jika orang itu berharap gurunya yang akan menjawab soal ujian bahasa
Inggris di sekolahnya. Tetapi ternyata hal ini tidak terlalu aneh bagi banyak
orang Kristen, yang mengaku pengikut dan murid Yesus. Banyak orang bergabung
menjadi orang Kristen lahir baru dan kemudian mengikuti kebaktian atau kelas
Alkitab dimana Fiman diajarkan. Akan tetapi begitu ujian iman datang, banyak
yang berdoa supaya Tuhan yang mengerjakan bagian yang seharusnya mereka
kerjakan. Mereka akan meminta Tuhan melepaskan mereka dari kuasa kegelapan,
padahal itu sudah dikerjakanNya (Kol. 1:13; Kol.2:20). Mereka memohon jika
Tuhan mau mereka disembuhkan, padahal kesembuhan sudah tersedia (1 Ptr. 2:24).
Mereka merengek agar Tuhan
mengangkat mereka dari kemiskinan dan memberi kekayaan, padahal Tuhan sudah
mengurapi mereka untuk memperoleh kekayaan (Ul. 8:18; 2 Kor. 8:9).Saya ajak
saudara untuk tidak menjadi orang Kristen yang aneh.
Kalau kita sudah mendengar Fiman
Tuhan diajarkan, sebaiknya kita melatih untuk berlaku (termasuk berkata-kata)
sesuai Fiman yang diajarkan supaya kita cepat fasih dalam bahasa imanmu yang
baru. Jadi ketika “bertemu muka” dengan iblis yang bertopeng pencobaan, maka
kita tahu persis apa yang harus dikatakan untuk mengalahkannya. Kalau
berha-dapan dengan pencobaan baru buka Alkitab atau telepon pendeta, itu
namanya terlambat. Sama saja dengan ketika diajak berbicara oleh orang asing,
kita baru buka buku catatan pelajaran atau bertanya kepada guru bahasa
nggrismu. Untuk menjadi satu dengan Tuhan memerlukan proses pembaharuan pikiran
yang harus dengan rajin kita kerjakan, tanpa mengenal lelah. Meskipun situasi
dan kondisi yang kita hadapi bertentangan dengan Fiman yang diajarkan,
sebaiknya kita memilih untuk memegang teguh Fiman Tuhan. Mengapa? Karena injil,
atau Fiman Tuhan, yang diajarkan adalah kekuat-an Tuhan (Rom. 1:17). Dan iman
kita, yang timbul dari mendengar, dan mendengar Fiman mengalahkan dunia (Rom.
10:17; 1 Yoh. 5:4-5).
Fiman Tuhan tidak pernah gagal
melakukan tugas yang diberikan (Yes. 55:11). Orang yang mengikatkan dirinya
kepada Tuhan, yaitu percaya dan berlaku sesuai dengan FimanNya, menjadi satu
roh dengan Dia. Tuhan tidak pernah gagal. Jika kita meng-ikatkan diri
kepadaNya, kita tidak akan pernah gagal. Kalau kita menyibukkan diri untuk
percaya dan berlaku sesuai dengan Fiman Tuhan, maka kita tidak akan punya waktu
untuk percaya dan berlaku seperti yang dunia kerjakan (Rom. 12:2). Artinya,
kalau dunia sibuk untuk menjadi miskin dan gagal, kita sibuk untuk menjadi kaya
dan berhasil. Ketika dunia sibuk dengan wabah sakit menular, kita sibuk dengan
kesembuhan dan kesehatan ilahi.
Beberapa tahun yang lalu saya
memutuskan untuk mengikatkan diri pada Tuhan dengan menyibukkan diri dengan
hal-hal yang baik dan sempurna yang telah diberikan oleh Bapa kita (Yak. 1:17),
dari pada sibuk mengejar hal-hal yang dicari mereka yang tidak mengenal Allah
Bapa (Mat. 6:32). Terus terang, ada saat-saat dimana di depan saya terbuka
banyak kesempatan untuk menjadi mundur dari iman saya dan kembali ke jalan yang
ditawarkan dunia. Akan tetapi saya tidak mengambil kesempatan itu. Saya tidak
rela untuk percaya bahwa kuasa roh yang ada di dunia lebih dahsyat dari pada
kuasa Roh Tuhan yang ada di dalamku (1 Yoh. 4:4). Saya mengajak kita untuk
mengeraskan hati terhadap ajakan iblis untuk menyerah kepada situasi dan
kondisi. Saya anjurkan kita untuk menjadi bebal terhadap perkataan yang penuh
ketidakpercayaan yang diajarkan melalui televisi, radio, majalah, email, SMS,
bahkan dari mimbar gereja sekalipun.Kalau kita mau menjadi satu roh dengan
Tuhan, kita perlu menawan semua pikiran yang menentangakan Fiman Tuhan dan
menaklukkannya kepada pikiran Kristus (2 Kor. 10:3-5; 1 Kor. 2:16).
1. Memikirkan pikirannya.
Karena itu, kalau kamu dibangkitkan
bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, dimana Kristus ada, duduk
di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi
(Kol. 3:1-2). Kolose 3:1-2 di Alkitab New Living Translation mengatakan
demikian, “Karena kamu telah dibangkitkan kepada kehidupan baru dengan Kristus,
pkitanglah yang ada di sorga, dimana Kristus duduk di sebelah kanan Tuhan di
tempat kemuliaan dan kuasa. Biarkan sorga memenuhi pikiranmu. Jangan hanya
memikirkan hal-hal yang ada di bumi.” Apa yang ada di sorga? Yesus berdoa,
...jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga (Mat. 6:10). Semua yang baik dan
sempurna datang dari Allah Bapa (Yak. 1:17), jadi berarti di sorga hanya ada
yang baik dan sempurna. Kalau kita diajarkan untuk memkitang dan memikirkan
perkara-perkara yang ada di atas—di sorga, dimana hanya ada yang baik dan
sempurna—artinya kita memikirkan semua yang benar, semua yang mulia, semua yang
adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang
disebut kebajikan dan patut dipuji... (Filipi 4:8). Tuhan Yesus memperingati
kita bahwa di dunia ini kita akan mengalami banyak penganiayaan, akan tetapi
kita harus menguatkan hati sebab Dia sudah mengalahkan dunia (Yoh. 16:33).
Bahkan Yakobus mengatakan, Saudara-saudara, anggaplah sebagai suatu
kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan (Yak. 1:2).
Mengapa kita musti menganggap pencobaan sebagai suatu sukacita? Karena kita
tahu bahwa ujian terhadap iman itu menghasilkan ketekunan yang akan membuat kita
sempurna dan utuh dan tidak kekurangan suatu apapun (Yak. 1:3-4). Kalau kita
mengalami pencobaan atau ujian terhadap imanmu, padahal kita telah
memperbaharui pikiran senantiasa dan bertindak sesuai dengan Fiman Tuhan,
sebaiknya kita meminta hikmat kepada Tuhan dalam iman (Yak. 1:5-7) agar kita
dapat mengalami kemenangan atas pencobaan itu.
Sadarkah kita bahwa Alkitab
diadakan dan Roh Kudus diberikan kepada kita agar supaya Tuhan dapat lebih
mudah mengungkapkan isi hatiNya kepada kita? Alkitab tidak diadakan supaya kita
menjadi bingung dan tidak pernah mengerti kehendak Tuhan. Tuhan tidak
mengatakan kepada orang Kristen demikian: “Rasain kamu sekarang bingung membaca
kitabKu. Silahkan baca sampai tua dan kamu tidak akan bisa mengerti apa mauKu.”
Menggelikan bukan, pemikiran seperti itu. Dulu, sebelum saya lahir baru, saya
memang berpendapat bahwa Alkitab memang bahasanya aneh dan tidak dimengerti.
Semakin dibaca, semakin membingungkan.
Sementara Roma 10:17 bilang,
Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Fiman Kristus. Iman,
atau kepercayaan alias keyakinan, timbul karena mendengar Fiman diberitakan.
Kita tidak bisa mempercayai sesuatu kalau kita bingung, bukan? Berarti sewaktu
Fiman diberitakan dan menimbulkan iman, Roh Kudus bekerja di hati umatNya
dengan memberikan kepastian dan keyakinan sehingga kita tidak bingung dan takut
dan akibatnya iman bisa timbul. Manifestasi kuasa Roh akan bekerja sepenuhnya
melalui kelima jawatan. Itu berarti pewahyuan mengenai kuasa Tuhan juga sedang
dicurahkan secara besar-besaran oleh Roh Kudus kepada siapapun yang percaya dan
mau menerima. Renungkan nubuatan itu dan minta Roh Kudus untuk menyingkapkan
kepada kita secara pribadi arti dari nubuatan itu. Kemudian bawakan nubuatan
itu di dalam doa kita kepada Tuhan dalam ucapan syukur: Bapa, dalam nama Yesus,
aku mengucap syukur karena aku telah menerima tuntunanMu pada hari ini sehingga
aku dapat menikmati kepenuhan manifestasi kuasaMu dalam roh, jiwa, dan tubuh.
2.Mengapa Harus Saling
Mengasihi.
“Aku memberikan
perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku
telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian
semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu
saling mengasihi”. (Yohanes 13:34)
Mungkin kita semua sudah sangat sering
mendengar kotbah atau petuah bahwa orang Kristen wajib saling mengasihi
(walaupun dalam prakteknya tidak sedikit orang yang gagal mengasihi). Bahkan
kasih atau mengasihi-dikasihi telah dianggap semboyan khas, filosofi hidup atau
hukum utama kekristenan (setidak-tidaknya dalam teori). Namun kita jujur,
percakapan tentang kasih seringkali lebih menyangkut “apa yang seharusnya ada”
(das sollen) dan bukan apa yang kenyataan memang ada (das sein). Kasih
seringkali lebih merupakan cita-cita atau ide luhur yang ada dalam hati namun
enggan diwujudkan dalam sikap dan perilaku.
Sebab itu mungkin ada baiknya kita bertanya:
mengapa Yesus meminta kita murid-muridNya saling mengasihi? Apakah ada alasan
yang cukup kuat sehingga kita kita memang harus saling mengasihi dalam hidup
ini di dunia yang justru penuh dengan persaingan, tipu-daya, kekerasan dan
kebencian ini?
Pertama: kasih membuat hidup kita penuh sukacita. (Yoh
14:11). Orang yang menemukan dan mengalami dirinya dikasihi tentu sangat
bersukacita. Namun orang yang berhasil mengasihi akan lebih besar lagi sukacita
dan kebahagiaannya. Di sini kita disadarkan bahwa sukacita sejati tidak pernah
terletak dalam diri kita sendiri namun justru dalam relasi kita dengan orang
lain. Orang-orang yang sangat egoistis, kikir dan serakah tidak pernah bisa
bersukacita, namun selalu penuh dengan kemurungan dan kekecewaan. Sebaliknya
orang-orang yang selalu perduli kepada sesamanya justru hidup bahagia.
Kedua: kasih mendorong kita mengenal dan memahami
orang lain dengan mendalam (Filipi 1:9). Bila kita mengasihi seseorang maka
mata, telinga dan hati kita terbuka untuk mengenalnya dengan baik sekali.
Sebaliknya ketika kita tidak perduli atau malah membenci seseorang maka hati
kita juga tertutup untuk mengenalnya. Paling-paling kita hanya dapat melihat
keburukannya saja. Mengapa seorang ibu sangat mengenal dan tahu keberadaan
anak-anaknya? Jawabnya: karena dia sangat mengasihinya.
Ketiga: kasih merupakan enerji yang sangat besar dan
kuat untuk hidup. Selama masih ada orang yang mengasihi-dikasihi kita maka
selalu ada alasan untuk bertahan dan meneruskan kehidupan. Sebaliknya bila tak
ada lagi orang yang mengasihi atau kita kasihi maka itu berakhir juga alasan
meneruskan kehidupan ini. Itulah sebabnya tidak ada orang yang memiliki kekasih
yang mau bunuh diri. Di tengah kenyataan hidup yang penuh dengan masalah dan
tantangan, kasih memberikan kita kekuatan untuk bertahan dan keluar dari
berbagai krisis.
Keempat: kasih merupakan tanda bahwa kita anak-anak
Allah. Bapa kita adalah kasih. Yesus mengasihi sampai kesudahan kasih (Yoh
13:1). Kasih merupakan tanda bahwa kita sudah lahir baru (1 Yoh 4:7). Orang
yang tidak mengasihi tidak bisa mengatakan bahwa dia beriman kepada Allah. Mengapa?
Sebab Allah mengasihi. Mereka yang beriman dan dekat kepadaNya juga pasti akan
melakukan hal yang sama.
Doa:
Ya Yesus, ajarlah kami saling mengasihi. Penuhilah hati kami
dengan kasihMu agar kami hidup penuh sukacita dan bahagia. Mampukanlah kami
mencontoh Engkau dalam hidup kami. Biarlah nama Allah dipermuliakan melalui
seluruh perkataan, perbuatan dan sikap hidup serta karya kami. Dalam namaMu.
AMIN.
BAB IX
PENUTUP
10.1 Kesimpulan
Sebagai
anak-anak Allah kita harus mampu
mencerminkan citra Allah dalam kehidupan masa kini, kita harus sungguh-sungguh
memberikan teladan bagi orang-orang yang kurang/belum mengenal siapa itu
mengenal Kristus. Sebagai ahli waris dari Kerajan Allah kita harus patuh dan
taat terhadap ajarannya, untuk memberikan kesaksian pada dunia ini bahwa kita
adalah anak-anak-Nya.
Dari
penyusunan Karya Imiah ini dapat disimpulkan bahwa menjadi Orang Kristen Yang
Taat Kepada Allah dan Firman Nya adalah sebagai berikut:
1. Menjadi Orang Kristen
yang benar-benar taat Kepada Allah Dan Firmannya merupakan suatu Proses
yang harus dilalui oleh setiap umat
manusia untuk memperoleh kehidupan Kekal yang berasal dari Allah, yaitu yang
meliputi, pengenalan akan Allah, memiliki Iman yang teguh dan tangguh, mengakui
bahwa Yesus merupakan Juruslamat kita, hidup dalam bimbingan Roh Kudus dan
selalu menjaga kekudusan itu agar kita layak memperoleh kehidupan kekal melalui
putra tunggalnya, yaitu Yesus Kristus yang rela mati diatas Kayu Salib demi
menebus umat manusia dari belenggu dosa dan maut.
2. Keselamatan, Jalan
Kebenaran, Sumber Air Hidup, hanya ada Dalam Kristus Yesus.
3. Ketaatan kepada Allah
merupakan hal yang paling mendasar, dalam menjalin hubungan yang akrab dengan
Allah, masalah yang kita temukan dalam kehidupan sehari-sehari kita dianjurkan
sekali untuk “Saat teduh”. Karena ketaatan membawa kita ke tingkat yang lebih
tinggi tentang pengenalan akan Allah.
4. Orang Kristen yang
mencerminkan citra Allah dengan sesungguhnya, seperti Yesus Kritus yang penuh,
Kasih, Taat dan Rendah Hati demi menyelamatkan umatnya untuk memperoleh hidup
yang kekal.
5. Roh Kudus merupakan
sumber Hikmat, penghibur, pemberi Kuasa, dan pemeterai kita dihadapan Allah
yang merupakan tanda bukti bahwa kita adalah Anak Allah yang ditebus oleh “Kristus”
10.2 Saran
Penulis
sangat berterima kasih kepada Tuhan Allah semesta Alam Yang telah memberikan
kesempatan kepada kita hidup yang kekal itu, oleh karena itu penulis sangat
berharap kepada semua pembaca yang terkasih dalam Nama Tuhan Yesus Kristus
untuk:
1. Setelah membaca Karya Ilmiah Ini, saudara dapat
menjadi orang yang taat, setia, takut dan dengan sepenuhnya memberikan hidup
Anda kepada Kritus, agar Saudara mengetahui apa itu kebenaran yang sejati,
bukan untuk menjadi seorang KTP (Kristen Tanpa Pertobatan) saja, melainkan
Menjadi Kriten yang benar-benar sejati. Saudara tidak perlu lagi kuatir akan
hidup saudara, karna kita selalu mengandalkan Tuhan didalam segala hal
(action).
2. Sebagai anak-anak Allah
yang sejati, kita harus menjadi Terang dan Garam Dunia. Sebagai kristen yang
sejati, kita harus bersikap seperti Kristus yang datang Untuk melayani bukan
untuk dilayani. Kita harus melayani orang-orang yang belum mengenal penyelamat
sejati, yaitu, Kristus. Saudara dan saya harus menjadi teladan dalam kehidupan
dan melakanakanya dengan penuh kasih.
Terimakasih, semoga karya
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua “IMANUEL”
DAFTAR PUSTAKA
Herijanto, Yohanes,(2001), Menjadi Pemenang, Yokyakarta:
PBMR ANDI (Anggota IKAPI
Mason. M, Dorothe, (1998), Demikianlah Firman Tuhan, Jakarta :Yayasan Pekabaran Injil “IMMANUEL.
Sinaga, Julfrinson, (2005), Pertumbuhan
Rohani yang Berkembang, Bandung.
http://www.box.net/rssdownload/61680814/Apa%20artinya%20menjadi%20orang%20Kristen%20yang%20lahir%20kembali.doc
http://www.reenbo.org/EHC/ehcfrse2.html
http://www.air hidup.com”
Komentar